Zayn Short Story (ZSS) by @julianayel
Hai nama aku Tsania Zakky Marwah, umurku 17 tahun. Aku biasa dipanggil Tsania. Aku keturunan pakistan-indonesia yang tinggal di Inggris. Aku baru sebulan pindah ke London, aku adalah tipe anak pendiam yang susah bergaul. Jadi sebulan aku pindah kesini aku belum punya teman. SEbenarnya ga enak sih sendirian kemana-mana sendiri tapi mau gimana aku anak yang minderan karena aku kaum minoritas disini.
Aku bukan keturunan Inggris dan aku muslim. Mungkin orang beranggapan biasa saja tapi aku tak bisa biasa. Aku ga pintar bergaul. Seminggu lagi puasa dan ini kali pertama aku ngerasain puasa di London. Suasanya pasti beda banget, ga kayak di Indonesia. mungkin di London ga ada orang keliling bangunin sahur atau anak-anak kecil yang main petasan sepanjang waktu. Aku kangen suasana itu.
Tiba-tiba bunda memanggilku dan menyadarkan lamunanku tentang suasana puasa di indonesia. Karena bunda memanggil aku menghampirinya. Bunda bilang kalo puasa kali ini rumah kita akan kedatangan tamu, dia adalah teman ayah waktu masih dipakistan namanya Om Yaser. Bunda juga bilang mereka sekeluarga akan tinggal dirumah ini selama bulan puasa. Mendengar kabar itu aku excited banget. Rumah bakalan rame banget. Ya aku emang anak tunggal, itu mungkin salah satu sebab yang membuat ku minder atau sering tak percaya diri.
Seminggu sebelum puasa, keluarga Om Yaser dateng dan kami sekeluarga jemput mereka ke airport. Ayah seneng banget ketemu teman lamanya. Aku melihat jika Om Yaser memounyai 4 orang anak, 3 perempuan dan satu laki-laki. Yang laki-laki sepertinya seumuran denganku. Aku bengong melihat 2 keluarga ini saling berpelukan sampai Bunda ngerangkul aku dan ngenalin aku ke keluarga Om Yaser. "She is our child. Her name is Tsania" Bunda memperkenalkan ku pada keluarga Om Yaser. Aku meberi salam kepada Om Yaser dan istrinya.
"Wah namamu cantik seperti wajahmu ya " istri Om Yaser, Tante Trisha memujiku membuat aku jadi malu.
"Thanks mam" ucapku sopan.
Tante Trisha memperkenalkan anak-anaknya kepada keluargaku juga. Anak sulungnya bernama Doniyha, yang paling bungsu Safaa. Yang ketiga atau kedua dari bawah namanya Waliyha dan yang seumuran denganku namanya Zayn. Aku memberi salam kepada mereka. Aku mendapat pelukan dari Doniyha, Waliyha dan Safaa sedangkan dengan Zayn aku hanya bersalaman. Setelah beeramah tamah dibandra, kami pulang kerumahku. Aku senang sekali dengan keadaan rumah yang ramai seperti ini Kerinduanku dengan suasana puasa di Indonesia mungkin sedikit terobati dengan suasana rumah yang cukup ramai seperti ini
Puasa sudah berjalan seminggu, besok adalah ulang tahunku. Karena ulang tahun ku berada dibulan puasa aku tak merayakannya. Tapi keesokan harinya tanpa kuduga ayah dan bunda membuatkan pesta untukku setelah berbuka puasa. Pesta kecil-kecilan memang tak meriah. Pesta itu dihadiri oleh beberapa tetangga, teman ayah dan bunda serta teman sekelasku. Tak kusangka teman sekelasku mau datang kepestaku. Tapi dalam pesta itu aku tak berbaur seperti biasa aku menyendiri. Aku duduk di gazibu dekat kolam renang sambil meihat tamu-tamu. Tiba-tiba Zayn menghampiriku. Aku dan dia belum terlalu dekat, aku dan dia ternyata sama-sama pemalu dan tak mudah dekat dengan orang.
"Hai yang berulang tahun! kenapa kamu ga berbaur dengan yang lainnya ?" ucap Zayn sambil duduk disebelahku.
Diawali senyuman aku lalu menjawab "di London aku masih minder karena ya kamu taulah karena apa" aku menjawab singkat.
"Hm..... ya sepertinya aku tau kenapa kamu belum bisa berbaur. Perasaan itu dulu juga pernah kok aku rasain" Zayn memulai bercerita.
"Aku pindah ke Bradford waktu kecil. Aku minder dengan...... ya sama dengan apa yang kamu rasain sekarang" Zayn mengambil nafas sejenak.
"Sebenarnya kamu lebih beruntung dari aku. Temanmu masih baik kepadamu dan keluargamu. Tidak seperti aku dulu" Zayn bercerita panjang.
Aku berfikir sejenak. Sebenarnya apa yang aku rasain sekarang ga seberat apa yang Zayn rasain dulu. Tapi Zayn kuat jalaninnya kok. Setelah bercerita panjang, Zayn menepuk pundakku, tersenyum dan pergi. Zayn ternyata anak yang yah baik dan perhatian Setelah Zayn pergi, aku memikirkan kembali cerita Zayn tadi. Mungkin udah saatnya ku berbaur dengan yang lainnya tidak menyendiri saja. Akhirnya kulangkahkan kakiku dan berjalan menghampiri beberapa teman sekelasku. Aku ngobrol dengan mereka tentang apa saja.
Ternayata teman-temanku itu memang baik tidak seperti yang kubayangkan. Mereka tidak sama sekali menghiraukan perbedaan yang ada. ku pindahkan mataku sejenak kearah Zayn yang sedang ngobrol dengan beberapa temanku juga. Tanap kuduga ia melihat kerah ku juga. Zayn mengedipkan mata dan membrikan "Thumbs Up" untukku. Dengan senyum simpul aku membalasnya Pesta terus berlangsung samapi sekitar setangah sepuluh malam. Setelah pesta aku membantu merapihkan segala seuatu sisa pesta. Tanapa kuduga lagi lagi dan lagi, Zayn ikut membantu merapihkan sisa-sisa pesta ini. Dia benar-benar "A Good Boy"
"Bener kan kata aku, kamu harus nyoba berbaur dulu sebelum kamu tau kamu diterima dilingkungan ini apa engga" ucap Zayn mengaggetkanku.
"Eh Zayn! Kamu kok ga istirahat ? Kenapa malah bantu-bantu ?" jawabku sambil terus membereskan gelas-gelas kotor sisa pesta.
"Ga enak lah masa tuan rumah habis pesta beres-beres trus tamunya enak-enakan istirahat ?" Zayn mebantuku merapihkan piring-piringnya.
"Lah yang ga enak itu harusnya aku tau, tamu kan raja jadi harusnya santai ga kerja kayak gini" karena asik ngobrol, tiba-tiba.....
Konsentrasiku hilag dan menyebabkan gelas-gelas ditanganku hampir jatuh. Dengan sigap Zayn menangkap. Tangan kami berdua bersentuhan. Aku menatap tepat kemata Zayn, begitu juga dengan dia yang tepat menatap kearah mataku. Kita bertatapan sekitar 10detik samapai ketika-
"Zayn! I wanna sleep, now. Can you sing for me ?" suara Safaa mengegetkan kami berdua. Kami melepas tangan kami yang bersentuhan tadi.
Suasana jadi canggung selama hampir 5 detik sampai Safaa kembali mengagetkan kami "Zayn!!!! C'mon pleaseeee" Safaa membujuk Zayn.
"Zayn kamu mendingan temenin Safaa tidur kasian dia udah ngantuk. Makasih ya udah dibantuin " Aku mengambil piring dari tangan Zayn.
Zayn terseyum kearahkku dan pergi meninggalkan ku bersama Safaa masuk kerumah. Aku mengambil nafas panjang setelah Zayn pergi. Kejadian tadi benar-benar diluar dugaan! Aku kembali membayangkan mata indah Zayn sampai bunda memanggilku dan membuyarkan lamunanku. Keesokan harinya, sebelum berbuka puasa Bunda meyuruhku membeli makanan khas Pakistan yang ada disekitar pasar dekat rumah. Aku tadinya ingin pergi sendiri karena Doniyha, Waliyha dan Safaa sedang pergi kesupermarket. Tapi Zayn bersedia mengatarku menuju pasar. Karena mobil dipake Doniyha, akhirnya aku dan Zayn berjalan kaki. Jarak pasar hanya 15 menit dari rumah sih letaknya diujung kompleks.
"Jadi gimana ? udah dapet teman kan disini ?" Zayn membuka pembicaraan saat suasana diantara kita benar-benar sepi.
"Ya begitulah. Aku mulai dekat dengan beberapa teman dilingkungan rumah dan teman sekelas, itu semua berkatmu" jawabku sambil tersenyum.
"Haha itu bukan karena ku, itu karena kamu yang mau usaha buat dapet temen. Itu keinginan hati kamu" ucap Zayn ringan.
"Ya apapun itu aku juga harus berterima kasih kepadamu Zayn! ceritamu menginspirasi aku:)" jawabku sambil menepuk pundak Zayn.
"Oke, oke. So, kamu mau ngasih aku nomer handphone kamu ?" ucap Zayn sangat amat ringan. Aku sedikit terkaget. Buat apa ? .-.
. "Kan aku ga selamanya tinggal disini. Jadi kan kita tetep bisa komunikasi walau jauh" Zayn memberi alesan singkat dan aku memberikannya.
Selama sebulan Zayn dan keluarga tinggal dirumahku, aku seperti memeliki keluarga besar yang sangat bahagia. Malam ini malam takbiran, tak ada acara spesial dirumah karena Bunda dan Tante Trisha sibuk masak. 3 Hari lagi Zayn pulang ke Bradford.
"Hai! Jalan-jalan yuk liat suasana disini" Zayn mengagetkanku yang sedang mengaonta-ganti channel tivi.
Ayah dan Om Yaser lagi pergi entah kemana. Doniyha, Waliyha dan Safaa sedang shooping. Tadinya aku diajak tapi aku sedang malas pergi. Karena aku sedang bosen akhirnya ku meyetujui ajakan Zayn. Berjalan-jalan sekitar kompleks mungkin mengurangi kebosananku. Suasana takbir benar-benar tak terdengar tak seperti di indonesia. Karena jarrak masjid yang sangat berjauhan. Aku kembali rindu dengan tanah kelahirannku itu. Aku melamun sepanjang jalan samapi Zayn menepuk pundakku mengaggetkan.
"TSANIAAAAA!!!!!!" Suara Zayn mengaggetkanku.
"Zayn kenapa ?" jawabku kaget-_-
"Kok bengong ? kenapa ? kangen Indonesia ?" Zayn atu apa yang sedang aku lamunkan karena aku sempat bercerita kepadanya. Aku mengagguk.
Tiba-tiba Zayn menarik tanganku pulang kerumah, ia mengajakku kekamarnya. Ia membika laptop tanapa memberitahuku apapun. Zayn membuka e-mailnya. Kulihat seseorang mengirimnya video. Aku tak tau persis video apa itu.
"Aku punya teman orang Indonesia kenalan di omegle. Aku minta sama dia buat rekamin suasana malem takbiran disana" ucap Zayn menjelaskan
"Kebetulan waktu di Indonesia lebih cepat 7 jam dari disini jadi dia bisa ngerekamin aku suasana disana." sambil mengutak atik laptopnya
Zayn menunjukan ku video suasana malam takbiran di inonesia. Takbir keliling, petasan, kembang api. Dan banyak lagi :') Selesai video itu aku lagsung memeluk Zayn reflek!
"Thanks Zayn for this video" ucapku menahan tangis. Zayn juga memeluku balik
"It's okay:)" dia mengelus punggung ku menenangkanku yang sedang menagis karena bahagia. Aku benar-benar senang atas kejutan ini
Hari ini akhirnya Zayn dan keluarga pulang lagi ke Bradford. Aku bunda dan ayah ngater mereka kebandara. Aku ga rela Zayn pergi......
Aku berpelukan denagn semua Malik's family termaksud Zayn. Ketika Zayn memelukku dia berbisik "Check your handphone after that"
Aku bingung dengan ucapan Zayn. Tapi setelah Zayn dan keluarga pergi akhirnya aku membuka handphoneku. Sms dari Zayn ? Kok ? .-.
"Aku sayang kamu Tsania. Emang ini terlau cepet, tapi kamu mau kan jadi pacar aku ? itu isi sms Zayn! aku senang bukan main.
Aku punya rasa yang sama kayak Zayn so aku terima dia jadi pacar aku. Zayn bilang dia bakal balik dan stay di London karena..... Zayn dapet beasiswa disalah satu sekolah musik di London. Aku seneng bukan main karena tau bakal ketemu Zayn lagi. He's mine, now Zayn yang bantu aku adaptasi dan nyari teman disini. Zayn yang kasih aku cara berbaur disini. Aku sayang kamu Zayn ucapku dalam hati.
--------THE END----------
Leave your comment ♥
Hai nama aku Tsania Zakky Marwah, umurku 17 tahun. Aku biasa dipanggil Tsania. Aku keturunan pakistan-indonesia yang tinggal di Inggris. Aku baru sebulan pindah ke London, aku adalah tipe anak pendiam yang susah bergaul. Jadi sebulan aku pindah kesini aku belum punya teman. SEbenarnya ga enak sih sendirian kemana-mana sendiri tapi mau gimana aku anak yang minderan karena aku kaum minoritas disini.
Aku bukan keturunan Inggris dan aku muslim. Mungkin orang beranggapan biasa saja tapi aku tak bisa biasa. Aku ga pintar bergaul. Seminggu lagi puasa dan ini kali pertama aku ngerasain puasa di London. Suasanya pasti beda banget, ga kayak di Indonesia. mungkin di London ga ada orang keliling bangunin sahur atau anak-anak kecil yang main petasan sepanjang waktu. Aku kangen suasana itu.
Tiba-tiba bunda memanggilku dan menyadarkan lamunanku tentang suasana puasa di indonesia. Karena bunda memanggil aku menghampirinya. Bunda bilang kalo puasa kali ini rumah kita akan kedatangan tamu, dia adalah teman ayah waktu masih dipakistan namanya Om Yaser. Bunda juga bilang mereka sekeluarga akan tinggal dirumah ini selama bulan puasa. Mendengar kabar itu aku excited banget. Rumah bakalan rame banget. Ya aku emang anak tunggal, itu mungkin salah satu sebab yang membuat ku minder atau sering tak percaya diri.
Seminggu sebelum puasa, keluarga Om Yaser dateng dan kami sekeluarga jemput mereka ke airport. Ayah seneng banget ketemu teman lamanya. Aku melihat jika Om Yaser memounyai 4 orang anak, 3 perempuan dan satu laki-laki. Yang laki-laki sepertinya seumuran denganku. Aku bengong melihat 2 keluarga ini saling berpelukan sampai Bunda ngerangkul aku dan ngenalin aku ke keluarga Om Yaser. "She is our child. Her name is Tsania" Bunda memperkenalkan ku pada keluarga Om Yaser. Aku meberi salam kepada Om Yaser dan istrinya.
"Wah namamu cantik seperti wajahmu ya " istri Om Yaser, Tante Trisha memujiku membuat aku jadi malu.
"Thanks mam" ucapku sopan.
Tante Trisha memperkenalkan anak-anaknya kepada keluargaku juga. Anak sulungnya bernama Doniyha, yang paling bungsu Safaa. Yang ketiga atau kedua dari bawah namanya Waliyha dan yang seumuran denganku namanya Zayn. Aku memberi salam kepada mereka. Aku mendapat pelukan dari Doniyha, Waliyha dan Safaa sedangkan dengan Zayn aku hanya bersalaman. Setelah beeramah tamah dibandra, kami pulang kerumahku. Aku senang sekali dengan keadaan rumah yang ramai seperti ini Kerinduanku dengan suasana puasa di Indonesia mungkin sedikit terobati dengan suasana rumah yang cukup ramai seperti ini
Puasa sudah berjalan seminggu, besok adalah ulang tahunku. Karena ulang tahun ku berada dibulan puasa aku tak merayakannya. Tapi keesokan harinya tanpa kuduga ayah dan bunda membuatkan pesta untukku setelah berbuka puasa. Pesta kecil-kecilan memang tak meriah. Pesta itu dihadiri oleh beberapa tetangga, teman ayah dan bunda serta teman sekelasku. Tak kusangka teman sekelasku mau datang kepestaku. Tapi dalam pesta itu aku tak berbaur seperti biasa aku menyendiri. Aku duduk di gazibu dekat kolam renang sambil meihat tamu-tamu. Tiba-tiba Zayn menghampiriku. Aku dan dia belum terlalu dekat, aku dan dia ternyata sama-sama pemalu dan tak mudah dekat dengan orang.
"Hai yang berulang tahun! kenapa kamu ga berbaur dengan yang lainnya ?" ucap Zayn sambil duduk disebelahku.
Diawali senyuman aku lalu menjawab "di London aku masih minder karena ya kamu taulah karena apa" aku menjawab singkat.
"Hm..... ya sepertinya aku tau kenapa kamu belum bisa berbaur. Perasaan itu dulu juga pernah kok aku rasain" Zayn memulai bercerita.
"Aku pindah ke Bradford waktu kecil. Aku minder dengan...... ya sama dengan apa yang kamu rasain sekarang" Zayn mengambil nafas sejenak.
"Sebenarnya kamu lebih beruntung dari aku. Temanmu masih baik kepadamu dan keluargamu. Tidak seperti aku dulu" Zayn bercerita panjang.
Aku berfikir sejenak. Sebenarnya apa yang aku rasain sekarang ga seberat apa yang Zayn rasain dulu. Tapi Zayn kuat jalaninnya kok. Setelah bercerita panjang, Zayn menepuk pundakku, tersenyum dan pergi. Zayn ternyata anak yang yah baik dan perhatian Setelah Zayn pergi, aku memikirkan kembali cerita Zayn tadi. Mungkin udah saatnya ku berbaur dengan yang lainnya tidak menyendiri saja. Akhirnya kulangkahkan kakiku dan berjalan menghampiri beberapa teman sekelasku. Aku ngobrol dengan mereka tentang apa saja.
Ternayata teman-temanku itu memang baik tidak seperti yang kubayangkan. Mereka tidak sama sekali menghiraukan perbedaan yang ada. ku pindahkan mataku sejenak kearah Zayn yang sedang ngobrol dengan beberapa temanku juga. Tanap kuduga ia melihat kerah ku juga. Zayn mengedipkan mata dan membrikan "Thumbs Up" untukku. Dengan senyum simpul aku membalasnya Pesta terus berlangsung samapi sekitar setangah sepuluh malam. Setelah pesta aku membantu merapihkan segala seuatu sisa pesta. Tanapa kuduga lagi lagi dan lagi, Zayn ikut membantu merapihkan sisa-sisa pesta ini. Dia benar-benar "A Good Boy"
"Bener kan kata aku, kamu harus nyoba berbaur dulu sebelum kamu tau kamu diterima dilingkungan ini apa engga" ucap Zayn mengaggetkanku.
"Eh Zayn! Kamu kok ga istirahat ? Kenapa malah bantu-bantu ?" jawabku sambil terus membereskan gelas-gelas kotor sisa pesta.
"Ga enak lah masa tuan rumah habis pesta beres-beres trus tamunya enak-enakan istirahat ?" Zayn mebantuku merapihkan piring-piringnya.
"Lah yang ga enak itu harusnya aku tau, tamu kan raja jadi harusnya santai ga kerja kayak gini" karena asik ngobrol, tiba-tiba.....
Konsentrasiku hilag dan menyebabkan gelas-gelas ditanganku hampir jatuh. Dengan sigap Zayn menangkap. Tangan kami berdua bersentuhan. Aku menatap tepat kemata Zayn, begitu juga dengan dia yang tepat menatap kearah mataku. Kita bertatapan sekitar 10detik samapai ketika-
"Zayn! I wanna sleep, now. Can you sing for me ?" suara Safaa mengegetkan kami berdua. Kami melepas tangan kami yang bersentuhan tadi.
Suasana jadi canggung selama hampir 5 detik sampai Safaa kembali mengagetkan kami "Zayn!!!! C'mon pleaseeee" Safaa membujuk Zayn.
"Zayn kamu mendingan temenin Safaa tidur kasian dia udah ngantuk. Makasih ya udah dibantuin " Aku mengambil piring dari tangan Zayn.
Zayn terseyum kearahkku dan pergi meninggalkan ku bersama Safaa masuk kerumah. Aku mengambil nafas panjang setelah Zayn pergi. Kejadian tadi benar-benar diluar dugaan! Aku kembali membayangkan mata indah Zayn sampai bunda memanggilku dan membuyarkan lamunanku. Keesokan harinya, sebelum berbuka puasa Bunda meyuruhku membeli makanan khas Pakistan yang ada disekitar pasar dekat rumah. Aku tadinya ingin pergi sendiri karena Doniyha, Waliyha dan Safaa sedang pergi kesupermarket. Tapi Zayn bersedia mengatarku menuju pasar. Karena mobil dipake Doniyha, akhirnya aku dan Zayn berjalan kaki. Jarak pasar hanya 15 menit dari rumah sih letaknya diujung kompleks.
"Jadi gimana ? udah dapet teman kan disini ?" Zayn membuka pembicaraan saat suasana diantara kita benar-benar sepi.
"Ya begitulah. Aku mulai dekat dengan beberapa teman dilingkungan rumah dan teman sekelas, itu semua berkatmu" jawabku sambil tersenyum.
"Haha itu bukan karena ku, itu karena kamu yang mau usaha buat dapet temen. Itu keinginan hati kamu" ucap Zayn ringan.
"Ya apapun itu aku juga harus berterima kasih kepadamu Zayn! ceritamu menginspirasi aku:)" jawabku sambil menepuk pundak Zayn.
"Oke, oke. So, kamu mau ngasih aku nomer handphone kamu ?" ucap Zayn sangat amat ringan. Aku sedikit terkaget. Buat apa ? .-.
. "Kan aku ga selamanya tinggal disini. Jadi kan kita tetep bisa komunikasi walau jauh" Zayn memberi alesan singkat dan aku memberikannya.
Selama sebulan Zayn dan keluarga tinggal dirumahku, aku seperti memeliki keluarga besar yang sangat bahagia. Malam ini malam takbiran, tak ada acara spesial dirumah karena Bunda dan Tante Trisha sibuk masak. 3 Hari lagi Zayn pulang ke Bradford.
"Hai! Jalan-jalan yuk liat suasana disini" Zayn mengagetkanku yang sedang mengaonta-ganti channel tivi.
Ayah dan Om Yaser lagi pergi entah kemana. Doniyha, Waliyha dan Safaa sedang shooping. Tadinya aku diajak tapi aku sedang malas pergi. Karena aku sedang bosen akhirnya ku meyetujui ajakan Zayn. Berjalan-jalan sekitar kompleks mungkin mengurangi kebosananku. Suasana takbir benar-benar tak terdengar tak seperti di indonesia. Karena jarrak masjid yang sangat berjauhan. Aku kembali rindu dengan tanah kelahirannku itu. Aku melamun sepanjang jalan samapi Zayn menepuk pundakku mengaggetkan.
"TSANIAAAAA!!!!!!" Suara Zayn mengaggetkanku.
"Zayn kenapa ?" jawabku kaget-_-
"Kok bengong ? kenapa ? kangen Indonesia ?" Zayn atu apa yang sedang aku lamunkan karena aku sempat bercerita kepadanya. Aku mengagguk.
Tiba-tiba Zayn menarik tanganku pulang kerumah, ia mengajakku kekamarnya. Ia membika laptop tanapa memberitahuku apapun. Zayn membuka e-mailnya. Kulihat seseorang mengirimnya video. Aku tak tau persis video apa itu.
"Aku punya teman orang Indonesia kenalan di omegle. Aku minta sama dia buat rekamin suasana malem takbiran disana" ucap Zayn menjelaskan
"Kebetulan waktu di Indonesia lebih cepat 7 jam dari disini jadi dia bisa ngerekamin aku suasana disana." sambil mengutak atik laptopnya
Zayn menunjukan ku video suasana malam takbiran di inonesia. Takbir keliling, petasan, kembang api. Dan banyak lagi :') Selesai video itu aku lagsung memeluk Zayn reflek!
"Thanks Zayn for this video" ucapku menahan tangis. Zayn juga memeluku balik
"It's okay:)" dia mengelus punggung ku menenangkanku yang sedang menagis karena bahagia. Aku benar-benar senang atas kejutan ini
Hari ini akhirnya Zayn dan keluarga pulang lagi ke Bradford. Aku bunda dan ayah ngater mereka kebandara. Aku ga rela Zayn pergi......
Aku berpelukan denagn semua Malik's family termaksud Zayn. Ketika Zayn memelukku dia berbisik "Check your handphone after that"
Aku bingung dengan ucapan Zayn. Tapi setelah Zayn dan keluarga pergi akhirnya aku membuka handphoneku. Sms dari Zayn ? Kok ? .-.
"Aku sayang kamu Tsania. Emang ini terlau cepet, tapi kamu mau kan jadi pacar aku ? itu isi sms Zayn! aku senang bukan main.
Aku punya rasa yang sama kayak Zayn so aku terima dia jadi pacar aku. Zayn bilang dia bakal balik dan stay di London karena..... Zayn dapet beasiswa disalah satu sekolah musik di London. Aku seneng bukan main karena tau bakal ketemu Zayn lagi. He's mine, now Zayn yang bantu aku adaptasi dan nyari teman disini. Zayn yang kasih aku cara berbaur disini. Aku sayang kamu Zayn ucapku dalam hati.
--------THE END----------
Leave your comment ♥
0 komentar:
Posting Komentar