Mau ngeshare GLS (Greyson Love Story) atau GSS (Greyson Short Story) one shoot dalam bahasa Indonesia.
Hope you like it!
January, 6th 2001
Kaki kaki kecil seorang anak perempuan berumur sekitar 5 tahun bergerak tanpa henti. Dari kiri ke kanan. Depan ke belakang. Entahlah,kakinya seperti tak ada lelahnya bergerak. Mulutnya pun ikut beraktivitas. Mulutnya terus mengeluarkan ocehan tak jelas.
Aktivitasnya terhenti ketika seseorang mengangkat badannya. Di lihat muka Ibunya dengan raut muka sedikit bingung
"Mama!" Sahut anak itu menyentuh muka Ibunya
Ibunya hanya tersenyum. Ia terus mengendong anaknya itu.
Ibu itu berjalan,sedangkan anaknya terus mengoceh hal yang sama sekali tidak jelas sampai akhirnya Ibu itu berhenti di taman yang cukup sepi.
Ibu itu menurunkan anaknya.
"Kita mau ngapain ma?"
"Kamu tunggu di sini yah. Mama ada urusan di sana" Ibu itu menunjuk ke arah gubuk reyot yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat ia menurunkan anaknya
"Iya! Jangan lama lama ya ma. Nanti pulangnya Naila mau es krim"
Ibu itu hanya tersenyum. Sebelum pergi,ia mengalungkan sebuah liontin di leher anaknya,yang tak lain bernama Naila. Ia mengecup kening Naila dan pergi ke arah gubuk itu.
Naila duduk di rerumputan taman itu. Sambil menunggu Ibunya ia memainkan liontinnya. Ia menunggu ibunya.
10 menit...
20 menit....
30menit....
Ibunya tak kunjung keluar. Mata Naila sudah mulai sayu,kantuk sudah menyerang. Angin di taman itu menambah kantuknya sampai akhirnya matanya tertutup rapat.
****
Naila terbangun dari tidurnya karna suara klakson truk yang keras. Ketika ia bangun,langit sudah gelap. Entah jam berapa sekarang,ia tak tau. Yang ia tau,ibunya belum menjemputnya.
Naila mengucek mata coklatnya,setelah sadar penuh,Naila berjalan perlahan ke arah gubuk reyot itu. Ia mengintip dari bolongan gubuk itu. Gelap. Tidak ada penerangan. Tidak ada orang juga. Jantung Naila mulai berdegup kencang. Ia membuka pintu gubuk itu. Ia sama sekali tidak bisa bisa menemukan Ibunya di gubuk itu.
Air matanya sudah tergenang. Naila keluar dari gubuk itu. Matanya terus mencari keberadaan ibunya,tapi yang ia lihat hanya jalanan yang sepi. Air matanya keluar.
"Mama?! Mama dimana?!" Naila berlari dengan kaki kecilnya yang sudah sedikit kotor akibat tertidur di rumput. Mata Naila melihat ke kanan ke kiri,berusaha menemukan Ibunya. Tapi nihil,tidak ada siapa siapa di sana. Tapi entah kenapa,kakinya terus berlati tanpa arah sampai akhirnya ia terjatuh membuat tangisnya makin keras
"Mama! Mama dimana? Mama jangan ninggalin Naila! Naila sayang mama!"
Naila terus terus berteriak memanggil mamanya. Tapi percuma. Sebanyak apapun kata yang ia keluarkan,sekeras apapun suara teriakannya,sekuat apapun tangisannya,Ibunya itu tak akan muncul
Sampai akhirnya sebuah tangan memegang pundaknya
"Mama?!" Naila melihat ke belakang,tapi sayang itu bukanlah mamanya. Entah siapa perempuan yang memegang pundak Naila. Naila bahkan tidak kenal perempuan itu. Naila menatap mata perempuan itu. Perempuan itu tersenyum ke arah Naila dan menggendong Naila.
"Naila sekarang sama tante aja ya?"
"Gamau! Naila maunya sama mama!"
"Anggap aja tante mamanya Naila ya?"
"Gamau! Mama ya mama! Naila gak kenal tante"
"Nantikan kita bisa saling mengenal"
"Gamau! Lagian tante tau darimana nama Naila? Tantekan gak pernah ketemu Naila"
Perempuan itu tidak menghiraukan perkataan Naila. Dia tetap berjalan sambil menggendong Naila. Walaupun Naila tidak ingin ikut dengan perempuan itu,Naila sama sekali tidak memberontak di gendong perempuan itu. Badannya sudah cukup lelah untuk berontak
Perempuan itu menggendong Naila menuju sebuah rumah yang besar,tepatnya Panti Asuhan.
"Naila mau di bawa kemana tante?"
"Ini rumah baru Naila. Tapi kita biasa manggilnya Panti Asuhan. Di sini banyak anak anak lho. Naila gak bakal kesepian di sini"
"Tapi kalo gak ada mama,semua gak ada artinya"
Perempuan itu terdiam. Dia menatap bola mata coklat yang besar tapi menawan milik Naila. Dia benar benar tidak percaya anak seumuran Naila ini berkata kata kata yang melampaui umurnya. Perempuan itu kemudian tersenyum.
"Kita lihat aja nanti ya. Kan kalo gak ada mama kamu,tante bisa jadi mama kedua kamu"
"Mama kedua?"
"Iya. Kamu bisa panggil tante,em,Bunda Cecil"
"Bunda Cecil?"
"Iya. Anak anak yang tinggal di sini memanggil tante itu. Kamu juga boleh kok manggil tante itu"
Naila terdiam. Dia memainkan jari jari mungilnya.
"Bunda Cecil tau dimana mama Naila?"
Cecil terdiam. Ingin mengucapkan sesuatu tapi kata kata itu seperti tercekat di lehernya. Cecil hanya tersenyum. Dia menurunkan Naila tepat di depan pintu kamar di panti asuhan itu. Cecil membuka pintu kamar itu. Cukup banyak anak anak dari berbagai umur yang sudah tidur nyenyak. Cecil membawa Naila ke salah satu tempat tidur yang kosong.
"Naila tidur di sini ya?"
Naila hanya diam tapi dia menuruti perkataan Cecil. Dalam waktu beberapa menit Naila sudah terbawa ke dunia mimpi
Cecil keluar dari kamar itu menuju kamarnya sendiri. Ia meraih handphone-nya dan menelpon seseorang
"Halo? Cecil?" Sahut suara di sebrang sana
"Gwen?"
"Oh hai Cecil. Apa Naila sudah bersamamu?"
"Iya. Dia sedang tidur di kamar"
"Baguslah"
"Gwen?"
"Ya?"
"Apa kamu yakin akan keputusan kamu ini? Apa kamu yakin tidak akan menyesal?"
"Aku sudah pasti menyesal telah menitipkan Naila,anakku sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini pilihanku satu satunya"
"Kapan kamu berencana mengambilnya lagi?"
"Entahlah. Mungkin saat masalah ini selesai?"
"Selesai? Kamu taukan masalahmu akan selesai butuh waktu bertahun,bahkan belasan tahun"
"Aku tau. Makanya aku minta tolong padamu,jaga Naila baik baik. Naila adalah satu satunya harta karun yang aku punya"
"Aku mengerti. Semoga kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan lancar"
"Terima kasih,Cecil"
Hubungan terputus. Cecil menaruh handphonenya dan tidur.
Di sisi lain,Gwen,ibunya Naila,menggeret koper besar berisi baju bajunya ke arah pesawat tujuan London. Saat ini dia benar benar kacau. Dia tidak ingin meninggalkan Naila di Indonesia,tapi di sisi lain dia juga tidak bisa membawa Naila di tengah tengah permasalahan yang ia hadapi sekarang.
Dengan hati yang berat,Gwen pergi meninggalkan Indonesia dan Naila.
*******
7 januari 2001
"Siapa dia?"
"Anak baru?"
"Aku belum pernah melihatnya"
Bisikan demi bisikan telontar dari mulut anak panti asuhan. Mereka mengerumuni tempat tidur Naila. Naila yang masih tertidur,tersadar akan bisikan bisikan itu. Mata Naila terbuka lebar
"Siapa kamu?" Itulah kata pertama yang di lontar oleh salah satu anak yang mengurumuni Naila ketika dia bangun.
Naila yang masih tiduran langsung bangkit. Anak anak itupun spontan menjauh dari Naila layaknya Naila adalah makhluk luar angkasa yang jatuh ke bumi. Mereka semua terdiam. Tidak ada sikitpun yang berani membuka mulut.
Naila yang takut di tatap seperti itu langsung berlari ke luar kamar. Tanpa di sangka sangka,Naila menabrak seseorang.
"Aw" keluh mereka berdua. Mereka saling bertatapan
"Siapa kamu?" Tanya anak lelaki yang di tabrak Naila. Naila tidak menjawab. Dia hanya berdiri di sana sambil menatap jari jari kakinya
"Dia Naila. Mulai sekarang dia tinggal bersama kita" ujar Cecil yang entah kapan sudah ada di belakang anak lelaki tadi
"Anak baru lagi bun?"
"Yaa,begitulah!"
"Asyiik! Aku Greyson! Senang bertemu denganmu Naila!" Greyson menjulurkan tangannya di hadapan Naila. Naila membalas jabatan tangan Greyson dengan ragu
"A...aku juga"
Seketika,anak anak yang tadi mengerumuni Naila berlari ke arah Naila. Mereka berebutan ingin berkenalan dengan Naila. Naila yang kebingungan berjabat tangan dengan mereka semua hanya tersenyum. Seketika,dia lupa akan apa yang terjadi pada dirinya semalam.
****
"Mama kapan datang?" Tanya Naila siang itu kepada Cecil. Cecil hanya bisa diam. Tidak tau ingin menjawab apa.
"Nanti ada waktunya kok mama Naila datang. Sabar ya?"
"Lama gak?"
"Naila sabar aja yah?"
Naila terdiam. Dia tidak bisa sabar. Dia hanyalah anak kecil berumur 5 tahun yang masih sangat membutuhkan pelukan,ciuman,senyuman dari seorang ibu kandungnya. Bukan malah hidup tanpa seorang ibu. Terlebih lagi ayahnya sudah meninggal ketika dia masih dalam kandungan Ibunya.
1 hari
2 hari
3 hari sudah terlewat tanpa seorang ibu kandung di samping Naila. Dan tidak sedikitpun dia berhenti bertanya dimana keberadaan Ibunya itu.
*****
Sudah 2 minggu sejak Naila tinggal di panti asuhan.
Saat ini,dia melihat ke arah taman yang basah karena di guyur hujan deras. Dia menunggu Ibunya yang entah kapan akan datang menjemputnya.
Tapi, saat itu ia sadar bahwa tidak ada gunanya menunggu Ibunya datang untuk menjemputnya. Ibunya tidak akan pernah menjemputnya. Ia di buang
Air mata jatuh ke pipi gembung milik Naila. Greyson yang melihatnya langsung menghampiri Naila
"Naila kenapa?"
"Gapapa"
"Naila cerita aja"
"Gak papa kok"
"Gapapa gimana? Kamu aja nangis"
"Aku cuma sedih"
"Sedih kenapa?"
"kamu gak bakal ngerti"
"Aku berusaha buat ngerti deh"
"KAMU GAK BAKAL NGERTI GIMANA RASANYA GAK ADA ORANG TUA!" Teriak Naila kepada Greyson. Semua anak panti asuhan melihat Naila. Naila yang keceplosan berteriak seperti itu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
Greyson memegang pundak Naila
"Naila tau gak ini panti asuhan?" Tanya Greyson. Tapi Naila hanya diam
"Tau gak panti asuhan itu apa?" Tanya Greyson lagi. Tapi Naila tetap bungkam
"Panti asuhan itu tempat anak anak yang gak punya orang tua lho. Jadi semua yang di sini tau gimanaa rasanya gak ada orang tua. Tapi karna kita bersama di sini,kita merasa lengkap. Dan Naila gak boleh bersedih terus karna kita semua ada di sini untuk Naila" Naila diam. Tapi air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.
Greyson memeluk tubuh kecil Naila. Beberapa detik kemudian,tak hanya Greyson saja yang memeluk Naila,tapi beberapa anak yang lain juga
*****
December,22nd 2010
Naila dan Greyson sudah mulai menginjak usia 14 tahun. Naila berubah menjadi gadis remaja yang cantik dan menawan. Sebagian paras Ibunnya yang cantik turun ke Naila. Mata coklatnya yang besar mampu membuat orang memalingkan mukanya 2 kali hanya untuk melihat mata indah miliknya.
Sedangkan Greyson tumbuh menjadi pemuda tampan yang mampu melindungi seorang gadis,terutama Naila
Tahun depan adalah saat dimana mereka akan duduk di bangku sma. Tapi karna keterbatasaan uang yang di sediakan panti asuhan,tentu mereka belum tentu bisa masuk SMA favorit.
Tapi,tentu mereka bisa masuk bila mengambil beasiswa
Naila duduk di depan perapian panti asuhan bersama segerombolan anak panti asuhan yang lain. Greysoon dengan santai duduk di sebelah Naila sambil merangkul pundak Naila.
Tawa mereka lontarkan. Kehangatan kebersamaan mereka mengalahkan dinginnya udara. Susu coklat panas juga tak ketinggalan untuk melengkapi suasana hangat mereka. Pohon Natal sudah berdiri tegak di sudut ruangan tempat mereka berkumpul saat itu. Hiasan demi hiasan memperindah pohon itu.
"Makan malam sudah siap!" Teriak Cecil dari arah dapur. Anak anak panti asuhan langsung berebut menuju ruang makan untuk mendapat posisi makan yang bagus
Greyson bangkit dari duduknya. Di sondorkan kedua tangannya untuk membantu Naila berdiri. Naila menyambut kedua tangan Greyson dan langsung berdiri.
"Makasih"
"Sama samaa"
Greyson dan Naila berjalan berangkulan menuju ruang makan. Perjalanan menuju ruang makan itu di hiasi dengan obrolan dan canda tawa mereka
"Cieeeee,ada pengantin baruu" ujar salah seorang anak panti ketika Greyson dan Naila memasuki ruang makan
Naila dan Greyson dengan polosnya bertanya "Siapa?" berbarengan
"Ya kak Naila sama kak Greysonla!" Teriak anak yang tadi lagi
Muka Naila dan Greyson langsung berubah menjadi merah. Cecil hanya bisa senyam senyum melihat anak didiknya itu mulai tumbuh dewasa
"Ih,pengatin apaan sih" ujar Naila mulai risih dengan keadaannya sekarang
"Kak Naila sook malu ihh. Padahal senengkaaan? Cieeeeee"
"Iyaa haha! Itu di rangkul kak Greyson aja mauuu" goda anak anak panti asuhan itu. Greyson spontan melepas rangkulannya di pundak Naila.
"Kak Naila duduk di siniii" seorang anak perempuan menarik tangan Naila dan mendudukkannya di kursi tengah meja makan "Kalo kak Greyson di siniii" anak perempuan tadi menarik tangan Greyson dan mendudukannya tepat di sebrang Naila. Jadinya mereka makan berhadap hadapan
"Cieeee! Pengantin baru makan hadap hadapann! Suap suapan deh nantiiii hahaha"
Merah sudah pipi Naila dan Greyson. Perasaan mereka saat ini campur aduk dari senang,malu,marah dll.
"Hush! Udah udah!" Ujar Cecil mendiamkan anak anak panti yang tadi heboh "makan dulu sana. Nanti kak Naila sama kak Greyson gamau main lagi sama kalian lho!"
"Iya! Nanti kalo kalian goda kakak lagi,kakak ngambek!" Sambung Naila
Anak anak panti langsung duduk di tempat mereka masing masing. Mereka tidak ingin berantam dengan Naila ataupun Greyson karna cuma merekalah panutan anak panti yang lebih muda dari mereka
*****
December, 24th 2010
Naila duduk di ruang perapian bersama Cecil dan Greyson. Mereka sibuk membungkus hadiah untuk anak panti yang lain karna besok adalah hari besar untuk mereka.
Walau jam sudah menunjukkan pukul 11 malam,tangan mereka belum berhenti membungkus hadiah
"Kalo kalian ngantuk,tidur aja. Biar Bunda yang beresin" ujar Cecil karna melihat 'anak'nya itu mulai mengantuk
"Gak kok bun,gak apa apa. Aku masih sanggup" balas Greyson
"Iya bun,aku juga" ujar Naila
"Yasudah. Tapi kalo ngantuk bilang aja yah?"
"Iyaaa"
Keheningan terjadi di antara mereka. Cecil melihat Naila dan Greyson secara bergantian. Sesuatu langsung terbesit di benaknya
"Kalian gak pacaran?" Tanya Cecil menggoda dua remaja ini
"Ha? Pacaran? Ih,bunda kok udah kayak anak panti aja sih. Goda goda kami" ujar Greyson yang malu akan ucapan Cecil
"Lho? Kenapa emangnya? Kalian cocok lho"
"Ih,bunda,apaan sih" ujar Naila sambil menutupi muka merahnya
"Hahaha iya deh iya deh. Bunda cuma bercanda. Tapi kalo terjadi sih bunda syukur syukur aja yah hahahaha. Yaudah lanjut yuk bungkusnya"
Keheningan terjadi lagi. Mereka bertiga tampak serius membungkus kado kado itu.
Naila melirik ke arah Greyson yang sibuk membungkus kado. Tangannya tampak lincah meliuk ke sana kemari. Tampangnya santai tapi matanya menunjukkan keseriusan
Entah sejak kapan,dada Naila mulai bergemuruh. Dadanya sesak. Perasaan apa ini?
Jarum jam menunjukkan pukul 1 malam ketika kado sudah terbungkus semua. Mata mereka bertiga sudah mulai memerah sedikit.
"Haaah,akhirnya siap juga. Makasih ya Greyson sama Naila. Bunda terbantu banget lho" ujar Cecil
"Iya bun,sama samaa"
"Sebelum kalian tidur,bunda pengen ngasih ini" Cecil membuka laci meja di ruangan itu
"Merry Christmas Naila,Greyson!" Cecil menyondorkan 2 lembar fomulir beasiswa SMA favoorit di kota yang mereka tempati saat itu.
Naila dan Greyson senang bukan main. Spontan mereka langsung memeluk Cecil
"Makasi banyak bundaaa!!!" Ujar Naila yang senangnya bukan main.
"Makasi bun. Ini kado terhebat" ujar Greyson
"Iya sama samaa"
Mereka melepaskan pelukan itu dan langsung menatap lembaran yang penuh dengan tulisan itu
"Tesnya masih 1 bulan lagi. Kalian masih punya waktu buat belajar! Manfaatin kesempatan 1 bulan itu untuk kalian belajar" nasehat Cecil yang di sambut oleh anggukan semangat dari Naila dan Greyson
"Kalian mau susu coklat?" Tawar Cecil
Greyson dan Naila mengangguk. Cecil memasuki dapur sedangkan Naila duduk di sofa ruangan itu
Naila dan Greyson masih asik menatap formulir itu bagaikan harta karun yang sangat berharga bagi mereka.
Tapi,rasa kantuk Naila sudah tak bisa terbendung lagi. Ia akhirnyaa terlelap di pundak Greyson
"Nai-" ucapan Greyson terpotong melihat Naila sudah terlelap di sampingnya. Di lihatnya Naila dengan wajah tidurnya. Meskipun begitu,kecantikannya tidak lepas.
Dada greyson mulai bergemuruh. Dia tau pasti perasaan apa ini. Dia mencintai gadis yang tertidur di pundaknya itu. Dia sudah menyadari perasaan ini sejak dulu,tapi ia takut mengungkapkannya.
Greyson menyenderkan kepalanya di atas kepala Naila. Dia menutup matanya dan tertidur.
Cecil membawa nampan yang berisi 2 gelas coklat panas. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat 2 remaja itu tertidur. Cecil tersenyum lalu meninggalkan mereka berdua. Beberapa menit kemudian Cecil kembali dengan selimut tebal dan kamera digital. Dia menyelimuti mereka berdua. Tak lupa Cecil memotret mereka sebelum akhirnya pergi
****
Hari demi hari terlewati. Naila dan Greyson sibuk mempersiapkan diri untuk tes yang akan mereka hadapi. Tiada hari tanpa pergi ke perpustakaan. Tiada hari tanpa memegang buku.
Dan seiring waktu berjalan gemuruh di dada Naila terus terusan bertamabah ketika ia berada di dekat Greyson. Tapi,ia masih belum mengetahui perasaan apa yang ada di dadanya
****
February, 2nd 2011
Tiba sudah dimana tes itu akan di mulai. Greyson dan Naila sibuk menjawab pertanyaan di kertas lembar yang menentukan nasib mereka itu.
2 jam terlewati. Tes sudah berakhir. Sekarang mereka hanya bisa berdoa agar di terima
****
February, 15 2011
Hari ini adalah hari yang mereka tunggu tunggu. Hari dimana pengumuman tes itu keluar. Hari dimana masa depan mereka di tentukan oleh sebuah kertas putih.
Greyson dan Naila duduk di sofa sambil perpegangan tangan menunggu tukang pos datang dan memberi surat itu kepada mereka
Ting....tong.....
Bel pintu asuhan berbunyi.
Dengan dada yang bergemuruh,Naila dan Greyson berjalan bersama membuka pintu. Tapi,bukan tukang pos yang datang. Seorang perempuan berusia 40 tahunan berdiri. Naila memperhatikan muka perempuan itu dengan seksama. Muka yang sangat familiar di matanya
"Ma..mama?" Ujar Naila melihat perempuan itu
"Naila?" Perempuan itu melihat Naila. Di angkatnya tangan kanannya untuk menyentuh muka Naila. Tapi Naila menghindar. Dia malah masuk dan mengunci pintu kayu itu.
"Tadi siapa Nai?" Tanya Greyson bingung
"Gak. A...aku gatau" Naila berlari menuju kamarnya.
Greyson hanya berdiri. Sedangkan perempuan yang berada di luar itu berteriak
"Naila? Ini mama! Kamu ingatkan? Nailaa?"
Greyson diam di tempat. Tak tau ingin berbuat apa
Di sisi lain,Naila duduk berselonjor di tempat tidurnya. Masih memikirkan 'mama'nya tadi. Naila tidak bisa menerima sikap itu.
"Setelah bertahun tahun pergi. Sekarang balik? Ha."
****
Greyson memasuki kamar Naila dengan membawa 2 surat di tangannya. Dia melihat Naila duduk di dekat jendela kamar. Cahaya yang di pancarkan oleh matahir menembus ke dalam ruangan melewati jendela kamar. Wajahnya yang cantik di tambah dengan cahaya matahari membuatnya tampak menawan.
Dada Greyson bergemuruh melihat pemandangan di hadapannya itu. Gadis di hadapannya itu terlihat seperti lukisan,sangat indah.
"Greyson?" Ujar Naila. Lamunan Greyson langsung terbuyar
"Oh,emh. Maaf. Ini pengumumannya udah ada"
Naila langsung berdiri tegak. Di lihatnya surat yang ada di tangan Greyson. Greyson memberi 1 surat yang di tangannya kepada Naila.
"Hitungan ketiga,kita buka sama sama" ujar Naila di sambut dengan anggukan kepala Greyson
"1.....2....3!" Dengan singgap kedua tangan mereka membuka amplop itu dan membaca isinya
Mata Naila membulat. Hal pertama yang di lihatnya adalah huruf huruf yang bersusun membuat sebuah kata "selamat!"
Naila menutup mulutnya. Dia di terima! Setelah usaha yang di lakukannya selama 1 bulan terakhir ini,akhirnya ia di terima!
Di lihatnya Greyson melakukan hal yang sama. Mereka berdua berteriak kegirangan dan berpelukan
****
February, 25th 2011
Naila dan Greyson asik bercanda tawa di taman yang terletak di belakang panti. Matahari bersinar terik tapi tak meluputkan tawa dua manusia yang sedang jatuh cinta ini.
"Nai" panggil Cecil yang tiba tiba sudah berada di sebelah mereka
"Hu? Kenapa Bunda?" Tanya Naila
"Ada orang yang pengen ketemu kamu" ujar Cecil
Naila dengan langkah bingung berjalan ke arah ruang tamu di ikuti Greyson di belakangnya.
Naila terdiam. Dia melihat wanita yang tak lain adalah Gwen,ibunya sendiri. Gwen tersenyum melihat Naila yang sudah berubah menjadi gadis remaja yang menawan.
"Nai,ini mama kamu. Ingatkan?" Tanya Cecil
"Gak. Gak. Mama aku ya cuma bunda Cecil. Gak ada yang lain! Ini siapa? Bunda ngaco ah" bantah Naila berusaha melarikan diri dari kenyataan yang ada.
"Ini Mama,Nai. Kamu lupa?" Tanya Gwen dengan raut muka sedih.
"Haha! Ngaco ah!" Ujar Naila. Ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu itu. Ia terduduk. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa wanita itu bukanlah Ibunya. Atau mungkin lebih tepat melarikan diri.
"Nai?" Suara Gwen terdengar dari luar kamarnya "ini mama. Kamu gak ingat?"
"Mama aku cuma bunda Cecil! Gak ada yang lain!"
"Nai,mama tau mama waktu itu jahat ninggalin kamu. Tapi mama punya alasan,Nai. Naila musti percaya. Mama sayang sama Naila"
"Bohong! Kalau mama sayang sama Naila,kenapa mama ninggalin Naila?" Airmata mulai membasahi pipi Naila. Perih di hatinya sudah tidak bisa lagi di bendung. Sudah cukup ia menahan itu semua selama bertahun tahun
"Mama punya alasan,Nai"
"Alasan apa? Mama gak sayangkan sama aku?! Mama gak usah bohong"
"Mama gak bohong. Mama ada masalah besar yang musti di selesaikan. Dan mama gak mungkin bawa kamu ke permasalahan itu,Nai. Tolong maafin mama"
"Mama tau gak sih kalau Naila kesepian gak ada mama. Naila waktu itu masih kecil. Gak ngerti apa apa. Tapi Mama malah ninggalin Naila"
"Mama tau,Nai. Makanya mama ke sini. Mama mau tanggung jawab"
"Tanggung jawab? Dengan cara apaa?!"
"Mama mau bawa kamu ke rumah mama dan akan menjadi rumah kamu. Dan kali ini mama janji gak bakal ninggalin kamu"
"Setelah ninggalin aku bertahun tahun,mama pengen aku kembali ke mama? Jangan harap!"
"Tolong pikirkan sekali lagi Nai. Mama cukup tersiksa dengan keadaan kamu gak ada di samping mama"
Tak ada jawaban. Hanya ada isak tangis yang di keluarkan Naila. Gwen tidak tau ingin berbicara apa lagi. Akhirnya ia bangkit dan pergi meninggalkan panti.
****
Naila masih duduk. Tangisnya sudah berhenti beberapa jam yang lalu. Sekrang dia bingung. Dia ingin kembali di sisi mamanya,tapi tak tega meninggalkan panti.
"Nai?" Suara Greyson terdengar dari luar. "Buka pintunya dong"
Naila bangkit dan membuka pintu. Di lihat Greyson berdiri tegap.
"Kamu gak apa apa?" Tanya Greyson. Bukannya menjawab,Naila malah melanjutkan tangisannya sambil memeluk Greyson
"Aku....aku gak tauuu!" Jawab Naila di sela sela tangisannya
Greyson hanya bisa mengelus kepala Naila
"Nangis aja Nai sampai kamu lega. Nangis aja di pelukan aku. Curahkan semua yang ada di pikiran kamu. Aku siap mendengarkannya" ujar Greyson. Tangisan Naila bertambah keras. Greyson memeluk Naila erat. Hatinya tak sanggup melihat gadis yang ia cintai menangis seperti ini. Tapi yang hanya bisa ia lakukan hanya ini
****
Setelah setengah jam terlewati dengan tangisan Naila di pelukan Greyson,kini mereka hanya diam di dalam kamar Naila
"Jadi,kamu gimana,Nai? Apa pilihan kamu?" Tanya Greyson
"Entahlah. Aku masih pengen di sini,tapi di sisi lain aku kangen sama mama. Menurut kamu,aku harus gimana?"
"Berat Nai ngatainnya. Aku juga pengen kamu di sini. Tapi,lebih baik kamu kembali sama mama kamu. Karna dialah orang yang bertaruh nyawa hanya untuk ngelahirin kamu"
"Tapi gimana dengan SMA nanti?"
"Kamu bakal dapatin yang lebih bagus lagi,Nai"
"Berarti kita pisah?"
"Iya. Tapi,kuliah nanti aku janji bakal nyusul kamu dimanapun kamu berada. Janji"
"Beneran?"
"Iya. Aku gak bakal bohong. Apalagi sama kamu"
Naila menghela nafas panjang
"Berat ngucapinnya. Tapi aku akan balik sama mama"
Greyson tersenyum paksa. Bagaimanapun juga,dialah yang mengusulkan agar Naila tinggal bersama Ibunya lagi
****
March, 3rd 2011
Naila menggeret koper berisi bajunya keluar panti. Di lihatnya ibunya sudah menunggu di sebelah mobil jazz putih. Dia menghela nafas. Beberapa saat lagi dia akan meninggalkan panti asuhan ini dan meninggalkan Indonesia untuk tinggal bersama Ibunya di LA.
Di lihatnya kebelakang. Anak anak panti asuahn,termasuk Greyson, dan Cecil berdiri. Raut muka sedih mereka pancarkan.
Naila memeluk Cecil untuk kesekian kalinya. Dan kemudian memeluk Greyson. Pelukan terakhir mereka.
Air mata sudah tergenang di mata Naila. Dia tak ingin melepaskan pelukan ini. Pelukan erat yang di berikan oleh orang yang di cintainya. Ya,memang sudah telat untuk menyadari perasaannya ini
Naila hendak melepaskan pelukannya dengan Greyson,tapi Greyson tidak mau melepasnya
"Greyson?"
"Gak. Aku gak mau lepasin kamu,Nai! A...aku sayang sama kamu. Aku...cinta sama kamu nai! Jangan tinggalin aku" ujar Greyson. Akhirnya,kata kata yang ia pendam selama ini akhirnya keluar. Dan kata kata itu mampu membuat air mata Naila turun membasahi kaus yang sedang di pakai Greyson
"A...aku juga,Grey. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau pergi. Tapi aku gak bisa. Udah telat untuk membatalkan semua ini"
"Aku tau. Tapi sebelum kamu pergi,aku cuma pengen nyampein apa yang aku rasain"
Greyson melepas pelukannya. Di tatapnya bola mata menawan milik Naila
"Tunggu aku nanti. Aku bakal nyusul kamu" ujar Greyson. Di kecupnya kening Naila
"Iya,aku akan selalu nunggu kamu sampai aku mati"
****
March, 3rd. 2014
Naila sibuk memberesi apartemen yang akan di tempatinya selama dia akan kuliah. Ya,Naila sekarang sudah menginjak masa masa kuliah. Dan dia berharap Greyson masih akan menepati janjinya itu.
Berjam jam dia habiskan untuk memberesi apartmennya itu. Setelah beres semua,Naila keluar untuk mencari udara segar.
Di lihatnya sekelilingnya penuh dengan sekumpulan orang orang yang berjalan dan mobil berlalu lalang
Dia tersenyum. Dia akan meneruskan hidupnya di kota ini
Setelah celingukan,pandangan Naila tersita dengan seorang lelaki. Seoorang lelaki yang sangat mirip dengan lelaki yang ada di masa lalunya.
Tanpa sadar,kaki Naila berlari ke tempat lelaki itu. Walaupun banyak orang yang lewat,hal itu tidak meluputkan rasa ingin menyapa di hati Naila
Naila hanya berjarak beberapa cm dari lelaki itu. Naila menepuk pundak lelaki itu
"Greyson?" Lelaki itu menoleh ke arah Naila
"Naila?"
THE END
Hope you like it!
January, 6th 2001
Kaki kaki kecil seorang anak perempuan berumur sekitar 5 tahun bergerak tanpa henti. Dari kiri ke kanan. Depan ke belakang. Entahlah,kakinya seperti tak ada lelahnya bergerak. Mulutnya pun ikut beraktivitas. Mulutnya terus mengeluarkan ocehan tak jelas.
Aktivitasnya terhenti ketika seseorang mengangkat badannya. Di lihat muka Ibunya dengan raut muka sedikit bingung
"Mama!" Sahut anak itu menyentuh muka Ibunya
Ibunya hanya tersenyum. Ia terus mengendong anaknya itu.
Ibu itu berjalan,sedangkan anaknya terus mengoceh hal yang sama sekali tidak jelas sampai akhirnya Ibu itu berhenti di taman yang cukup sepi.
Ibu itu menurunkan anaknya.
"Kita mau ngapain ma?"
"Kamu tunggu di sini yah. Mama ada urusan di sana" Ibu itu menunjuk ke arah gubuk reyot yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat ia menurunkan anaknya
"Iya! Jangan lama lama ya ma. Nanti pulangnya Naila mau es krim"
Ibu itu hanya tersenyum. Sebelum pergi,ia mengalungkan sebuah liontin di leher anaknya,yang tak lain bernama Naila. Ia mengecup kening Naila dan pergi ke arah gubuk itu.
Naila duduk di rerumputan taman itu. Sambil menunggu Ibunya ia memainkan liontinnya. Ia menunggu ibunya.
10 menit...
20 menit....
30menit....
Ibunya tak kunjung keluar. Mata Naila sudah mulai sayu,kantuk sudah menyerang. Angin di taman itu menambah kantuknya sampai akhirnya matanya tertutup rapat.
****
Naila terbangun dari tidurnya karna suara klakson truk yang keras. Ketika ia bangun,langit sudah gelap. Entah jam berapa sekarang,ia tak tau. Yang ia tau,ibunya belum menjemputnya.
Naila mengucek mata coklatnya,setelah sadar penuh,Naila berjalan perlahan ke arah gubuk reyot itu. Ia mengintip dari bolongan gubuk itu. Gelap. Tidak ada penerangan. Tidak ada orang juga. Jantung Naila mulai berdegup kencang. Ia membuka pintu gubuk itu. Ia sama sekali tidak bisa bisa menemukan Ibunya di gubuk itu.
Air matanya sudah tergenang. Naila keluar dari gubuk itu. Matanya terus mencari keberadaan ibunya,tapi yang ia lihat hanya jalanan yang sepi. Air matanya keluar.
"Mama?! Mama dimana?!" Naila berlari dengan kaki kecilnya yang sudah sedikit kotor akibat tertidur di rumput. Mata Naila melihat ke kanan ke kiri,berusaha menemukan Ibunya. Tapi nihil,tidak ada siapa siapa di sana. Tapi entah kenapa,kakinya terus berlati tanpa arah sampai akhirnya ia terjatuh membuat tangisnya makin keras
"Mama! Mama dimana? Mama jangan ninggalin Naila! Naila sayang mama!"
Naila terus terus berteriak memanggil mamanya. Tapi percuma. Sebanyak apapun kata yang ia keluarkan,sekeras apapun suara teriakannya,sekuat apapun tangisannya,Ibunya itu tak akan muncul
Sampai akhirnya sebuah tangan memegang pundaknya
"Mama?!" Naila melihat ke belakang,tapi sayang itu bukanlah mamanya. Entah siapa perempuan yang memegang pundak Naila. Naila bahkan tidak kenal perempuan itu. Naila menatap mata perempuan itu. Perempuan itu tersenyum ke arah Naila dan menggendong Naila.
"Naila sekarang sama tante aja ya?"
"Gamau! Naila maunya sama mama!"
"Anggap aja tante mamanya Naila ya?"
"Gamau! Mama ya mama! Naila gak kenal tante"
"Nantikan kita bisa saling mengenal"
"Gamau! Lagian tante tau darimana nama Naila? Tantekan gak pernah ketemu Naila"
Perempuan itu tidak menghiraukan perkataan Naila. Dia tetap berjalan sambil menggendong Naila. Walaupun Naila tidak ingin ikut dengan perempuan itu,Naila sama sekali tidak memberontak di gendong perempuan itu. Badannya sudah cukup lelah untuk berontak
Perempuan itu menggendong Naila menuju sebuah rumah yang besar,tepatnya Panti Asuhan.
"Naila mau di bawa kemana tante?"
"Ini rumah baru Naila. Tapi kita biasa manggilnya Panti Asuhan. Di sini banyak anak anak lho. Naila gak bakal kesepian di sini"
"Tapi kalo gak ada mama,semua gak ada artinya"
Perempuan itu terdiam. Dia menatap bola mata coklat yang besar tapi menawan milik Naila. Dia benar benar tidak percaya anak seumuran Naila ini berkata kata kata yang melampaui umurnya. Perempuan itu kemudian tersenyum.
"Kita lihat aja nanti ya. Kan kalo gak ada mama kamu,tante bisa jadi mama kedua kamu"
"Mama kedua?"
"Iya. Kamu bisa panggil tante,em,Bunda Cecil"
"Bunda Cecil?"
"Iya. Anak anak yang tinggal di sini memanggil tante itu. Kamu juga boleh kok manggil tante itu"
Naila terdiam. Dia memainkan jari jari mungilnya.
"Bunda Cecil tau dimana mama Naila?"
Cecil terdiam. Ingin mengucapkan sesuatu tapi kata kata itu seperti tercekat di lehernya. Cecil hanya tersenyum. Dia menurunkan Naila tepat di depan pintu kamar di panti asuhan itu. Cecil membuka pintu kamar itu. Cukup banyak anak anak dari berbagai umur yang sudah tidur nyenyak. Cecil membawa Naila ke salah satu tempat tidur yang kosong.
"Naila tidur di sini ya?"
Naila hanya diam tapi dia menuruti perkataan Cecil. Dalam waktu beberapa menit Naila sudah terbawa ke dunia mimpi
Cecil keluar dari kamar itu menuju kamarnya sendiri. Ia meraih handphone-nya dan menelpon seseorang
"Halo? Cecil?" Sahut suara di sebrang sana
"Gwen?"
"Oh hai Cecil. Apa Naila sudah bersamamu?"
"Iya. Dia sedang tidur di kamar"
"Baguslah"
"Gwen?"
"Ya?"
"Apa kamu yakin akan keputusan kamu ini? Apa kamu yakin tidak akan menyesal?"
"Aku sudah pasti menyesal telah menitipkan Naila,anakku sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini pilihanku satu satunya"
"Kapan kamu berencana mengambilnya lagi?"
"Entahlah. Mungkin saat masalah ini selesai?"
"Selesai? Kamu taukan masalahmu akan selesai butuh waktu bertahun,bahkan belasan tahun"
"Aku tau. Makanya aku minta tolong padamu,jaga Naila baik baik. Naila adalah satu satunya harta karun yang aku punya"
"Aku mengerti. Semoga kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan lancar"
"Terima kasih,Cecil"
Hubungan terputus. Cecil menaruh handphonenya dan tidur.
Di sisi lain,Gwen,ibunya Naila,menggeret koper besar berisi baju bajunya ke arah pesawat tujuan London. Saat ini dia benar benar kacau. Dia tidak ingin meninggalkan Naila di Indonesia,tapi di sisi lain dia juga tidak bisa membawa Naila di tengah tengah permasalahan yang ia hadapi sekarang.
Dengan hati yang berat,Gwen pergi meninggalkan Indonesia dan Naila.
*******
7 januari 2001
"Siapa dia?"
"Anak baru?"
"Aku belum pernah melihatnya"
Bisikan demi bisikan telontar dari mulut anak panti asuhan. Mereka mengerumuni tempat tidur Naila. Naila yang masih tertidur,tersadar akan bisikan bisikan itu. Mata Naila terbuka lebar
"Siapa kamu?" Itulah kata pertama yang di lontar oleh salah satu anak yang mengurumuni Naila ketika dia bangun.
Naila yang masih tiduran langsung bangkit. Anak anak itupun spontan menjauh dari Naila layaknya Naila adalah makhluk luar angkasa yang jatuh ke bumi. Mereka semua terdiam. Tidak ada sikitpun yang berani membuka mulut.
Naila yang takut di tatap seperti itu langsung berlari ke luar kamar. Tanpa di sangka sangka,Naila menabrak seseorang.
"Aw" keluh mereka berdua. Mereka saling bertatapan
"Siapa kamu?" Tanya anak lelaki yang di tabrak Naila. Naila tidak menjawab. Dia hanya berdiri di sana sambil menatap jari jari kakinya
"Dia Naila. Mulai sekarang dia tinggal bersama kita" ujar Cecil yang entah kapan sudah ada di belakang anak lelaki tadi
"Anak baru lagi bun?"
"Yaa,begitulah!"
"Asyiik! Aku Greyson! Senang bertemu denganmu Naila!" Greyson menjulurkan tangannya di hadapan Naila. Naila membalas jabatan tangan Greyson dengan ragu
"A...aku juga"
Seketika,anak anak yang tadi mengerumuni Naila berlari ke arah Naila. Mereka berebutan ingin berkenalan dengan Naila. Naila yang kebingungan berjabat tangan dengan mereka semua hanya tersenyum. Seketika,dia lupa akan apa yang terjadi pada dirinya semalam.
****
"Mama kapan datang?" Tanya Naila siang itu kepada Cecil. Cecil hanya bisa diam. Tidak tau ingin menjawab apa.
"Nanti ada waktunya kok mama Naila datang. Sabar ya?"
"Lama gak?"
"Naila sabar aja yah?"
Naila terdiam. Dia tidak bisa sabar. Dia hanyalah anak kecil berumur 5 tahun yang masih sangat membutuhkan pelukan,ciuman,senyuman dari seorang ibu kandungnya. Bukan malah hidup tanpa seorang ibu. Terlebih lagi ayahnya sudah meninggal ketika dia masih dalam kandungan Ibunya.
1 hari
2 hari
3 hari sudah terlewat tanpa seorang ibu kandung di samping Naila. Dan tidak sedikitpun dia berhenti bertanya dimana keberadaan Ibunya itu.
*****
Sudah 2 minggu sejak Naila tinggal di panti asuhan.
Saat ini,dia melihat ke arah taman yang basah karena di guyur hujan deras. Dia menunggu Ibunya yang entah kapan akan datang menjemputnya.
Tapi, saat itu ia sadar bahwa tidak ada gunanya menunggu Ibunya datang untuk menjemputnya. Ibunya tidak akan pernah menjemputnya. Ia di buang
Air mata jatuh ke pipi gembung milik Naila. Greyson yang melihatnya langsung menghampiri Naila
"Naila kenapa?"
"Gapapa"
"Naila cerita aja"
"Gak papa kok"
"Gapapa gimana? Kamu aja nangis"
"Aku cuma sedih"
"Sedih kenapa?"
"kamu gak bakal ngerti"
"Aku berusaha buat ngerti deh"
"KAMU GAK BAKAL NGERTI GIMANA RASANYA GAK ADA ORANG TUA!" Teriak Naila kepada Greyson. Semua anak panti asuhan melihat Naila. Naila yang keceplosan berteriak seperti itu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.
Greyson memegang pundak Naila
"Naila tau gak ini panti asuhan?" Tanya Greyson. Tapi Naila hanya diam
"Tau gak panti asuhan itu apa?" Tanya Greyson lagi. Tapi Naila tetap bungkam
"Panti asuhan itu tempat anak anak yang gak punya orang tua lho. Jadi semua yang di sini tau gimanaa rasanya gak ada orang tua. Tapi karna kita bersama di sini,kita merasa lengkap. Dan Naila gak boleh bersedih terus karna kita semua ada di sini untuk Naila" Naila diam. Tapi air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.
Greyson memeluk tubuh kecil Naila. Beberapa detik kemudian,tak hanya Greyson saja yang memeluk Naila,tapi beberapa anak yang lain juga
*****
December,22nd 2010
Naila dan Greyson sudah mulai menginjak usia 14 tahun. Naila berubah menjadi gadis remaja yang cantik dan menawan. Sebagian paras Ibunnya yang cantik turun ke Naila. Mata coklatnya yang besar mampu membuat orang memalingkan mukanya 2 kali hanya untuk melihat mata indah miliknya.
Sedangkan Greyson tumbuh menjadi pemuda tampan yang mampu melindungi seorang gadis,terutama Naila
Tahun depan adalah saat dimana mereka akan duduk di bangku sma. Tapi karna keterbatasaan uang yang di sediakan panti asuhan,tentu mereka belum tentu bisa masuk SMA favorit.
Tapi,tentu mereka bisa masuk bila mengambil beasiswa
Naila duduk di depan perapian panti asuhan bersama segerombolan anak panti asuhan yang lain. Greysoon dengan santai duduk di sebelah Naila sambil merangkul pundak Naila.
Tawa mereka lontarkan. Kehangatan kebersamaan mereka mengalahkan dinginnya udara. Susu coklat panas juga tak ketinggalan untuk melengkapi suasana hangat mereka. Pohon Natal sudah berdiri tegak di sudut ruangan tempat mereka berkumpul saat itu. Hiasan demi hiasan memperindah pohon itu.
"Makan malam sudah siap!" Teriak Cecil dari arah dapur. Anak anak panti asuhan langsung berebut menuju ruang makan untuk mendapat posisi makan yang bagus
Greyson bangkit dari duduknya. Di sondorkan kedua tangannya untuk membantu Naila berdiri. Naila menyambut kedua tangan Greyson dan langsung berdiri.
"Makasih"
"Sama samaa"
Greyson dan Naila berjalan berangkulan menuju ruang makan. Perjalanan menuju ruang makan itu di hiasi dengan obrolan dan canda tawa mereka
"Cieeeee,ada pengantin baruu" ujar salah seorang anak panti ketika Greyson dan Naila memasuki ruang makan
Naila dan Greyson dengan polosnya bertanya "Siapa?" berbarengan
"Ya kak Naila sama kak Greysonla!" Teriak anak yang tadi lagi
Muka Naila dan Greyson langsung berubah menjadi merah. Cecil hanya bisa senyam senyum melihat anak didiknya itu mulai tumbuh dewasa
"Ih,pengatin apaan sih" ujar Naila mulai risih dengan keadaannya sekarang
"Kak Naila sook malu ihh. Padahal senengkaaan? Cieeeeee"
"Iyaa haha! Itu di rangkul kak Greyson aja mauuu" goda anak anak panti asuhan itu. Greyson spontan melepas rangkulannya di pundak Naila.
"Kak Naila duduk di siniii" seorang anak perempuan menarik tangan Naila dan mendudukkannya di kursi tengah meja makan "Kalo kak Greyson di siniii" anak perempuan tadi menarik tangan Greyson dan mendudukannya tepat di sebrang Naila. Jadinya mereka makan berhadap hadapan
"Cieeee! Pengantin baru makan hadap hadapann! Suap suapan deh nantiiii hahaha"
Merah sudah pipi Naila dan Greyson. Perasaan mereka saat ini campur aduk dari senang,malu,marah dll.
"Hush! Udah udah!" Ujar Cecil mendiamkan anak anak panti yang tadi heboh "makan dulu sana. Nanti kak Naila sama kak Greyson gamau main lagi sama kalian lho!"
"Iya! Nanti kalo kalian goda kakak lagi,kakak ngambek!" Sambung Naila
Anak anak panti langsung duduk di tempat mereka masing masing. Mereka tidak ingin berantam dengan Naila ataupun Greyson karna cuma merekalah panutan anak panti yang lebih muda dari mereka
*****
December, 24th 2010
Naila duduk di ruang perapian bersama Cecil dan Greyson. Mereka sibuk membungkus hadiah untuk anak panti yang lain karna besok adalah hari besar untuk mereka.
Walau jam sudah menunjukkan pukul 11 malam,tangan mereka belum berhenti membungkus hadiah
"Kalo kalian ngantuk,tidur aja. Biar Bunda yang beresin" ujar Cecil karna melihat 'anak'nya itu mulai mengantuk
"Gak kok bun,gak apa apa. Aku masih sanggup" balas Greyson
"Iya bun,aku juga" ujar Naila
"Yasudah. Tapi kalo ngantuk bilang aja yah?"
"Iyaaa"
Keheningan terjadi di antara mereka. Cecil melihat Naila dan Greyson secara bergantian. Sesuatu langsung terbesit di benaknya
"Kalian gak pacaran?" Tanya Cecil menggoda dua remaja ini
"Ha? Pacaran? Ih,bunda kok udah kayak anak panti aja sih. Goda goda kami" ujar Greyson yang malu akan ucapan Cecil
"Lho? Kenapa emangnya? Kalian cocok lho"
"Ih,bunda,apaan sih" ujar Naila sambil menutupi muka merahnya
"Hahaha iya deh iya deh. Bunda cuma bercanda. Tapi kalo terjadi sih bunda syukur syukur aja yah hahahaha. Yaudah lanjut yuk bungkusnya"
Keheningan terjadi lagi. Mereka bertiga tampak serius membungkus kado kado itu.
Naila melirik ke arah Greyson yang sibuk membungkus kado. Tangannya tampak lincah meliuk ke sana kemari. Tampangnya santai tapi matanya menunjukkan keseriusan
Entah sejak kapan,dada Naila mulai bergemuruh. Dadanya sesak. Perasaan apa ini?
Jarum jam menunjukkan pukul 1 malam ketika kado sudah terbungkus semua. Mata mereka bertiga sudah mulai memerah sedikit.
"Haaah,akhirnya siap juga. Makasih ya Greyson sama Naila. Bunda terbantu banget lho" ujar Cecil
"Iya bun,sama samaa"
"Sebelum kalian tidur,bunda pengen ngasih ini" Cecil membuka laci meja di ruangan itu
"Merry Christmas Naila,Greyson!" Cecil menyondorkan 2 lembar fomulir beasiswa SMA favoorit di kota yang mereka tempati saat itu.
Naila dan Greyson senang bukan main. Spontan mereka langsung memeluk Cecil
"Makasi banyak bundaaa!!!" Ujar Naila yang senangnya bukan main.
"Makasi bun. Ini kado terhebat" ujar Greyson
"Iya sama samaa"
Mereka melepaskan pelukan itu dan langsung menatap lembaran yang penuh dengan tulisan itu
"Tesnya masih 1 bulan lagi. Kalian masih punya waktu buat belajar! Manfaatin kesempatan 1 bulan itu untuk kalian belajar" nasehat Cecil yang di sambut oleh anggukan semangat dari Naila dan Greyson
"Kalian mau susu coklat?" Tawar Cecil
Greyson dan Naila mengangguk. Cecil memasuki dapur sedangkan Naila duduk di sofa ruangan itu
Naila dan Greyson masih asik menatap formulir itu bagaikan harta karun yang sangat berharga bagi mereka.
Tapi,rasa kantuk Naila sudah tak bisa terbendung lagi. Ia akhirnyaa terlelap di pundak Greyson
"Nai-" ucapan Greyson terpotong melihat Naila sudah terlelap di sampingnya. Di lihatnya Naila dengan wajah tidurnya. Meskipun begitu,kecantikannya tidak lepas.
Dada greyson mulai bergemuruh. Dia tau pasti perasaan apa ini. Dia mencintai gadis yang tertidur di pundaknya itu. Dia sudah menyadari perasaan ini sejak dulu,tapi ia takut mengungkapkannya.
Greyson menyenderkan kepalanya di atas kepala Naila. Dia menutup matanya dan tertidur.
Cecil membawa nampan yang berisi 2 gelas coklat panas. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat 2 remaja itu tertidur. Cecil tersenyum lalu meninggalkan mereka berdua. Beberapa menit kemudian Cecil kembali dengan selimut tebal dan kamera digital. Dia menyelimuti mereka berdua. Tak lupa Cecil memotret mereka sebelum akhirnya pergi
****
Hari demi hari terlewati. Naila dan Greyson sibuk mempersiapkan diri untuk tes yang akan mereka hadapi. Tiada hari tanpa pergi ke perpustakaan. Tiada hari tanpa memegang buku.
Dan seiring waktu berjalan gemuruh di dada Naila terus terusan bertamabah ketika ia berada di dekat Greyson. Tapi,ia masih belum mengetahui perasaan apa yang ada di dadanya
****
February, 2nd 2011
Tiba sudah dimana tes itu akan di mulai. Greyson dan Naila sibuk menjawab pertanyaan di kertas lembar yang menentukan nasib mereka itu.
2 jam terlewati. Tes sudah berakhir. Sekarang mereka hanya bisa berdoa agar di terima
****
February, 15 2011
Hari ini adalah hari yang mereka tunggu tunggu. Hari dimana pengumuman tes itu keluar. Hari dimana masa depan mereka di tentukan oleh sebuah kertas putih.
Greyson dan Naila duduk di sofa sambil perpegangan tangan menunggu tukang pos datang dan memberi surat itu kepada mereka
Ting....tong.....
Bel pintu asuhan berbunyi.
Dengan dada yang bergemuruh,Naila dan Greyson berjalan bersama membuka pintu. Tapi,bukan tukang pos yang datang. Seorang perempuan berusia 40 tahunan berdiri. Naila memperhatikan muka perempuan itu dengan seksama. Muka yang sangat familiar di matanya
"Ma..mama?" Ujar Naila melihat perempuan itu
"Naila?" Perempuan itu melihat Naila. Di angkatnya tangan kanannya untuk menyentuh muka Naila. Tapi Naila menghindar. Dia malah masuk dan mengunci pintu kayu itu.
"Tadi siapa Nai?" Tanya Greyson bingung
"Gak. A...aku gatau" Naila berlari menuju kamarnya.
Greyson hanya berdiri. Sedangkan perempuan yang berada di luar itu berteriak
"Naila? Ini mama! Kamu ingatkan? Nailaa?"
Greyson diam di tempat. Tak tau ingin berbuat apa
Di sisi lain,Naila duduk berselonjor di tempat tidurnya. Masih memikirkan 'mama'nya tadi. Naila tidak bisa menerima sikap itu.
"Setelah bertahun tahun pergi. Sekarang balik? Ha."
****
Greyson memasuki kamar Naila dengan membawa 2 surat di tangannya. Dia melihat Naila duduk di dekat jendela kamar. Cahaya yang di pancarkan oleh matahir menembus ke dalam ruangan melewati jendela kamar. Wajahnya yang cantik di tambah dengan cahaya matahari membuatnya tampak menawan.
Dada Greyson bergemuruh melihat pemandangan di hadapannya itu. Gadis di hadapannya itu terlihat seperti lukisan,sangat indah.
"Greyson?" Ujar Naila. Lamunan Greyson langsung terbuyar
"Oh,emh. Maaf. Ini pengumumannya udah ada"
Naila langsung berdiri tegak. Di lihatnya surat yang ada di tangan Greyson. Greyson memberi 1 surat yang di tangannya kepada Naila.
"Hitungan ketiga,kita buka sama sama" ujar Naila di sambut dengan anggukan kepala Greyson
"1.....2....3!" Dengan singgap kedua tangan mereka membuka amplop itu dan membaca isinya
Mata Naila membulat. Hal pertama yang di lihatnya adalah huruf huruf yang bersusun membuat sebuah kata "selamat!"
Naila menutup mulutnya. Dia di terima! Setelah usaha yang di lakukannya selama 1 bulan terakhir ini,akhirnya ia di terima!
Di lihatnya Greyson melakukan hal yang sama. Mereka berdua berteriak kegirangan dan berpelukan
****
February, 25th 2011
Naila dan Greyson asik bercanda tawa di taman yang terletak di belakang panti. Matahari bersinar terik tapi tak meluputkan tawa dua manusia yang sedang jatuh cinta ini.
"Nai" panggil Cecil yang tiba tiba sudah berada di sebelah mereka
"Hu? Kenapa Bunda?" Tanya Naila
"Ada orang yang pengen ketemu kamu" ujar Cecil
Naila dengan langkah bingung berjalan ke arah ruang tamu di ikuti Greyson di belakangnya.
Naila terdiam. Dia melihat wanita yang tak lain adalah Gwen,ibunya sendiri. Gwen tersenyum melihat Naila yang sudah berubah menjadi gadis remaja yang menawan.
"Nai,ini mama kamu. Ingatkan?" Tanya Cecil
"Gak. Gak. Mama aku ya cuma bunda Cecil. Gak ada yang lain! Ini siapa? Bunda ngaco ah" bantah Naila berusaha melarikan diri dari kenyataan yang ada.
"Ini Mama,Nai. Kamu lupa?" Tanya Gwen dengan raut muka sedih.
"Haha! Ngaco ah!" Ujar Naila. Ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu itu. Ia terduduk. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa wanita itu bukanlah Ibunya. Atau mungkin lebih tepat melarikan diri.
"Nai?" Suara Gwen terdengar dari luar kamarnya "ini mama. Kamu gak ingat?"
"Mama aku cuma bunda Cecil! Gak ada yang lain!"
"Nai,mama tau mama waktu itu jahat ninggalin kamu. Tapi mama punya alasan,Nai. Naila musti percaya. Mama sayang sama Naila"
"Bohong! Kalau mama sayang sama Naila,kenapa mama ninggalin Naila?" Airmata mulai membasahi pipi Naila. Perih di hatinya sudah tidak bisa lagi di bendung. Sudah cukup ia menahan itu semua selama bertahun tahun
"Mama punya alasan,Nai"
"Alasan apa? Mama gak sayangkan sama aku?! Mama gak usah bohong"
"Mama gak bohong. Mama ada masalah besar yang musti di selesaikan. Dan mama gak mungkin bawa kamu ke permasalahan itu,Nai. Tolong maafin mama"
"Mama tau gak sih kalau Naila kesepian gak ada mama. Naila waktu itu masih kecil. Gak ngerti apa apa. Tapi Mama malah ninggalin Naila"
"Mama tau,Nai. Makanya mama ke sini. Mama mau tanggung jawab"
"Tanggung jawab? Dengan cara apaa?!"
"Mama mau bawa kamu ke rumah mama dan akan menjadi rumah kamu. Dan kali ini mama janji gak bakal ninggalin kamu"
"Setelah ninggalin aku bertahun tahun,mama pengen aku kembali ke mama? Jangan harap!"
"Tolong pikirkan sekali lagi Nai. Mama cukup tersiksa dengan keadaan kamu gak ada di samping mama"
Tak ada jawaban. Hanya ada isak tangis yang di keluarkan Naila. Gwen tidak tau ingin berbicara apa lagi. Akhirnya ia bangkit dan pergi meninggalkan panti.
****
Naila masih duduk. Tangisnya sudah berhenti beberapa jam yang lalu. Sekrang dia bingung. Dia ingin kembali di sisi mamanya,tapi tak tega meninggalkan panti.
"Nai?" Suara Greyson terdengar dari luar. "Buka pintunya dong"
Naila bangkit dan membuka pintu. Di lihat Greyson berdiri tegap.
"Kamu gak apa apa?" Tanya Greyson. Bukannya menjawab,Naila malah melanjutkan tangisannya sambil memeluk Greyson
"Aku....aku gak tauuu!" Jawab Naila di sela sela tangisannya
Greyson hanya bisa mengelus kepala Naila
"Nangis aja Nai sampai kamu lega. Nangis aja di pelukan aku. Curahkan semua yang ada di pikiran kamu. Aku siap mendengarkannya" ujar Greyson. Tangisan Naila bertambah keras. Greyson memeluk Naila erat. Hatinya tak sanggup melihat gadis yang ia cintai menangis seperti ini. Tapi yang hanya bisa ia lakukan hanya ini
****
Setelah setengah jam terlewati dengan tangisan Naila di pelukan Greyson,kini mereka hanya diam di dalam kamar Naila
"Jadi,kamu gimana,Nai? Apa pilihan kamu?" Tanya Greyson
"Entahlah. Aku masih pengen di sini,tapi di sisi lain aku kangen sama mama. Menurut kamu,aku harus gimana?"
"Berat Nai ngatainnya. Aku juga pengen kamu di sini. Tapi,lebih baik kamu kembali sama mama kamu. Karna dialah orang yang bertaruh nyawa hanya untuk ngelahirin kamu"
"Tapi gimana dengan SMA nanti?"
"Kamu bakal dapatin yang lebih bagus lagi,Nai"
"Berarti kita pisah?"
"Iya. Tapi,kuliah nanti aku janji bakal nyusul kamu dimanapun kamu berada. Janji"
"Beneran?"
"Iya. Aku gak bakal bohong. Apalagi sama kamu"
Naila menghela nafas panjang
"Berat ngucapinnya. Tapi aku akan balik sama mama"
Greyson tersenyum paksa. Bagaimanapun juga,dialah yang mengusulkan agar Naila tinggal bersama Ibunya lagi
****
March, 3rd 2011
Naila menggeret koper berisi bajunya keluar panti. Di lihatnya ibunya sudah menunggu di sebelah mobil jazz putih. Dia menghela nafas. Beberapa saat lagi dia akan meninggalkan panti asuhan ini dan meninggalkan Indonesia untuk tinggal bersama Ibunya di LA.
Di lihatnya kebelakang. Anak anak panti asuahn,termasuk Greyson, dan Cecil berdiri. Raut muka sedih mereka pancarkan.
Naila memeluk Cecil untuk kesekian kalinya. Dan kemudian memeluk Greyson. Pelukan terakhir mereka.
Air mata sudah tergenang di mata Naila. Dia tak ingin melepaskan pelukan ini. Pelukan erat yang di berikan oleh orang yang di cintainya. Ya,memang sudah telat untuk menyadari perasaannya ini
Naila hendak melepaskan pelukannya dengan Greyson,tapi Greyson tidak mau melepasnya
"Greyson?"
"Gak. Aku gak mau lepasin kamu,Nai! A...aku sayang sama kamu. Aku...cinta sama kamu nai! Jangan tinggalin aku" ujar Greyson. Akhirnya,kata kata yang ia pendam selama ini akhirnya keluar. Dan kata kata itu mampu membuat air mata Naila turun membasahi kaus yang sedang di pakai Greyson
"A...aku juga,Grey. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau pergi. Tapi aku gak bisa. Udah telat untuk membatalkan semua ini"
"Aku tau. Tapi sebelum kamu pergi,aku cuma pengen nyampein apa yang aku rasain"
Greyson melepas pelukannya. Di tatapnya bola mata menawan milik Naila
"Tunggu aku nanti. Aku bakal nyusul kamu" ujar Greyson. Di kecupnya kening Naila
"Iya,aku akan selalu nunggu kamu sampai aku mati"
****
March, 3rd. 2014
Naila sibuk memberesi apartemen yang akan di tempatinya selama dia akan kuliah. Ya,Naila sekarang sudah menginjak masa masa kuliah. Dan dia berharap Greyson masih akan menepati janjinya itu.
Berjam jam dia habiskan untuk memberesi apartmennya itu. Setelah beres semua,Naila keluar untuk mencari udara segar.
Di lihatnya sekelilingnya penuh dengan sekumpulan orang orang yang berjalan dan mobil berlalu lalang
Dia tersenyum. Dia akan meneruskan hidupnya di kota ini
Setelah celingukan,pandangan Naila tersita dengan seorang lelaki. Seoorang lelaki yang sangat mirip dengan lelaki yang ada di masa lalunya.
Tanpa sadar,kaki Naila berlari ke tempat lelaki itu. Walaupun banyak orang yang lewat,hal itu tidak meluputkan rasa ingin menyapa di hati Naila
Naila hanya berjarak beberapa cm dari lelaki itu. Naila menepuk pundak lelaki itu
"Greyson?" Lelaki itu menoleh ke arah Naila
"Naila?"
THE END
0 komentar:
Posting Komentar