Kamis, 12 September 2013

Nothing Is Sweeter Than The Togetherness We Share (Greyson Love Story)

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 06.05 0 komentar
Mau ngeshare GLS (Greyson Love Story) atau GSS (Greyson Short Story) one shoot dalam bahasa Indonesia.

Hope you like it!

January, 6th 2001

Kaki kaki kecil seorang anak perempuan berumur sekitar 5 tahun bergerak tanpa henti. Dari kiri ke kanan. Depan ke belakang. Entahlah,kakinya seperti tak ada lelahnya bergerak. Mulutnya pun ikut beraktivitas. Mulutnya terus mengeluarkan ocehan tak jelas.

Aktivitasnya terhenti ketika seseorang mengangkat badannya. Di lihat muka Ibunya dengan raut muka sedikit bingung

"Mama!" Sahut anak itu menyentuh muka Ibunya

Ibunya hanya tersenyum. Ia terus mengendong anaknya itu.

Ibu itu berjalan,sedangkan anaknya terus mengoceh hal yang sama sekali tidak jelas sampai akhirnya Ibu itu berhenti di taman yang cukup sepi.

Ibu itu menurunkan anaknya.

"Kita mau ngapain ma?"

"Kamu tunggu di sini yah. Mama ada urusan di sana" Ibu itu menunjuk ke arah gubuk reyot yang berjarak sekitar 10 meter dari tempat ia menurunkan anaknya

"Iya! Jangan lama lama ya ma. Nanti pulangnya Naila mau es krim"

Ibu itu hanya tersenyum. Sebelum pergi,ia mengalungkan sebuah liontin di leher anaknya,yang tak lain bernama Naila. Ia mengecup kening Naila dan pergi ke arah gubuk itu.

Naila duduk di rerumputan taman itu. Sambil menunggu Ibunya ia memainkan liontinnya. Ia menunggu ibunya.

10 menit...
20 menit....
30menit....

Ibunya tak kunjung keluar. Mata Naila sudah mulai sayu,kantuk sudah menyerang. Angin di taman itu menambah kantuknya sampai akhirnya matanya tertutup rapat.

****

Naila terbangun dari tidurnya karna suara klakson truk yang keras. Ketika ia bangun,langit sudah gelap. Entah jam berapa sekarang,ia tak tau. Yang ia tau,ibunya belum menjemputnya.

Naila mengucek mata coklatnya,setelah sadar penuh,Naila berjalan perlahan ke arah gubuk reyot itu. Ia mengintip dari bolongan gubuk itu. Gelap. Tidak ada penerangan. Tidak ada orang juga. Jantung Naila mulai berdegup kencang. Ia membuka pintu gubuk itu. Ia sama sekali tidak bisa bisa menemukan Ibunya di gubuk itu.

Air matanya sudah tergenang. Naila keluar dari gubuk itu. Matanya terus mencari keberadaan ibunya,tapi yang ia lihat hanya jalanan yang sepi. Air matanya keluar.

"Mama?! Mama dimana?!" Naila berlari dengan kaki kecilnya yang sudah sedikit kotor akibat tertidur di rumput. Mata Naila melihat ke kanan ke kiri,berusaha menemukan Ibunya. Tapi nihil,tidak ada siapa siapa di sana. Tapi entah kenapa,kakinya terus berlati tanpa arah sampai akhirnya ia terjatuh membuat tangisnya makin keras

"Mama! Mama dimana? Mama jangan ninggalin Naila! Naila sayang mama!"

Naila terus terus berteriak memanggil mamanya. Tapi percuma. Sebanyak apapun kata yang ia keluarkan,sekeras apapun suara teriakannya,sekuat apapun tangisannya,Ibunya itu tak akan muncul

Sampai akhirnya sebuah tangan memegang pundaknya

"Mama?!" Naila melihat ke belakang,tapi sayang itu bukanlah mamanya. Entah siapa perempuan yang memegang pundak Naila. Naila bahkan tidak kenal perempuan itu. Naila menatap mata perempuan itu. Perempuan itu tersenyum ke arah Naila dan menggendong Naila.

"Naila sekarang sama tante aja ya?"

"Gamau! Naila maunya sama mama!"

"Anggap aja tante mamanya Naila ya?"

"Gamau! Mama ya mama! Naila gak kenal tante"

"Nantikan kita bisa saling mengenal"

"Gamau! Lagian tante tau darimana nama Naila? Tantekan gak pernah ketemu Naila"

Perempuan itu tidak menghiraukan perkataan Naila. Dia tetap berjalan sambil menggendong Naila. Walaupun Naila tidak ingin ikut dengan perempuan itu,Naila sama sekali tidak memberontak di gendong perempuan itu. Badannya sudah cukup lelah untuk berontak

Perempuan itu menggendong Naila menuju sebuah rumah yang besar,tepatnya Panti Asuhan.

"Naila mau di bawa kemana tante?"

"Ini rumah baru Naila. Tapi kita biasa manggilnya Panti Asuhan. Di sini banyak anak anak lho. Naila gak bakal kesepian di sini"

"Tapi kalo gak ada mama,semua gak ada artinya"

Perempuan itu terdiam. Dia menatap bola mata coklat yang besar tapi menawan milik Naila. Dia benar benar tidak percaya anak seumuran Naila ini berkata kata kata yang melampaui umurnya. Perempuan itu kemudian tersenyum.

"Kita lihat aja nanti ya. Kan kalo gak ada mama kamu,tante bisa jadi mama kedua kamu"

"Mama kedua?"

"Iya. Kamu bisa panggil tante,em,Bunda Cecil"

"Bunda Cecil?"

"Iya. Anak anak yang tinggal di sini memanggil tante itu. Kamu juga boleh kok manggil tante itu"

Naila terdiam. Dia memainkan jari jari mungilnya.

"Bunda Cecil tau dimana mama Naila?"

Cecil terdiam. Ingin mengucapkan sesuatu tapi kata kata itu seperti tercekat di lehernya. Cecil hanya tersenyum. Dia menurunkan Naila tepat di depan pintu kamar di panti asuhan itu. Cecil membuka pintu kamar itu. Cukup banyak anak anak dari berbagai umur yang sudah tidur nyenyak. Cecil membawa Naila ke salah satu tempat tidur yang kosong.

"Naila tidur di sini ya?"

Naila hanya diam tapi dia menuruti perkataan Cecil. Dalam waktu beberapa menit Naila sudah terbawa ke dunia mimpi

Cecil keluar dari kamar itu menuju kamarnya sendiri. Ia meraih handphone-nya dan menelpon seseorang

"Halo? Cecil?" Sahut suara di sebrang sana

"Gwen?"

"Oh hai Cecil. Apa Naila sudah bersamamu?"

"Iya. Dia sedang tidur di kamar"

"Baguslah"

"Gwen?"

"Ya?"

"Apa kamu yakin akan keputusan kamu ini? Apa kamu yakin tidak akan menyesal?"

"Aku sudah pasti menyesal telah menitipkan Naila,anakku sendiri. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya ini pilihanku satu satunya"

"Kapan kamu berencana mengambilnya lagi?"

"Entahlah. Mungkin saat masalah ini selesai?"

"Selesai? Kamu taukan masalahmu akan selesai butuh waktu bertahun,bahkan belasan tahun"

"Aku tau. Makanya aku minta tolong padamu,jaga Naila baik baik. Naila adalah satu satunya harta karun yang aku punya"

"Aku mengerti. Semoga kamu bisa menyelesaikan masalahmu dengan lancar"

"Terima kasih,Cecil"

Hubungan terputus. Cecil menaruh handphonenya dan tidur.

Di sisi lain,Gwen,ibunya Naila,menggeret koper besar berisi baju bajunya ke arah pesawat tujuan London. Saat ini dia benar benar kacau. Dia tidak ingin meninggalkan Naila di Indonesia,tapi di sisi lain dia juga tidak bisa membawa Naila di tengah tengah permasalahan yang ia hadapi sekarang.

Dengan hati yang berat,Gwen pergi meninggalkan Indonesia dan Naila.

*******

7 januari 2001

"Siapa dia?"

"Anak baru?"

"Aku belum pernah melihatnya"

Bisikan demi bisikan telontar dari mulut anak panti asuhan. Mereka mengerumuni tempat tidur Naila. Naila yang masih tertidur,tersadar akan bisikan bisikan itu. Mata Naila terbuka lebar

"Siapa kamu?" Itulah kata pertama yang di lontar oleh salah satu anak yang mengurumuni Naila ketika dia bangun.

Naila yang masih tiduran langsung bangkit. Anak anak itupun spontan menjauh dari Naila layaknya Naila adalah makhluk luar angkasa yang jatuh ke bumi. Mereka semua terdiam. Tidak ada sikitpun yang berani membuka mulut.

Naila yang takut di tatap seperti itu langsung berlari ke luar kamar. Tanpa di sangka sangka,Naila menabrak seseorang.

"Aw" keluh mereka berdua. Mereka saling bertatapan

"Siapa kamu?" Tanya anak lelaki yang di tabrak Naila. Naila tidak menjawab. Dia hanya berdiri di sana sambil menatap jari jari kakinya

"Dia Naila. Mulai sekarang dia tinggal bersama kita" ujar Cecil yang entah kapan sudah ada di belakang anak lelaki tadi

"Anak baru lagi bun?"

"Yaa,begitulah!"

"Asyiik! Aku Greyson! Senang bertemu denganmu Naila!" Greyson menjulurkan tangannya di hadapan Naila. Naila membalas jabatan tangan Greyson dengan ragu

"A...aku juga"

Seketika,anak anak yang tadi mengerumuni Naila berlari ke arah Naila. Mereka berebutan ingin berkenalan dengan Naila. Naila yang kebingungan berjabat tangan dengan mereka semua hanya tersenyum. Seketika,dia lupa akan apa yang terjadi pada dirinya semalam.


****

"Mama kapan datang?" Tanya Naila siang itu kepada Cecil. Cecil hanya bisa diam. Tidak tau ingin menjawab apa.

"Nanti ada waktunya kok mama Naila datang. Sabar ya?"

"Lama gak?"

"Naila sabar aja yah?"

Naila terdiam. Dia tidak bisa sabar. Dia hanyalah anak kecil berumur 5 tahun yang masih sangat membutuhkan pelukan,ciuman,senyuman dari seorang ibu kandungnya. Bukan malah hidup tanpa seorang ibu. Terlebih lagi ayahnya sudah meninggal ketika dia masih dalam kandungan Ibunya.



1 hari
2 hari
3 hari sudah terlewat tanpa seorang ibu kandung di samping Naila. Dan tidak sedikitpun dia berhenti bertanya dimana keberadaan Ibunya itu.

*****

Sudah 2 minggu sejak Naila tinggal di panti asuhan.

Saat ini,dia melihat ke arah taman yang basah karena di guyur hujan deras. Dia menunggu Ibunya yang entah kapan akan datang menjemputnya.

Tapi, saat itu ia sadar bahwa tidak ada gunanya menunggu Ibunya datang untuk menjemputnya. Ibunya tidak akan pernah menjemputnya. Ia di buang

Air mata jatuh ke pipi gembung milik Naila. Greyson yang melihatnya langsung menghampiri Naila

"Naila kenapa?"

"Gapapa"

"Naila cerita aja"

"Gak papa kok"

"Gapapa gimana? Kamu aja nangis"

"Aku cuma sedih"

"Sedih kenapa?"

"kamu gak bakal ngerti"

"Aku berusaha buat ngerti deh"

"KAMU GAK BAKAL NGERTI GIMANA RASANYA GAK ADA ORANG TUA!" Teriak Naila kepada Greyson. Semua anak panti asuhan melihat Naila. Naila yang keceplosan berteriak seperti itu hanya terdiam dan menundukkan kepalanya.

Greyson memegang pundak Naila

"Naila tau gak ini panti asuhan?" Tanya Greyson. Tapi Naila hanya diam

"Tau gak panti asuhan itu apa?" Tanya Greyson lagi. Tapi Naila tetap bungkam

"Panti asuhan itu tempat anak anak yang gak punya orang tua lho. Jadi semua yang di sini tau gimanaa rasanya gak ada orang tua. Tapi karna kita bersama di sini,kita merasa lengkap. Dan Naila gak boleh bersedih terus karna kita semua ada di sini untuk Naila" Naila diam. Tapi air matanya mulai mengalir membasahi pipinya.

Greyson memeluk tubuh kecil Naila. Beberapa detik kemudian,tak hanya Greyson saja yang memeluk Naila,tapi beberapa anak yang lain juga

*****

December,22nd 2010


Naila dan Greyson sudah mulai menginjak usia 14 tahun. Naila berubah menjadi gadis remaja yang cantik dan menawan. Sebagian paras Ibunnya yang cantik turun ke Naila. Mata coklatnya yang besar mampu membuat orang memalingkan mukanya 2 kali hanya untuk melihat mata indah miliknya.

Sedangkan Greyson tumbuh menjadi pemuda tampan yang mampu melindungi seorang gadis,terutama Naila

Tahun depan adalah saat dimana mereka akan duduk di bangku sma. Tapi karna keterbatasaan uang yang di sediakan panti asuhan,tentu mereka belum tentu bisa masuk SMA favorit.

Tapi,tentu mereka bisa masuk bila mengambil beasiswa


Naila duduk di depan perapian panti asuhan bersama segerombolan anak panti asuhan yang lain. Greysoon dengan santai duduk di sebelah Naila sambil merangkul pundak Naila.

Tawa mereka lontarkan. Kehangatan kebersamaan mereka mengalahkan dinginnya udara. Susu coklat panas juga tak ketinggalan untuk melengkapi suasana hangat mereka. Pohon Natal sudah berdiri tegak di sudut ruangan tempat mereka berkumpul saat itu. Hiasan demi hiasan memperindah pohon itu.

"Makan malam sudah siap!" Teriak Cecil dari arah dapur. Anak anak panti asuhan langsung berebut menuju ruang makan untuk mendapat posisi makan yang bagus

Greyson bangkit dari duduknya. Di sondorkan kedua tangannya untuk membantu Naila berdiri. Naila menyambut kedua tangan Greyson dan langsung berdiri.

"Makasih"

"Sama samaa"

Greyson dan Naila berjalan berangkulan menuju ruang makan. Perjalanan menuju ruang makan itu di hiasi dengan obrolan dan canda tawa mereka

"Cieeeee,ada pengantin baruu" ujar salah seorang anak panti ketika Greyson dan Naila memasuki ruang makan

Naila dan Greyson dengan polosnya bertanya "Siapa?" berbarengan

"Ya kak Naila sama kak Greysonla!" Teriak anak yang tadi lagi

Muka Naila dan Greyson langsung berubah menjadi merah. Cecil hanya bisa senyam senyum melihat anak didiknya itu mulai tumbuh dewasa

"Ih,pengatin apaan sih" ujar Naila mulai risih dengan keadaannya sekarang

"Kak Naila sook malu ihh. Padahal senengkaaan? Cieeeeee"

"Iyaa haha! Itu di rangkul kak Greyson aja mauuu" goda anak anak panti asuhan itu. Greyson spontan melepas rangkulannya di pundak Naila.

"Kak Naila duduk di siniii" seorang anak perempuan menarik tangan Naila dan mendudukkannya di kursi tengah meja makan "Kalo kak Greyson di siniii" anak perempuan tadi menarik tangan Greyson dan mendudukannya tepat di sebrang Naila. Jadinya mereka makan berhadap hadapan

"Cieeee! Pengantin baru makan hadap hadapann! Suap suapan deh nantiiii hahaha"

Merah sudah pipi Naila dan Greyson. Perasaan mereka saat ini campur aduk dari senang,malu,marah dll.

"Hush! Udah udah!" Ujar Cecil mendiamkan anak anak panti yang tadi heboh "makan dulu sana. Nanti kak Naila sama kak Greyson gamau main lagi sama kalian lho!"

"Iya! Nanti kalo kalian goda kakak lagi,kakak ngambek!" Sambung Naila

Anak anak panti langsung duduk di tempat mereka masing masing. Mereka tidak ingin berantam dengan Naila ataupun Greyson karna cuma merekalah panutan anak panti yang lebih muda dari mereka


*****

December, 24th 2010

Naila duduk di ruang perapian bersama Cecil dan Greyson. Mereka sibuk membungkus hadiah untuk anak panti yang lain karna besok adalah hari besar untuk mereka.

Walau jam sudah menunjukkan pukul 11 malam,tangan mereka belum berhenti membungkus hadiah

"Kalo kalian ngantuk,tidur aja. Biar Bunda yang beresin" ujar Cecil karna melihat 'anak'nya itu mulai mengantuk

"Gak kok bun,gak apa apa. Aku masih sanggup" balas Greyson

"Iya bun,aku juga" ujar Naila

"Yasudah. Tapi kalo ngantuk bilang aja yah?"

"Iyaaa"


Keheningan terjadi di antara mereka. Cecil melihat Naila dan Greyson secara bergantian. Sesuatu langsung terbesit di benaknya

"Kalian gak pacaran?" Tanya Cecil menggoda dua remaja ini

"Ha? Pacaran? Ih,bunda kok udah kayak anak panti aja sih. Goda goda kami" ujar Greyson yang malu akan ucapan Cecil

"Lho? Kenapa emangnya? Kalian cocok lho"

"Ih,bunda,apaan sih" ujar Naila sambil menutupi muka merahnya

"Hahaha iya deh iya deh. Bunda cuma bercanda. Tapi kalo terjadi sih bunda syukur syukur aja yah hahahaha. Yaudah lanjut yuk bungkusnya"

Keheningan terjadi lagi. Mereka bertiga tampak serius membungkus kado kado itu.

Naila melirik ke arah Greyson yang sibuk membungkus kado. Tangannya tampak lincah meliuk ke sana kemari. Tampangnya santai tapi matanya menunjukkan keseriusan

Entah sejak kapan,dada Naila mulai bergemuruh. Dadanya sesak. Perasaan apa ini?


Jarum jam menunjukkan pukul 1 malam ketika kado sudah terbungkus semua. Mata mereka bertiga sudah mulai memerah sedikit.

"Haaah,akhirnya siap juga. Makasih ya Greyson sama Naila. Bunda terbantu banget lho" ujar Cecil

"Iya bun,sama samaa"

"Sebelum kalian tidur,bunda pengen ngasih ini" Cecil membuka laci meja di ruangan itu

"Merry Christmas Naila,Greyson!" Cecil menyondorkan 2 lembar fomulir beasiswa SMA favoorit di kota yang mereka tempati saat itu.

Naila dan Greyson senang bukan main. Spontan mereka langsung memeluk Cecil

"Makasi banyak bundaaa!!!" Ujar Naila yang senangnya bukan main.

"Makasi bun. Ini kado terhebat" ujar Greyson

"Iya sama samaa"

Mereka melepaskan pelukan itu dan langsung menatap lembaran yang penuh dengan tulisan itu

"Tesnya masih 1 bulan lagi. Kalian masih punya waktu buat belajar! Manfaatin kesempatan 1 bulan itu untuk kalian belajar" nasehat Cecil yang di sambut oleh anggukan semangat dari Naila dan Greyson

"Kalian mau susu coklat?" Tawar Cecil

Greyson dan Naila mengangguk. Cecil memasuki dapur sedangkan Naila duduk di sofa ruangan itu

Naila dan Greyson masih asik menatap formulir itu bagaikan harta karun yang sangat berharga bagi mereka.

Tapi,rasa kantuk Naila sudah tak bisa terbendung lagi. Ia akhirnyaa terlelap di pundak Greyson

"Nai-" ucapan Greyson terpotong melihat Naila sudah terlelap di sampingnya. Di lihatnya Naila dengan wajah tidurnya. Meskipun begitu,kecantikannya tidak lepas.

Dada greyson mulai bergemuruh. Dia tau pasti perasaan apa ini. Dia mencintai gadis yang tertidur di pundaknya itu. Dia sudah menyadari perasaan ini sejak dulu,tapi ia takut mengungkapkannya.

Greyson menyenderkan kepalanya di atas kepala Naila. Dia menutup matanya dan tertidur.

Cecil membawa nampan yang berisi 2 gelas coklat panas. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat 2 remaja itu tertidur. Cecil tersenyum lalu meninggalkan mereka berdua. Beberapa menit kemudian Cecil kembali dengan selimut tebal dan kamera digital. Dia menyelimuti mereka berdua. Tak lupa Cecil memotret mereka sebelum akhirnya pergi


****

Hari demi hari terlewati. Naila dan Greyson sibuk mempersiapkan diri untuk tes yang akan mereka hadapi. Tiada hari tanpa pergi ke perpustakaan. Tiada hari tanpa memegang buku.

Dan seiring waktu berjalan gemuruh di dada Naila terus terusan bertamabah ketika ia berada di dekat Greyson. Tapi,ia masih belum mengetahui perasaan apa yang ada di dadanya

****

February, 2nd 2011

Tiba sudah dimana tes itu akan di mulai. Greyson dan Naila sibuk menjawab pertanyaan di kertas lembar yang menentukan nasib mereka itu.

2 jam terlewati. Tes sudah berakhir. Sekarang mereka hanya bisa berdoa agar di terima

****

February, 15 2011

Hari ini adalah hari yang mereka tunggu tunggu. Hari dimana pengumuman tes itu keluar. Hari dimana masa depan mereka di tentukan oleh sebuah kertas putih.

Greyson dan Naila duduk di sofa sambil perpegangan tangan menunggu tukang pos datang dan memberi surat itu kepada mereka

Ting....tong.....

Bel pintu asuhan berbunyi.

Dengan dada yang bergemuruh,Naila dan Greyson berjalan bersama membuka pintu. Tapi,bukan tukang pos yang datang. Seorang perempuan berusia 40 tahunan berdiri. Naila memperhatikan muka perempuan itu dengan seksama. Muka yang sangat familiar di matanya

"Ma..mama?" Ujar Naila melihat perempuan itu

"Naila?" Perempuan itu melihat Naila. Di angkatnya tangan kanannya untuk menyentuh muka Naila. Tapi Naila menghindar. Dia malah masuk dan mengunci pintu kayu itu.

"Tadi siapa Nai?" Tanya Greyson bingung

"Gak. A...aku gatau" Naila berlari menuju kamarnya.

Greyson hanya berdiri. Sedangkan perempuan yang berada di luar itu berteriak

"Naila? Ini mama! Kamu ingatkan? Nailaa?"

Greyson diam di tempat. Tak tau ingin berbuat apa

Di sisi lain,Naila duduk berselonjor di tempat tidurnya. Masih memikirkan 'mama'nya tadi. Naila tidak bisa menerima sikap itu.

"Setelah bertahun tahun pergi. Sekarang balik? Ha."

****

Greyson memasuki kamar Naila dengan membawa 2 surat di tangannya. Dia melihat Naila duduk di dekat jendela kamar. Cahaya yang di pancarkan oleh matahir menembus ke dalam ruangan melewati jendela kamar. Wajahnya yang cantik di tambah dengan cahaya matahari membuatnya tampak menawan.

Dada Greyson bergemuruh melihat pemandangan di hadapannya itu. Gadis di hadapannya itu terlihat seperti lukisan,sangat indah.

"Greyson?" Ujar Naila. Lamunan Greyson langsung terbuyar

"Oh,emh. Maaf. Ini pengumumannya udah ada"

Naila langsung berdiri tegak. Di lihatnya surat yang ada di tangan Greyson. Greyson memberi 1 surat yang di tangannya kepada Naila.

"Hitungan ketiga,kita buka sama sama" ujar Naila di sambut dengan anggukan kepala Greyson

"1.....2....3!" Dengan singgap kedua tangan mereka membuka amplop itu dan membaca isinya

Mata Naila membulat. Hal pertama yang di lihatnya adalah huruf huruf yang bersusun membuat sebuah kata "selamat!"

Naila menutup mulutnya. Dia di terima! Setelah usaha yang di lakukannya selama 1 bulan terakhir ini,akhirnya ia di terima!

Di lihatnya Greyson melakukan hal yang sama. Mereka berdua berteriak kegirangan dan berpelukan

****

February, 25th 2011

Naila dan Greyson asik bercanda tawa di taman yang terletak di belakang panti. Matahari bersinar terik tapi tak meluputkan tawa dua manusia yang sedang jatuh cinta ini.

"Nai" panggil Cecil yang tiba tiba sudah berada di sebelah mereka

"Hu? Kenapa Bunda?" Tanya Naila

"Ada orang yang pengen ketemu kamu" ujar Cecil

Naila dengan langkah bingung berjalan ke arah ruang tamu di ikuti Greyson di belakangnya.

Naila terdiam. Dia melihat wanita yang tak lain adalah Gwen,ibunya sendiri. Gwen tersenyum melihat Naila yang sudah berubah menjadi gadis remaja yang menawan.

"Nai,ini mama kamu. Ingatkan?" Tanya Cecil

"Gak. Gak. Mama aku ya cuma bunda Cecil. Gak ada yang lain! Ini siapa? Bunda ngaco ah" bantah Naila berusaha melarikan diri dari kenyataan yang ada.

"Ini Mama,Nai. Kamu lupa?" Tanya Gwen dengan raut muka sedih.

"Haha! Ngaco ah!" Ujar Naila. Ia berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu itu. Ia terduduk. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa wanita itu bukanlah Ibunya. Atau mungkin lebih tepat melarikan diri.

"Nai?" Suara Gwen terdengar dari luar kamarnya "ini mama. Kamu gak ingat?"

"Mama aku cuma bunda Cecil! Gak ada yang lain!"

"Nai,mama tau mama waktu itu jahat ninggalin kamu. Tapi mama punya alasan,Nai. Naila musti percaya. Mama sayang sama Naila"

"Bohong! Kalau mama sayang sama Naila,kenapa mama ninggalin Naila?" Airmata mulai membasahi pipi Naila. Perih di hatinya sudah tidak bisa lagi di bendung. Sudah cukup ia menahan itu semua selama bertahun tahun

"Mama punya alasan,Nai"

"Alasan apa? Mama gak sayangkan sama aku?! Mama gak usah bohong"

"Mama gak bohong. Mama ada masalah besar yang musti di selesaikan. Dan mama gak mungkin bawa kamu ke permasalahan itu,Nai. Tolong maafin mama"

"Mama tau gak sih kalau Naila kesepian gak ada mama. Naila waktu itu masih kecil. Gak ngerti apa apa. Tapi Mama malah ninggalin Naila"

"Mama tau,Nai. Makanya mama ke sini. Mama mau tanggung jawab"

"Tanggung jawab? Dengan cara apaa?!"

"Mama mau bawa kamu ke rumah mama dan akan menjadi rumah kamu. Dan kali ini mama janji gak bakal ninggalin kamu"

"Setelah ninggalin aku bertahun tahun,mama pengen aku kembali ke mama? Jangan harap!"

"Tolong pikirkan sekali lagi Nai. Mama cukup tersiksa dengan keadaan kamu gak ada di samping mama"

Tak ada jawaban. Hanya ada isak tangis yang di keluarkan Naila. Gwen tidak tau ingin berbicara apa lagi. Akhirnya ia bangkit dan pergi meninggalkan panti.

****

Naila masih duduk. Tangisnya sudah berhenti beberapa jam yang lalu. Sekrang dia bingung. Dia ingin kembali di sisi mamanya,tapi tak tega meninggalkan panti.

"Nai?" Suara Greyson terdengar dari luar. "Buka pintunya dong"

Naila bangkit dan membuka pintu. Di lihat Greyson berdiri tegap.

"Kamu gak apa apa?" Tanya Greyson. Bukannya menjawab,Naila malah melanjutkan tangisannya sambil memeluk Greyson

"Aku....aku gak tauuu!" Jawab Naila di sela sela tangisannya

Greyson hanya bisa mengelus kepala Naila

"Nangis aja Nai sampai kamu lega. Nangis aja di pelukan aku. Curahkan semua yang ada di pikiran kamu. Aku siap mendengarkannya" ujar Greyson. Tangisan Naila bertambah keras. Greyson memeluk Naila erat. Hatinya tak sanggup melihat gadis yang ia cintai menangis seperti ini. Tapi yang hanya bisa ia lakukan hanya ini

****

Setelah setengah jam terlewati dengan tangisan Naila di pelukan Greyson,kini mereka hanya diam di dalam kamar Naila

"Jadi,kamu gimana,Nai? Apa pilihan kamu?" Tanya Greyson

"Entahlah. Aku masih pengen di sini,tapi di sisi lain aku kangen sama mama. Menurut kamu,aku harus gimana?"

"Berat Nai ngatainnya. Aku juga pengen kamu di sini. Tapi,lebih baik kamu kembali sama mama kamu. Karna dialah orang yang bertaruh nyawa hanya untuk ngelahirin kamu"

"Tapi gimana dengan SMA nanti?"

"Kamu bakal dapatin yang lebih bagus lagi,Nai"

"Berarti kita pisah?"

"Iya. Tapi,kuliah nanti aku janji bakal nyusul kamu dimanapun kamu berada. Janji"

"Beneran?"

"Iya. Aku gak bakal bohong. Apalagi sama kamu"

Naila menghela nafas panjang

"Berat ngucapinnya. Tapi aku akan balik sama mama"

Greyson tersenyum paksa. Bagaimanapun juga,dialah yang mengusulkan agar Naila tinggal bersama Ibunya lagi

****

March, 3rd 2011

Naila menggeret koper berisi bajunya keluar panti. Di lihatnya ibunya sudah menunggu di sebelah mobil jazz putih. Dia menghela nafas. Beberapa saat lagi dia akan meninggalkan panti asuhan ini dan meninggalkan Indonesia untuk tinggal bersama Ibunya di LA.

Di lihatnya kebelakang. Anak anak panti asuahn,termasuk Greyson, dan Cecil berdiri. Raut muka sedih mereka pancarkan.

Naila memeluk Cecil untuk kesekian kalinya. Dan kemudian memeluk Greyson. Pelukan terakhir mereka.

Air mata sudah tergenang di mata Naila. Dia tak ingin melepaskan pelukan ini. Pelukan erat yang di berikan oleh orang yang di cintainya. Ya,memang sudah telat untuk menyadari perasaannya ini

Naila hendak melepaskan pelukannya dengan Greyson,tapi Greyson tidak mau melepasnya

"Greyson?"

"Gak. Aku gak mau lepasin kamu,Nai! A...aku sayang sama kamu. Aku...cinta sama kamu nai! Jangan tinggalin aku" ujar Greyson. Akhirnya,kata kata yang ia pendam selama ini akhirnya keluar. Dan kata kata itu mampu membuat air mata Naila turun membasahi kaus yang sedang di pakai Greyson

"A...aku juga,Grey. Aku sayang sama kamu. Aku gak mau pergi. Tapi aku gak bisa. Udah telat untuk membatalkan semua ini"

"Aku tau. Tapi sebelum kamu pergi,aku cuma pengen nyampein apa yang aku rasain"

Greyson melepas pelukannya. Di tatapnya bola mata menawan milik Naila

"Tunggu aku nanti. Aku bakal nyusul kamu" ujar Greyson. Di kecupnya kening Naila

"Iya,aku akan selalu nunggu kamu sampai aku mati"


****


March, 3rd. 2014


Naila sibuk memberesi apartemen yang akan di tempatinya selama dia akan kuliah. Ya,Naila sekarang sudah menginjak masa masa kuliah. Dan dia berharap Greyson masih akan menepati janjinya itu.

Berjam jam dia habiskan untuk memberesi apartmennya itu. Setelah beres semua,Naila keluar untuk mencari udara segar.

Di lihatnya sekelilingnya penuh dengan sekumpulan orang orang yang berjalan dan mobil berlalu lalang

Dia tersenyum. Dia akan meneruskan hidupnya di kota ini

Setelah celingukan,pandangan Naila tersita dengan seorang lelaki. Seoorang lelaki yang sangat mirip dengan lelaki yang ada di masa lalunya.

Tanpa sadar,kaki Naila berlari ke tempat lelaki itu. Walaupun banyak orang yang lewat,hal itu tidak meluputkan rasa ingin menyapa di hati Naila

Naila hanya berjarak beberapa cm dari lelaki itu. Naila menepuk pundak lelaki itu

"Greyson?" Lelaki itu menoleh ke arah Naila

"Naila?"




THE END

Meaning Of Love (Bieber Short Story)

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 05.58 0 komentar
Heeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeey! Aku mau post BSS lagi dong :3 soalnya minggu lalu aku ga ngepost :( h3h3 sibuk sih wkwk. So, here we go.



---


Title           :    Meaning Of Love
Genre        :    Romance.
Characters (main characters) :
- Katrina Josephine Denali.
- Justin Drew Bieber 
--

Katrina Josephine Denali, gadis berumur 17 tahun dengan rambut cokelat bergelombang dan mata abu-abu yang indah. Anak kedua dari pasangan Karen Josephina dan Clarke Denali. Ia gedis yang ceria nan cantik, tidak sedikit yang sudah menyatakan cinta kepada Katrina. Gadis yang terbiasa dipanggil Kate ini sedang merenung setelah perginya kekasih tercintanya yang telah dipanggil Tuhan, yaitu Vino. Katrina memiliki kakak dan adik perempuan, kakaknya, Katherine Josephine Denali memiliki rambut bergelombang berwarna blonde, sementara adiknya, Cathy Josephine Denali, mempunyai rambut lurus blonde dan mata abu-abu yang indah.


Tuesday, 12th May 2014
- Denali's Family House, London, England. 9.30AM -
"Kate, would you like to come with us to Hyde Park?" tanya Kath kepada adiknya yang sedang merenung, seperti biasa.

Kate mengangguk cepat, semenjak kepergian Vino, Kate jarang sekali berbicara. Ia terkadang tidak nafsu makan, senyuman Kate dalam satu bulan pun dapat dihitung dengan jari tangan kita.

Kath dan Cathy mendekati saudara mereka dan duduk disebelah Kate. Berusaha untuk menbangun kembali semangat Kate.

"Sis, you can't just stay here all the time, a whole new world is waiting for you outside, I'm sure Vino isn't happy seeing you like this all the time. Come on sister, make a move!" ucap Cathy kepada kakaknya, disusul oleh anggukan Kath.

"This is God's way for you. He knows this is the best way for you. Please, I miss the very cheerful Kate. Please?" bujuk Kath. Karena pasrah, Kate pun mengangguk.

Kedua saudara Kate pun keluar lalu Kate pun mengganti baju nya dengan tanktop dan hotpants. Ia pun meraih iPhone dan keluar dari kamar gelap nya.

"Finally you got out! Lets go!" ucap Cathy semangat lalu menggenggam tangan Kate lalu menariknya pelan dan memasuki mobil Ferrari milik mereka.


- Hyde Park, London, England. 10.05AM -

"We're here, I really miss this place!" ucap Kath membuka kedua tangannya (kyk mau meluk gitu).

"I miss this place so much.." ucap Cathy, "Its still as beautiful as the last time we saw this.." lanjutnya.

"Let's go there, to the lake there!" ucap Kate menunjuk kearah danau indah Hyde Park. Mereka berlari menuju tempat itu, mereka pun menyewa satu perahu kayu.


"Let's paddle!" teriak Cathy merentangkan tangannya dan meraih dayung berwarna biru tua. "LEGGO!" teriak Kath menarik tangan Kate untuk berlari kearah perahu tersebut.

Mereka pun menaiki perahu tersebut, "Come on, Katrina! You haven't been doing this for 5 months! Forget Vino for this while and have a lil' bit of fun!" ucap Kathrine menyemangati Katrina, tetapi sayang, Katrina tidak merespon. Ia kembali mengingat memori-memori indah nya bersama Vino.

'Hey, cheer up, beautiful.'

DEG. Suara itu terdengar lagi, sangat familiar, itu suara Vino. Suara itu muncul beberapa kali bulan ini. Selalu mengatakan dan memerintahkan untuk tetap bersenyum, bersemangat dan tetap menjadi Katrina yang selalu tersenyum dan periang.

Katrina menggelengkan kepala nya sedikit untuk mengabaikan suara itu.

"Katrina, what happened?" tanya Cathy saat melihat Katrina menggelengkan kepalanya.

Seperti biasa, Katrina hanya menjawab dengan gelengan kepalanya. Kath hanya menarik nafas yang dalam, ia hampir saja menyerah untuk membuat Katrina yang dulu kembali.

- SKIP -

"So, we'll meet here later, k?" ucap Kath. Sekarang, mereka sedang berada di Mall, mereka menyetujui untuk berpencar. Katherine ingin membeli baju baru, Cathy ingin membeli beberapa accesories, Katrina hanya ingin menjauh dari ocehan kedua saudaranya.

Katrina pun memutuskan untuk duduk di Starbucks dan membeli beberapa ice-blended.

Katrina berjalan menuju kasir, lalu memesan beberapa minuman. Saat berjalan, seseorang menambrak nya dan menjatuhkan tas Katrina.

"Oh my lord, I'm so sorry, are you hurt?" tanya orang yang menabrak Katrina barusan. Tetapi Katrina tetap tidak menjawab.

"Hey, look, I'm so sorry! Can you say something please?" ucap pria itu lagi. Katrina menunduk lalu menggapai tas nya lalu lgsg meninggalkan pria yang menabraknya.

"Hey, lady! I'm sorry, my name is Justin." ucap pria itu mengejar Katrina. Lagi dan lagi, Katrina mencoba mengabaikan Justin.

"What's wrong with you? Can't you talk?" ucap Justin lagi. Membuat kekesalan Katrina menaik lagi.

"Hey, can you talk?" tanya Justin lagi dan lagi. Menambah emosi Katrina lagi.

"Can you just stop talking and go away?!" kesal Katrina akhirnya. Kath dan Cathy yang baru saja memesan minuman langsung berlari kearah mereka.

"Hey, hey, what's wrong? And aren't you Justin Bieber?" tanya Kath saat mendekati kedua insan tersebut.

"Oh, I'm Justin, I accidentally crashed her just now, I wanted to say sorry but she didn't reply me until then she yelled at me." ucap Justin agak bersalah.

"Toilet." ucap Katrina singkat lalu bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju kamar kecil terdekat.

- OTHER SIDE. w/ Justin, Cathy and Kath -

"What is actually wrong with her? And what's her name?" tanya Justin penasaran.

"She's Katrina, our sister. She has been so silent since her ex-boyfriend.......passed away..." ucap Kath agak awkward.

"She never talks after she was left by her ex?" tanya Justin semakin penasaran.

"Yes, and I really hope someone can help me get the old Kate back.. I miss my cheerful older sister." ucap Cathy.

"Can I know how to contact her? Like her twitter, phone number, skype and pin? Don't worry, I'm a good person, I'm just trying to help." ucap Justin.

Katherine pun memberikan Justin apa yang ia minta, "Her twitter is @KateDenali, her phone number is ***-***-***, her skype is KatrinaDnl.95, her pin is *****."

"OK, thank you, so, I can't spend more time here, I gtg, so bye." ucap Justin lalu beranjak dari sofa tersebut, setelah Justin pergi, Katrina pun datang.

Katrina kembali ke posisi pertama saat ia duduk lalu meminum Mocca Ice-blended yang ia pesan.

Setelah selesai, mereka membayar lalu langsung memasuki mobil menuju rumah mereka.


- Denali's Family House, London, England. 6.23PM -

Katrina baru saja selesai mandi. Ia pun mengambil iPhone dan Blackberry miliknya.

'One BBM request?' batin Katrina. Saat membuka, ternyata itu Justin yang ia temui di Starbucks sore tadi.
Dengan sangat terpaksa, Katrina memencet tombol 'Accept' kepada Justin.

Kemudian, iPhone nya bergetar, ia melihat bahwa ada interaction baru di twitternya.

'Justin Bieber followed you.' Itulah apa yang Katrina baca sesaat membuka Twitternya. Beberapa detik kemudian, mention pun masuk.

@justinbieber : "@KateDenali Follow back please, beautiful? :)"

'Justin lagi? Darimana ia tahu banyak sekali account ku?' gumam Katrina. 'Oh, pasti Kath dan Cathy yang memberi tahu nya.' fikir nya.

@KateDenali : "@justinbieber fllwd"

@justinbieber : "@KateDenali Thanks :)"

Beberapa detik kemudian, banyaaak sekali orang yang memfollow Katrina, yep, its the Beliebers. Ia juga mendapatkan beberapa mention, ada yang berkata positif, ada juga yang negatif, bahkan death treats. Tetapi Kate tetap mengabaikannya.

Katrina lalu menggapai MacBook Pro putihnya lalu membuka Skype nya, ada request lagi dan lagi.

'Is it Justin again?' gumam Katrina.
Yes, her guess is true, its Justin, again. Tanpa melihat caption request nya, Kate langsung mengaccept nya.

Kemudian, ia melihat ada DM yang masuk.

Justin, again.

Justin : "Hey, Katrina, wassup? :)"
Kate  : "Ay, nothing."
Justin : "Come and meet me tomorrow in the London Eye at 12PM, k? :)"
Kate  : "k."

Justin baru saja mengajak Katrina ke London Eye? Seorang popstar baru saja mengajak nya pergi? Mem-follow twitternya? MenDM twitternya? Meng-Add Skype nya? Mungkin banyak sekali wantita didunia ini yang ingin sekali berada di posisi Katrina.

- SKIP -

Sekarang, Katrina akan berangkat ke London Eye untuk menemui Justin. Katrina menaiki mobil RangeRover miliknya, ia memang anak dari orang yang sangat kaya, ayah Katrina adalah pengusaha ternama se-UK, dan ibunya adalah designer yang sangat ternama diseluruh dunia.

---

"Hey, Katrina. You look beautiful today.." ucap Justin menggapai tangan Katrina lalu menggenggam nya.

Katrina tidak merespon, semua orang sudah sangat putus asa dengan bagaimana untuk merubah Katrina menjadi Katrina yang dahulu. Tetapi Justin tidak, walaupun ia sudah semalaman tidak direspon, ia tetap ingin Katrina menjadi ceria, ada rasa suka, atau bahkan lebih dari suka. Itulah mengapa Justin ingin sekali membangkit kembali semangat Katrina.


- London Eye, London, England. 12.05PM -

"Its a great view here, right, Katrina?" tanya Justin kepada Katrina yang sedang mengamati pemandangan kota kelahirannya dari atas, begitu indah.

"Yes, Justin. Thank You so much for bringon me here." ucap Katrina tersenyum lalu memeluk Justin. Itu adalah senyuman pertama pada bulan itu, dan Justin lah penyebab nya.

"Finally you wanna talk to me.. So, can you tell me something about this Vino guy?" tanya Justin.
DEG. Darimana ia bisa tahu tentang Vino?

"Where do you know Vino?" ucap Katrina dengan mata yang berkaca-kaca dan suara yang serak.

"Oh My Lord, please don't cry. It hurts me to see you cry.. I'm so so so sorry..." ucap Justin memeluk Katrina lalu mencium kening Katrina.

Katrina pun menceritakan segala tentang Vino sampai putaran London Eye tersebut habis. Justin agak cemburu, tetapi ia harus ikhlas dan sadar bahwa Katrina hanya menganggapnya sebagai teman.

- SKIP -

Sudah 6 bulan berlalu, sekarang status Jatrina (Justin-Katrina) adalah berpacaran. Dan hari ini, tepatnya 14 November 2014, adalah anniversary Jatrina yang ke 4 bulan.

"Happy 4 months anniversary, boo." ucap Justin mengecup cepat bibir mungil Katrina.

"Happy 4 months anniversary too, Jay." ucap Katrina mengecup pipi kanan Justin.

"Guess what I got! But to know, you better close your beautiful eyes, babe." ucap Justin memasangkan penutup mata untuk Katrina. Beberapa detik kemudian, Katrina merasa bahwa ada yang menempel di lehernya. Saat Justin membuka penutup mata tersebut, Katrina langsung melihat dirinya dikaca, ada kalung berlian bertuliskan 'J's'.

"Oh my darling, Justin! It's amazing, thank you, I love it!" ucap Katrina lalu memeluk tubuh Justin yang berdiri dibelakangnya.

"You're welcome, boo. I'm glad you like it." ucap Justin dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.


"SURPRISE!" tiba-tiba banyak sekali orang-orang menggunakan kaos berwarna ungu yang bertuliskan, 'I LOVE JATRINA', termasuk kedua saudara Katrina, Katherine dan Cathy.

"Happy 4th Anniversary, Justin Drew Bieber and Katrina Josephine Denali!" teriak Cathy, disusul dengan teriakan beliebers yang hadir pada hari itu.

"Thank You guys!" teriak Justin dengan senyuman bahagia yang menghiasi wajahnya.

"No, thank you Justin. Thank you so much for bringing Katrina's smile back, thank you so much!" ucap Katherine.

"You're welcome, I could never done it without you all!" ucap Justin.

Mereka pun mengadakan sebuah anniversary party. Everyone had smile on their faces! :)


* 6 MONTHS LATER *

'Why is Justin ignoring me?' gumam Katrina. Ya, belakangan ini Justin menjauh dari Katrina. Katrina sendiri tidak mengetahui apa salahnya kepada Justin. Untuk ke beberapa kalinya, Katrina lagi dan lagi menekan tombol 'call'. Tetapi tetap saja, Justin me-reject nya.


"I'm booooooored! Imma go to sidewalks." ucap Katrina pada diri sendiri, lalu mengganti pakaian nya dan meraih iphone dan bb miliknya.


- Sidewalks, London, England. 1.45PM -

Katrina berjalan mengelilingi London, kampung halaman nya. Sudah lama sekali ia tidak melakukan ini. Katrina berhenti didepan sebuah kedai es krim. Ia memesan Greentea Ice-Cream, itu membuatnya sedikit teringat oleh Vino.

'I miss you so much Vino, do you know why Justin's ignoring me?' batin Katrina menatap lurus ke langit yang terang.

Tiba-tiba Katrina mendengar suara tawa sebuah pasangan dibelakangnya. Ia menengok kebelakang.
DEG. Itu Justin, sedang mencium dan memeluk erat seorang wanita yang cantik, yang dikenal sebagai Jasmina Villegas.

"JUSTIN!?" teriak Katrina saat melihat Justin. Justin menengok secepat kilat lalu membelalakan matanya. Mungkin Vino baru saja menjawab pertanyaan Katrina barusan.

"Katrina, I can explain!" ucap Justin. Katrina menjatuhkan butiran kristal dari matanya.

"What? That you cheated and wanted to break up? Congratulations, your wish just came true." ucap Katrina melepaskan kalung pemberian Justin lalu menaruhnya di tangan Justin lalu berjalan keluar kedai tersebut.


---

Sudah 3 hari Katrina diam diri dikamar. Entah karena Justin atau karena kangen dengan Vino.

'Katrina, accept Justin back, he's the one who could change my position.' Suara itu! Terdengar lagi, Vino? Ia menyuruh Katrina untuk kembali ke Justin? Setelah semua yang Justin lakukan? Yang benar saja?

Karena terlalu pusing, Katrina pun tertidur dengan mata sembab. "I miss you so much, Vino..." ucap Katrina lagi.

(Katrina's Dream World)

Selamat datang di mimpi Katrina. Apa yang Katrina mimpikan tidak pernah tergantikan.

"Hey, Katrina!" teriak seseorang.

"Vino?! Oh my god, I miss you so much!!" teriak Katrina lagi lalu memeluk Vino.

"Hey, darling. How are you?" tanya Vino.

"My life is way worse without you. I miss you.. I hope you're still with me.." ucap Katrina meneteskan airmatanya.

"I'm with you always, I'm inside your heart. You have Justin, he's the right guy for you." ucap Vino lagi.

"Are you kidding? You said he's the right guy? He hurt me already, Vin!" kesal Katrina.

"He will be back to you, promise me you'll be back to him. I chose him, okay Darl?" ucap Vino yang semakin lama semakin menjauh.

"Vino! Don't go! Please! Come back!" teriak Katrina mengejar Vino yang sudah hilang dari hadapannya.

( Katrina's Dream World ended).


Tidak terasa, pagi telah datang.

'What did I dream?' batin Katrina tidak percaya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan memasuki kamar mandi lalu membersihkan badannya.


---

'TOK TOK'
Seseorang mengetuk pintu kamar Katrina.

"I'm not hungry, Katherine!" teriak Katrina, yang mengira bahwa Katherine lah yang mengetuk untuk menawarkan sarapan.

"Katrina.." ucap seseorang diluar sana. Suara yang sangat familiar di telinga Katrina. Justin.

"Jus...tin?" ucap Katrina lirih. Mengingat memori-memori nya bersama Justin, apa yang Vino katakan..

"Please open the door.. I beg you.." ucap Justin dengan suara serak.

Dengan perlahan, Katrina membuka pintu kamarnya. Terlihatlah Justin, dengan rambut yang acak-acakan, matanya redup, mukanya pucat, terlihat seperti baru saja menangis.

"Justin? What's wrong with you?" tanya Katrina khawatir.

"I'm so sorry for everything I did! I'm so sorry!!" Justin sujud didepan Katrina. Katrina yang terkejut menarik Justin untuk berdiri.

"Hey, hey.. You don't need to be so sorry!" ucap Katrina.

"I just miss you so much.. I.. I've never felt so dumb before.. Please, forgive me.." Justin mengeluarkan buliran airmata.

"Shh, calm down Justin.." ucap Katrina memeluk Justin. 'How I miss your hug, Katrina.' gumam Justin.

"I'm so sorry.. Would you please just forgive me? I beg you.. Please, you're my everything. My life is nothing without you... I need you so bad.. You're the reason why I can understand love. For me, YOU are the Meaning Of Love. Please forgive me, I know I'm a stupid fcking dumbass, please forgive me.." ucap Justin, tangisannya semakin menderas.

Katrina terharu dengan apa yang baru saja ia dengar. "I already did forgive you, Justin.." ucap Katrina memeluk Justin lebih erat lagi.

"You already did? Oh my lord, thank you. I'm so stupid to hurt you, you're an angel, I don't wanna lose you anymore, I know, I have been the worst boy you've ever met, but does that mean I can't have you anymore?" tanya Justin.

"I've been missing a big part of my life, and now, I found it, but I'm not sure if you still love me or not, but I hope you still do, so..." Justin mengeluarkan kotak kecil dari sakunya, "will you marry me?" tanya Justin.

Airmata bahagia Katrina kembali mengalir, Katrina tanpa ragu pun mengangguk. Justin tersenyum puas, lalu memeluk kekasihnya setelah memakaikan cincin tersebut di jari manis Katrina.

"Thank You, I hope you can accept me as who I am, I promise not to hurt you anymore, I love you, Katrina Josephine Denali.." ucap Justin lalu melumat bibir mungil Katrina.


---

1 bulan berlalu, sekarang Katrina dan Justin adalah pasangan yang sangat berbahagia. Hari ini juga, Katrina berencana untuk datang ketempat Vino.

- Vino's Grave, London, England -

"Hey, Vino.. I miss you so much, I'm now married to Justin, as you wish, Vin!" ucap Katrina meneteskan airmata lagi dan lagi, Justin pun memeluknya.

"This is Justin, the boy you asked me to be with, he's mine now.. I miss you Vin, I hope you miss me back as well.." ucap Katria mencium batu nisan Vino.

"Its getting late, darl. Let's go home." ucap Justin merangkul tubuh Katrina.

"Okay, bye Vino, I love you so much." ucap Katrina lagi. Justin memang cemburu, tetapi ia harus ikhlas bahwa Vino sangat berarti bagi Katrina, ia jugalah alasan kenapa Jatrina dapat bersatu.

'Thanks Vino..' batin Justin tersenyum. Kedua insan tersebut pun berjalan kearah mobil dan meninggalkan makam Vino.

"Bye Vin! I miss you and I love you." ucap Katrina lagi. Justin tersenyum melihat bidadari kecilnya.


---

Setelah beberapa tahun, Katrina dan Justin dikaruniai 2 anak, Jason Born Bieber yang sekarang sudah berumur 15 tahun, dan Klaren Josephine Bieber yang sekarang berumur 13 tahun.

"Dad, can I go out with my friend?" tanya Klaren.

"It's not her friend, its boyfriend, dad!!" teriak Jason. Beginilah rumah tangga Jatrina.

"Boyfriend, huh?" tanya Justin kepada anak perempuan nya. Klaren menatap sinis kearah Jason.

"Uhh, yes." ucap Klaren agak canggung. "Oh, he gotta see daddy first." perintah Klaren.

"Uh, fine." Klaren berjalan keluar untuk memanggil pacarnya.

"Dad, can I hang with my girlfriend?" tanya Jason.

"Yeah sure, go ahead."

Seluruh orang di ruangan itupun tertawa bahagia, hidup mereka sangat berbahagia dan penuh keceriaan.

-   T  H  E      E  N  D   -

Ends With Love (Bieber Short Story)

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 05.56 0 komentar
Introduction.

Callista Delancy Hope, gadis cantik berumur 16. Teman baik dari seorang superstar dunia, Justin Bieber. Gadis cantik ini mempunyai rambut hitam kecoklatan yang bergelombang dan mata hitam lekat. Ia berasalh dari keluarga yang kaya raya, ayahnya adalah pengusaha sukses, dan ibunya adalah seorang aktris yang terkenal. Ia berasal dari Australia, negri kanguru. Ia mempunyai adik perempuan bernama Chloe Delphine Hope yang berumur 15 tahun.

Ia berteman baik dengan Justin Bieber, sang superstar yang dipuji jutaan wanita diseluruh dunia. Bukan hanya Justin Bieber, begitu juga dengan Cody Simpson, Ryan Butler, Chaz Somers, Christian Beadles dan Caitlin Beadles.

---

Justin Drew Bieber, superstar dunia ini sudah berumur delapan-belas tahun. Ia dipuji oleh jutaan orang didunia ini. Ia teman dekat Callista, Justin dan Callista menjalin 'Hubungan Tanpa Status', mereka terlihat seperti berpacaran, tetapi mereka hanya sebatas sahabat. Justin memang sudah menyukai Callista dari beberapa tahun yang lalu, tetapi ia terlalu gengsi untuk menyampaikannya, Justin ingin sekali menjalin hubungan dengan Callista, tapi sayang, Justin sudah mempunyai kekasih sekarang, yaitu Selena Gomez.

Ia sangat menyayangi Selena Gomez, tetapi ia juga mencintai Callista, sahabat kecilnya, ia bingung. Ia tidak ingin melukai Selena, tetapi ia terlanjur jatuh cinta kepada sahabatnya.



(So that's introduction, cuma biar kalian tau aja dan supaya bikin kalian gampang ngerti story nya hehehe, so, let's go, FYI : Aku make nama Selena bukan berarti aku benci sama Selena, enggak kok! Aku ga benci Selena, aku respect kok, so Selenators no hates or offense please, its only story :) kk? so, enjoy!)


---

"Hey Ryan, Chazzy, Coco, Chris and Caity!" sapa Callista saat sampai dirumah Ryan untuk movie night.

"Hey sister C!" sapa Chaz saat melihat kedua kakak-adik keluarga Hope.

"Yo wassup Chazzy." sapa Chloe memeluk Chaz, mereka menjalin hubungan special, hihi.

"Yo Caitlin!" ucap Callista melompat dari belakang sofa dan duduk disebelah Caitlin.

"Wassup, biebergirl?" ucap Caitlin masih fokus kepada iPhone putih barunya.

"I ain't biebergirl, ms Beadsy." ucap Callista mengacak rambut brunette Caitlin.

"So, what movie, Ry?" tanya Chris duduk disebelah Callista lalu memeluk Callista, Chris kan genit hahaha.

"Rrr, get off me, mr Player." ucap Callista memutar bola matanya. Chris tertawa sedikit, lalu memandang kearah Ryan yang sedang mencari DVD untuk ditonton.

"Whattabout Paranormal Activity?" tanya Ryan.

"YEAH!" teriak Chaz dan Christian, Callista langsung menengok kearah mereka, Callista termasuk gadis 'penakut'..

"Wait, where's Justin?" tanya Cody saat menyadari bahwa Justin tidak ada bersama mereka, kalau saja Justin ada, dia pasti sudah 'flirting' ke Callista, tidak mereka tidak berpacaran, hanya sebatas sahabat, but they like to joke around and flirt to each one of them :)

TING TONG
Bell berbunyi setelah Cody menanyakan dimana keberadaan Justin. "Christian go get the door!" teriak Caitlin. Christian pun bediri dan berjalan malas kearah pintu rumah Ryan.

"AYE BRO!" teriak Christian saat membuka pintunya. Christian dan orang dibalik pintu yang ternyata Justin, berjalan kearah teman-temannya.

"Hey, my lovely buddy babyboo, I brought you some snacks." ucap Justin mengedipkan sebelah matanya kepada Callista.

"I don't need you! I need food!" ucap Callista mencoba meraih kantung plastik putih dari tangan Justin.

"Kissies?" tanya Justin memajukan bibirnya. Dengan cepat Callista pun memukul bibir Justin dengan cepat. Ini sudah sangat sering terjadi.

"AW! That hurt, so, what are we watching?" tanya Justin lalu duduk disebelah Callista lalu memberinya beberapa snack.

"Cody, turn off the light!" perintah Chloe kepada Cody untuk mematikan lampu kamar Ryan, Callista dan Justin duduk di sofa merah didepan jendela Ryan, Caitlin, Christian, Ryan dan Cody duduk dan bertiduran di kasur Ryan, dan Chloe dan Chaz duduk dibawah carpet.

Film pun dimulai, Callista sudah memegang tangan Justin erat. Tangannya sudah berkeringat, ia memang tidak sama sekali berani. Saat beberapa kali berteriak, Callista pun memeluk tubuh Justin erat.

"Justin, I'm scared... Take the blanket there please? I wanna cuddle with you, is it okay?"  tanya Callista bergemetar.

"Sure, princess! Beware for bieber cuddles!" ucap Justin. Merekapun ber-cuddle (?) disofa Ryan, membuat Callista tenang.


---


"YEAY MOVIE'S OVER!!! I'd better stay in my house and watch all those unicorns taking a bath than watching that movie!" teriak Callista yang langsung menghidupkan lampu kamar Ryan sesaat.

"You didn't watch, you just cuddle there, what r u scared of? Silly!" ucap Chloe memutar bola matanya. Callista hanya cekikikan.

"So, Justin you stayin over?" tanya Cody, ya, tonights a sleepover in Ry's house, gonna have barbecues :)

"Yeah, I wanna be here with Callista." ucap Justin. "Whattaheck, Justin?" tanya Callista saat Justin memeluk erat tubuhnya.

"Stop hugging me, I don't want Selena to freak out, you know how much we hate each other!" ucap Callista. Ya, Callista dan Selena tidak pernah menyukai sesama. Begitu juga dengan Chloe. Justin selalu dapat ancaman 'putus' dari Selena setiap Selena melihat Justin dengan Callista.

"Don't talk about Selena now, Callista. I'm annoyed." ucap Justin.

"She's your girlfriend, idiot!" ucap Callista memukul kepala Justin.

"Yeah, I know. RYAN! When are you preparing the things for bbq tonight?!" tanya Justin berteriak.

"I AM PREPARING IT NOW, DUMBASS!" teriak Ryan lagi. Justin berdiri dari tempat duduknya lalu meraih tangan Callista.

"Yo, wanna help us?" tany Justin lalu disusul dengan anggukan Callista.


~~~~ 2 YEARS LATER ~~~~

Justin dan Callista sudah tumbuh dewasa sekarang. Justin sudah memutuskan hubungannya dengan Selena satu tahun yang lalu, dan sekarang, Callista lah pengganti Selena.

"Hey babe, are you tired?" tanya Callista saat melihat Justin terduduk di sofa backstage MSG, Justin baru saja menyelesaikan konsernya di Madison Square Garden.

"Hey, beautiful! I am tired, but when I saw you my spirit came back again." ucap Justin menarik Callista lalu memeluknya. Dengan cepat Callista pun memeluk Justin balik.

"Sorry, is it fine with you, because I am sweaty..." ucap Justing mengusap kepala Callista.

"I don't mind at all. Now, go and take a bath. You'll have a special dinner in the center of NYC. Ha-ha." ucap Callista mengulurkan tangannya kepada Justin lalu menariknya untuk berdiri dan mandi.


---

"Good night, baby. Love you." ucap Justin saat sampai didepan kamar hotel masing-masing.

"Bye, Justin! Love you too!" ucap Callista mencium pipi Justin cepat, Justin pun tersenyum.

Kedua insan tersebut memasuki kamar hotel masing-masing. "I'm tired!" ucap Callista pada Chloe yang sudah ada didalam kamar sejak tadi.

"Aye Callista, go brush your teeth and wash your face before going to bed, sleepyhead!" ucap Chloe mendorong Callista memasuki kamar mandi.

"Grr, since when are you turning into my mom, Chloe?" ucap Callista bermalas-malasan menuju kamar mandi tersebut. "Take my PJ, Chlo!" lanjut Callista menunjuk kearah koper (bener kan?._.) Callista yang berwarna ungu muda tersebut. Chloe pun mengambil baju tidur kesayangan kakaknya, yang bergambar wajah Justin.

"Lol, Callista, u brought this?" tanya Chloe saat menggapai piyama Justin Bieber milik Callista.

"Stop making fun of my bieber PJ! Its cute tho!" ucap Callista mengambil piyama tersebut dari tangan halus Chloe. Kedua kakak-beradik tersebut pun tertawa. Callista pun memasuki kamar mandi dan bersiap untuk waktu terindah, yaitu tidur :p

"Callista! Stop kicking me!" ucap Chloe yang sudah tidak tahan dengan tendangan Callista saat tidur.

"Grr, Chloe, I'm having a nightmaaaare!" ucap Callista memanjangkan huruf A di kata Nightmare.

"Nothing to worry about, monkey! Everything's gonna be alright." ucap Chloe bijak.

"Uuuugh! You're really turning into my mom!" ucap Callista kembali tertidur dan lenyap dibawah selimut tebal tersebut.


---

"Hey, Chloe! Wake up! Its breakfast time, I COULD BE STARVING I COULD BE HOMELESS I COULD BE BROKE!" teriak Callista mengguncang tubuh Chloe.

"You're always eating, boo! Why aren't you fat yet?!" tanya Chloe yang heran dengan kakaknya yang tidak berhenti makan.

"Yeah, idk, God made me like this, you're not lucky enough to be thin sis." ucap Callista mengejek adiknya.

Chloe pun memutar bola mata indahnya. Ia menyadari bahwa ada Justin, Chaz, Ryan, Cody, Caitlin dan Christian duduk manis diujung kasurnya. Ia merasa aneh. Lalu ia menyadari bahwa hanya ia yang belum siap.

"Why are you looking at us like that, Chlo? I know we're charming." ucap Chaz tertawa sedikit. Dengan cepat Chloe pun memasuki kamar mandi dan take a quick shower. Ia keluar dari kamar mandi menggunakan baju berlengan panjang yang tertulis 'Young, Wild and Free', dan skinny jeans.

"Let's go! I'm starving!" ucap Callista mengenakan boots nya dan keluar kamar hotel nya diikuti dengan 7 remaja lainnya.

"Hey, wait for me, gorgeous!" ucap Justin menggapai tangan Callista lalu menggenggam nya erat. "You'll be full soon baby don't worry." ucap Justin lagi lalu mengecup puncak kepala Callista.

"I'm starved!!" ucap Callista lagi lalu berlari menuju lift. Dan memencet tombol kebawah. Saat lift terbuka ke8 remaja tersebut memasuki lift tersebut.

Saat sampai di tempat breakfast, pelayan yang melihat langsung menunjukkan jalan ke tempat breakfast khusus untuk Biebercrew.

"Yo Callista!" teriak Kenny. Ia melambai untuk menunjukkan tempat duduk mereka.

"Ay Kenn! Waddup yo?" tanya Callista men-handshake Kenny. Dengan kompak, ke8 remaja tersebut terduduk di meja yang sudah disiapkan. Mereka pun mengambil makanan breakfast mereka. Callista mengambil apa yang ia inginkan. Callista dan Caitlin memang makan banyak tetapi, mereka selalu langsing, its a miracle. :)

"Wow, Callista. You eat much and fast." ucap Christian kagum melihat makanan Callista, Callista hanya  cekikikan melihat Christian dan Cody yang kaget karena makanan Callista.

"Guys, I gotta go to the toilets." ucap Justin berdiri lalu berjalan menuju kamar mandi. Setelah beberapa detik, iPhone5 putih milik Justin bergetar, tertulis nama 'Selena' disitu.

'Why would Selena call him?' batin Callista curiga, lalu mengangkat telepon tersebut.

"Hey babe! How are you? I miss you so bad, wanna come over? I'm in NY as well, ohyeah, you're with that Callista little shitty.. Oh, how are you darling?" tanya Selena di telfon.

Dengan cepat Callista menutup telfonnya, ia membuka passcode iphone Justin lalu mengecek SMS Justin dan Selena.

"Callista! What are you doing with my phone?! It's my privacy!" ucap Justin agak membentak lalu merebut iPhone nya dari tangan Callista.

"Why, Justin? Because Selena is your private girlfriend?!"  bentak Callista kembali kepada Justin, seluruh Biebercrew menengok kearah mereka, dengan cepat Callista berjalan keluar tempat itu. Tangannya sempat ditahan tetapi Callista menarik tangannya dan melepaskan genggaman Justin secara paksa.

Justin mengejar Callista yang berjalan menuju lift, begitu pintu lift tersebut terbuka, Callista dengan cepat berjalan masuk dan menutup pintunya mengakibatkan Justin tidak sempat memasuki lift tersebut. Saat lift yang lain terbuka, Justin langsung masuk dan memencet tombol '30'.


- CALLISTA'S SIDE -

Callista sudah didalam kamar nya sekarang, biebercrew akan di NY sampai 5 hari lagi. So no worries. Callista masih tidak percaya bahwa Justin masih berhubungan dengan Selena. Apa yang ia dengar dari Selena dan apa yang ia baca dari SMS Selena.

Knock Knock.

Ketukan dipintu terdengar, ia sudah mengetahui bahwa itu Justin. Maka dari itu ia tidak membukakan pintu atau menanyakan ataupun mengeluarkan suaranya.

"Callista please open the door! I can explain everything please.." suara Justin mulai terdengar di telinga Callista, Callista pun menghela nafasnya. This was her nightmare last night, which came true.

"Callista? Please let me explain! Me and Selena aren't in a relationship like what you think, okay? Please believe me.." ucap Justin dengan suara yang mulai serak. "I'm not gonna lie to you, Callista.. I only love you, you're the only one who owns my heart.. You're the biggest part of my life.." ucap Justin dengan suara yang mengecil.

"Justin, I know enough. Maybe we should end this thing going on about us." ucap Callista lemah. Darah Justin seketika berhenti mengalir.

"What do you mean? You mean we're.... breaking up?" tanya Justin hati-hati. Justin tidak ingin kehilangan sosok Callista dari hidupnya, Callista berarti lebih dari sekedar kekasih, ialah yang membuat hidup Justin mempunyai semangat, tanpa Callista, hidup Justin mungkin sudah hancur jika tidak ada Callista.

"Yes, Justin. I don't deserve you.. Sorry.." ucap Callista. Justin seketika lemas, ia tidak tahu apa yang ia harus lakukan. 'I know I don't deserve her, she's too perfect for me, how about me? I'm just a jerk who came to Callista's life. I'm her life ruiner, she should be having someone better than me... But I just couldn't let her go..' gumam Justin menitikan air matanya.

Justin sudah kehabisan akal jernihnya, ia memasuki kamar nya, lalu menjambak rambut coklat keemasannya tersebut. Beberapa menit kemudian, Justin mendengar ada 4 orang yang memasuki kamarnya.

"Hey bro.. What's wrong?" tanya Christian duduk dimeja didepan kasur mereka.

"Callista broke me up.." ucap Justin masih menjambak rambutnya. "Where are Caitlin and Chloe?" tanya Justin saat menyadari tidak ada Chloe yang selalu menggenggam tangan Chaz.

"They're talking to Callista. Don't worry dude, everything's gonna be alright." ucap Chaz terduduk disebelah Christian.

"What's gonna be alright? Yeah, I'm gonna die soon and everything's gonna be alright, right?" ucap Justin yang memang sudah tidak bisa berfikir lagi.

"Justin! Never ever say that! God has beautiful plans for you. If you're meant to be together, you'll be!" ucap Cody.

"Cod, thats an IF! What if we're not?! I don't wanna be with anyone else instead of Callista!" bentak Justin. Ia frustasi sekarang. Ia sudah tidak tahu apa yang akan datang.


- CALLISTA, CAITLIN AND CHLOE'S SIDE -

"What? You're leaving?!" tanya Caitlin dan Chloe bersama setelah mereka mendengar kalimat terakhir dari mulut Callista yang berbicara tentang ia akan pergi untuk me-refresh fikirannya.

"Yes, I am. I'm stressed enough here, I need some refreshing.." ucap Callista.

"But to where?" tanya Caitlin, ia tidak menyangka sahabatnya ingin berpergian keluar negri sendiri, karena Callista adalah orang yang penakut.

"Indonesia." ucap Callista bangga dan tersenyum. Ia tidak takut berpergian sendiri, karena tidak banyak yang mengetahui nya sebagai pacar seorang Justin Bieber, ia hanya diketahui sebagai sahabatnya.

"Wow, that's far." ucap Chloe kaget.

"I know, I wanna go as far as I can!" ucap Callista tersenyum sambil menaruh beberapa baju kekoper kesayangannya.

"U sure you don't want us to come with you? Seriously sis, I'm afraid if something will happen to you.." ucap Chloe.

"Chloe, my dreamy unicorn, I'll take Isabelle with me, is it fine with you?" tanya Callista lagi. Isabelle adalah sahabat karib Callista, ialah orang yang selalu ada untuk Callista.

"Uuuh, okay.. But, you won't to freaky things, will you? Indonesia is very different from LA or NY or Canada or whatever!" ucap Chloe.

"You really are my mother! Yes, mommy. I won't, Isabelle is from Indonesia as well you know!" ucap Callista memeluk kedua sahabatnya tersebut.

"When are you leaving?" tanya Caitlin.

"Tonight!" ucap Callista lagi, "I gotta call Isabelle to tell her to get ready!" ucap Callista lagi. Ia meraih iPhone 5 nya dan menelfon Isabelle.

"How long will you be there? I'm gonna miss you so damn bad.." ucap Caitlin memeluk Callista.

"Awwwh, so sweet! I'm gonna be there until I'm refreshed. Okay?" ucap Callista mengacak rambut indah Caitlin.

"I'm bored, you wanna play truth or dare?" tanya Callista disusul dengan anggukan kedua sahabatnya.

TING NONG.
Sebelum ketiga dari mereka memutar botol, suara bell berbunyi.

"Its us, Cody, Ryan Chris and I, Mom Pattie is talking to Justin, can we come in?" tanya Chaz.

"Chloe, get the door!" perintah Callista dan Caitlin bersamaan. Dengan malas Chloe pun berdiri, ia membukakan pintu untuk keempat lelaki tersebut.

"Hey, whatcha doin?" tanya Ryan saat melihat Callista dan Caitlin terduduk dilantai.

"Truth or dare, you wanna join?" ajak Caitlin yang disusul dengan anggukan keempat lelaki tersebut.

Chaz pun memulai memutar botol didepan mereka. Tutup botol tersebut berarah kearah Ryan.

"Ry, truth or dare?" tanya Chloe menggapai botol tadi.

"Truth.." ucap Ryan menunduk, ia sudah tau apa yang akan ditanyakan Chaz.

"HA! Who are you dating?" tanya Chaz tersenyum nakal. "What? I didn't know Ry is dating." ucap Callista mengangkat bahunya.

"We caught him calling a girl and calling that girl baby HAHA." ucap Chaz tertawa.

"Oh, so, who r u dating, Ry?" ucap Chloe menaikkan alisnya. Ryan hanya menunduk, he's blushed!

"He's dating me." ucap Caitlin santai. Semua disitu terkejut. "OMGOMGOMG, since wheeeen?" tanya Callista kaget.

"2 days ago.." ucap Ryan mulai mengangkat kepalanya.

"Kk, next victim!" ucap Christian merebut botolnya dari Chloe lalu memutar nya. Dan pada terakhir, tutup botol tersebut kearah Callista.

"Cal, truth or dare?" tanya Cody.

"Truth.." ucap Callista.

"Do you still love Justin and are you sad of the breakup?" tanya Cody langsung.

"Yes, I still love him. I'm just really disappointed. And, yes I am sad of the breakup, but I need refreshment, right?" ucap Callista tersenyum. Semua orang disitu mengangguk.


- JUSTIN AND MOM PATTIE'S SIDE -

"Justin, God chose this way for you, he knows its the best. You have to thank the lord for giving you such a blessed life, having millions of girls by your side, having friends who understand you, and having people who care about you." ucap Mom Pattie mengelus punggung Justin yang sedang menangis.

"What should I thank for? Ruining Callista's life?" ucap Justin, ia memang sudah tidak bisa berfikir lagi.

"No, she broke you up because Selena told her you're dating her meanwhile you're not, she's just jealous. If she's jealous, that means she loves you." ucap mom Pattie mencoba menenangkan Justin.

"But she broke me up, mom. I don't know what my life means..." ucap Justin menutup wajahnya dengan bantal.

"It doesn't mean she doesn't love you, she loves you. Trust me, you can see it in her eyes." ucap Mom Pattie memeluk putra satu-satunya.

"You didn't finish your breakfast, are you hungry?" tanya Mom Pattie.

"I feel nothing. I want her back.. Would you think she would accept me again?" tanya Justin melihat kearah ceiling.

"Yes, you told  millions to never say never, right? So never say never, Justin." ucap Mom Pattie.

Justin masih juga tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia diputuskan oleh kekasihnya, Callista. Tidak banyak yang mengetahui hubungan mereka, itu karena ia tidak ingin Callista mendapatkan hate tweets atau death treats seperti kekasih-kekasih Justin sebelumnya.


- SKIP -

Night. Isabelle sudah ada di JFK Airport, New York. Isabelle dan Callista akan langsung terbang menuju Indonesia.

Callista yang sedang menelfon Caitlin dan Chloe, karena mereka berdua adalah satu-satunya yang mengetahui bahwa Callista pergi meninggalkan NY dan Believe Tour.

"I'm gonna miss you too! And don't you ever dare to tell anyone about this, okay?!" ucap Callista memastikan.

"Ugh, I don't know sis! I'll try my best!" ucap Chloe. Ia memang tidak 'pro' dalam menyimpan rahasia, tetapi Callista tahu bahwa ia bisa percaya dengan Chlo dan Caity.

"Grr, okay, I'm going, bye!" ucap Callista akhirnya menutup telfon tersebut. Ia dan Belle pun menaiki pesawat.


- JAKARTA, INDONESIA. 14.39WIB -

"Ohalo Indonesia!" ucap Isabelle saat turun dari pesawat. Ia memang blaster Indonesia-Amerika.

"Can people speak in English, Belle?" tanya Callista karena ia sama sekali tidak mengerti bahasa Indonesia.

"Most of them can, Cal. You can learn the language here, I'll teach you some." ucap Isabelle, ia pun mengambil kedua koper mereka dan berjalan keluar.

"Oh my, it's crowded.." ucap Callista saat melihat banyak sekali orang disana.

"You wanna get some Starbucks, baby?" tanya Isabelle.

"Do you have Indonesian money?" tanya Callista, karena ia tahu bahwa mata uang disana sangat berbeda.

"I do, leggo." ucap Isabelle berjalan menuju Starbucks. Mereka memulai trip yang akan merefresh diri mereka.


- OTHER SIDE IN NEW YORK -

Justin sedang terduduk dikasur nya membaca surat yang ia temukan dilantai didepan pintunya. Itu surat dari Callista, dengan cepat Justin pun membaca nya dengan perlahan.


'Dear, Justin.

Hello Justin! I know you're really upset now, I just want to say that I'm leaving your Believe Tour for a while, I am outside the country, I'm far away. Please don't search for me or stop the tour. Beliebers have waited for this moment..

I hope I can see your smile again when I am away. Please, all I need is the old Justin, we can still be bestfriends like we used to right? :)

Please smile for me and all your beliebers. Don't let me down by being upset all time! I need the Justin who can cheer up with or without me. I'm far away now, and I still can see you. So keep the smile for me, please. I don't deserve your tears, I've always known I'm not the perfect matched girl for you. I love you.


Love, hugs and kisses from far away, Callista Delancy Hope.'


Justin menitikan air mata tepat pada tulisan Callista. Ia tahu seberapa salahnya dia, Justin menyesal. Ia tidak sama sekali berpacaran dengan Selena. Selena hanya mengirimkan itu dan tidak pernah dibalas oleh Justin. Dan sekarang, walaupun Callista menyuruhnya untuk tersenyum, ia tetap tidak bisa tersenyum. Ia kembali berbaring dikasurnya. Menatap langit kamar hotelnya. dan menjambak rambutnya. Ia frustasi, ia gila tanpa Callista.

"I know I treated you like sh!t, you deserve someone better than me.. I don't deserve to be yours, you know what, Cal? You're a princess, you're perfect, and me? I'm just a jerk who came to your life and ruin it all. I am sorry." ucap Justin, berharap bahwa Callista dapat mendengarnya.

"I miss you, do you miss me too, Cal?" ucap Justin menatap indahnya kota New York dari balkon nya.


---


Sudah beberapa hari setelah Callista pergi ke Indonesia. Ia sangat menikmati semua yang ada di Indonesia, dan kehidupan barunya sementara disana. Dan Justin? Ia makin hancur tanpa Callista.

Hari ini Justin mendapatkan schedule untuk interview di Ellen Show, siapa yang tidak tahu Ellen? Semua orang mencintai Ellen! Justin sudah di set Ellen Show dan selanjutnya adalah waktu Justin untuk keluar dan memulai interview nya dengan Ellen.


"So, he's the most famous teenager in the whole planet, the boy girls always scream for, here he is Justin Bieber!" teriak Ellen sambil menyambut Justin.

"Hey Justin! How are you? Its very nice to see you again!" ucap Ellen memeluk Justin, Justin tersenyum dan melambai kearah penonton yang terus berteriak.

"So Justin, I heard you are really down this week, what's actually going on?" tanya Ellen.

"Uh..I..I was...I..I.." ucap Justin gelagapan, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan sekarang, ia takut Callista akan kecewa karena Justin memberi tahu seluruh dunia tentang mereka, tetapi ia juga ingin orang tahu dan membantunya.

"If its a privacy, its fine, you don't need to tell it anyway.." ucap Ellen mengangguk karena ia mengerti bahwa Justin tidak terlalu tertarik untuk menceritakannya.

"Well, I broke up with my girlfriend, I know I never tell you about this, but this is true, I never wanna tell you guys because I don't want her to get hate tweets and death treats from you. I don't want to hurt her, she means the world to me. You guys know my bestfriend Callista? She's the girl..." ucap Justin agak ragu.

"Oh, so, you broke up? And what happened that made you broke up?" tanya Ellen lagi.

"She thought that I was cheating at her with Selena. But trust me, I would never! Why would I cheat if I already have someone who's perfect? She's the most perfect girl for me, she's better than perfect. I never do deserve her, she's a perfect girl, a princess, meanwhile me? I'm just a jerk who came into her life.." ucap Justin menundukan kepalanya dan meneteskan sebutir airmata.

"She never wants public to know her as my girlfriend, I'm sorry Callista, I broke my promise. I just wanna tell the world how much you mean to me, you're the biggest part of my life after Jesus and my mom. I love you so much, words couldn't describe how much I love you. You never knew how much you mean to me. I always knew that I never am the suitable one for you. But whatever happens, my love to you never ends. I will be here waiting for you. I love you so much.." ucap Justin. Beberapa detik kemudian ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Ia adalah Callista.

"Hey Justin." ucap Callista. Justin yang masih sangat terkejut lalu menarik Callista dan sekarang Callista sudah berada dipangkuannya bridal style.

Ellen hanya tertawa melihat reaksi Justin saat Callista memeluknya.

"So, do you like my surprise?" tanya Ellen saat melihat Justin memeluk Callista.

"You.. called her? You already know about her?" tanya Justin sangat terkejut.

"Yeah your mom told me everything! Now let her down, she looks embarrassed." ucap Ellen membuat semua tertawa saat melihat Callista mencoba turun dari gendongan bridal style Justin.

Justin pun menurunkan Callista dan langsung memeluk nya lagi, Justin menangis, wow.

"Shh, stop crying.. Your mom told me everything, and I'm sorry for misunderstanding, I love you." ucap Callista memeluk Justin yang jauh lebih tinggi darinya.

"Alright, I'll give you time backstage, we'll be back again with Justin Bieber and Callista Hope." ucap Ellen mempersilahkan Justin dan Callista menuju backstage.

Mereka berdua pun berjalan menuju backstage, Justin mendapatkan lagi semangat hidupnya. Justin tersenyum lagi.

"I'm so happy to have you back, you don't know how ruined my life was without you by my side." ucap Justin merangkul Callista dan mencium puncak kepalanya.

"I love you.." ucap Justin memeluk Callista erat.

---

"Alright so we're back with Justin Bieber and Callista Hope, so, Justin told the audience everything, what are you feeling now?" tanya Ellen kepada Callista yang sedang duduk disebelah Justin.

"I feel scared seriously, I'm scared that Beliebers will kill me sooner or later.." ucap Callista tertawa ringan. Penonton tertawa lagi melihat reaksi Callista yang mengipas wajahnya.

"Don't worry, I'm here to protect you." ucap Justin memeluk Callista dan langsung disusul dengan 'aww' dari Ellen dan penonton.

"WE WON'T KILL YOU, WE LOVE YOU CALLISTA!" teriak seseorang di tempat penonton, yang diketahui Belieber pastinya.

"Thank you." ucap Callista tersenyum lega.

"So, Jsutin, you told me you wanna do something right? You can go on now." ucap Ellen mempersilahkan Jsutin melakukan apa yang ia ingin lakukan.

"Callista please stand up." ucap Justin. "I wanna express what I've always felt, I love you. My heart beats 5 times faster when I'm with you. I always smile remembering the first time you accepted me as your boyfriend, and I just wanna know if the feeling you used to have for me is still real. Callista Delancy Hope, will you be my queen? Forever?" tanya Justin berlutut didepan Callista memegang cincin yang indah.

Callista pun terbang ke langit ke 1000000 (?). Ia bingung, tetapi saat ia melihat semua sahabatnya yang ingin Callista untuk menjawab iya. Callista pun mengangguk dan Justin pun memasangkan cincin tersebut kejari manis Callista.

"I love you forever and after Callista. And here it goes, our friendship ends with love, I love you." ucap Justin mengecup puncak kepala Callista. Semua orang disitu menangis bahagia melihat pasangan ini.



-       T   H   E         E   N   D       -
COMMENT, AND CRITICS PLEASE? :)
 

Juliana's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review