Minggu, 12 Mei 2019

Direct Indirect Speech Questions

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 22.18 0 komentar
When we report what people say, we usually change the tense of the verbs to reflect that we are reporting – not giving direct speech. This pattern is followed when we report questions and there are also other important changes between direct questions and reported questions.

Yes/no questions

When we report yes/no questions we use ‘if’ or ‘whether
Formula: clause + ask + if/whether 
Example:
1.      Direct question: “Do you like working in teams?”
Indirect question: He asked if I liked working in teams.
2.      Direct question: “Did you enjoy the party?
Indirect question: She asked me whether I had enjoyed the party.
The tense of the verb changes as it does in reported speech but we don’t use auxiliary verbs. The word order is the same as in an affirmative sentence.

Questions Word

When there is a question word (what, where, why, who, when, how) we use that question word in the reported question but there is no auxiliary verb and the word order is like an affirmative sentence.
Formula: clause + ask + if/whether 
Example:
1.      Direct question: He asked, “What time does the train leave?” 
Indirect question: He asked what time the train left.
2.      Direct question: She asked me, “Who did you see?
Indirect question: She asked me who I had seen.
3.      Direct question: He asked me, “Where did you go to school?”
Indirect question: He asked me where I had gone to school.
4.      Direct question: She asked me, “Why are you crying?”
Indirect question: She asked me why i was crying.
5.      Direct question: She asked, "When can we have dinner?"
Indirect question: She asked when they could have dinner.
6.      Direct question: He asked me, "How old is your mother?"

Indirect question: He asked me how old my mother was.

Notice that the reported questions do not have a question mark at the end.

Exercise

Move to indirect question:
1.      The teacher asked, “Have you finished your homework?”
Answer: The teacher asked the students if they had finished their
homework.
2.      “Did you see my wallet?” asked Gery.
Answer: Gery asked me if I had seen his wallet.
3.      Lia asked, “Are you happy now?”
Answer: Lia asked me whether I was happy at that time.
4.      “Is it raining?” she asked.
Answer: She asked if it was raining.
5.      “Can u type?” he asked.
Answer: She asked me if I could type.
6.      Yogi asked, “Who is that girl?”
Answer: Yogi asked me who that girl was.
7.      Tita asked, “Where does the old man live?”
Answer: Tita asked me where the old man lived.
8.      Her brother wondered, “Why do you think the book very is interesting?”
Answer: Her brother wondered why she thought the book was interesting.
9.      "What is your name?" he asked me.
Answer: He asked me what my name was.
10.  "How old are you?” she asked.
Answer: He asked me how old i was.

Sabtu, 11 Mei 2019

Ouput Akhir V-Class PKTI 2C

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 22.33 0 komentar

Rabu, 08 Mei 2019

Makalah Ancaman Pornografi dalam Cyber Space terhadap Generasi Muda

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 06.01 0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Semakin berkembangnya pembangunan dunia beriringan dengan meningkatnya perkembangan teknologi yang terus-menerus dan telah menjadi bagian tak terlepaskan dari kehidupan manusia, semua aktivitas kehidupan manusia seakan dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi termasuk tindakan-tindakan kejahatan. Teknologi yang semakin canggih tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif akan tetapi banyak yang menggunakan kehebatan teknologi untuk tindakan-tindakan negatif yang menimbulkan ancaman bagi pengguna teknologi, teknologi yang dimaksud ialah dalam hal pemanfaatan ruang maya (cyberspace). Secara awam cyberspace dikenal dengan istilah internet telah menjadi teman bagi kehidupan masyarakat sehari-hari, hal ini yang kemudian tidak hanya menimbulkan manfaat akan tetapi juga mengancam keamanan maupun hak asasi penggunannya, salah satu ancaman yang sangat marak terjadi ialah ancamam pornografi. Media internet banyak digunakan pengguna untuk mengakses konten-konten porno yang tersedia luas di ruang cyber tersebut. kelompok yang paling berisiko ancaman konten pornografi tersebut ialah anak-anak.
Kebebasan anak-anak dalam mengakses internet dan tidak adanya pengawasan dari keluarga serta kurangnya pemahaman mengenai ancaman-ancaman yang bisa didapatkan dari ruang cyber membuat anak-anak rentan menjadi korban kejahatan-kejahatan seksual melalui media internet. Data survei menunjukan bahwa jumlah pengguna internet indonesia pada tahun 2014 berjumlah 38.191.873 dan pengguna mobilephone berjumlah 281.963.665 dari jumlah populasi penduduk 251.160.124 jiwa. Data tersebut menerangkan bahwa penetrasi penduduk Indonesia dalam mengakses internet cukup besar dan sebagian diantaranya memiliki lebih dari satu mobilephone dimana saat ini adanya smartphone yang memungkinkan pengguna untuk mengakses internet lebih mudah. Hal ini semakin membuka peluang ancaman pornografi menyerang lebihmudah.
Berdasarkan argumentasi di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang ancaman pornografi dalam cyberspace terhadap generasi muda.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah:
1.      Apa pengertian cyberspace?
2.      Apa pengaruh cyberspace dalam kehidupan sosial?
3.      Apa saja dampak dari cyberspce?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1.    Untuk mengetahui apa pengertian cyberspace;
2.    Untuk mengetahui apa saja pengaruh cyberspace dalam kehidupan sosial;
3.    Untuk mengetahui apa saja dampak dari cyberspace.



BAB II

PEMBAHASAN
A.    Pengertian Cyberspace

Cyberspace berasal dari bahasa Yunani, asal katanya adalah kubernan yang berarti ruang maya tanpa batas, imajinatif dan dapat dihayati melalui perwujudan virtual. Cyberspace merupakan ruang yang diwujudkan melalui jaringan komputer, sifatnya digital dan direpresentasikan dalam satuan bit.
Cyberspace (dunia maya) adalah media elektronik dalam jaringan computer  yang banyak dipakai untuk keperluan komunikasi satu arah maupun timbal-balik secara online (terhubung langsung). Dunia maya ini merupakan integrasi dari berbagai peralatan teknologi komunikasi dan jaringan komputer yang dapat menghubungkan peralatan komunikasi yang tersebar di seluruh penjuru dunia secara interaktif.
Cyberspace menciptakan sebuah kehidupan yang mungkin nantinya sebagian besar akan dibangun seluruhnya oleh model kehidupan yang dimediasi secara mendasar oleh teknologi, sehingga berbagai fungsi alam kini diambil alih oleh subtitusi teknologisnya, yang disebut kehidupan artifisial.
Realitas-realitas sosial budaya yang ada di dunia nyata kini mendapatkan tandingan-tandingannya. Pada akhirnya, batas antara keduanyamenjadi kian kabur. Cyberspace yang terbentuk oleh jaringan komputer dan informasi yang terhubungkan secara global telah menawarkan bentuk-bentuk komunitasnya sendiri (virtual community), bentuk realitasnya (virtual reality), dan bentuk ruang nya sendiri (cyberspace).

B.     Pengaruh Cyberspace dalam Kehidupan Sosial
Perkembangan cyberspace telah mempengaruhi kehidupan sosial pada berbagai tingkatannya. Keberadaan cyberspace tidak saja telah menciptakan perubahan sosial yang sangat mendasar. Pengaruh cyberspace terhadap kehidupan social setidaknya tampak pada tiga tingkat yaitu:
1.      Tingkat Individu
Cyberspace menciptakan perubahan mendasar dalam pemahaman kita tentang diri dan identitas. Struktur cyberspace membuka ruang yang lebar bagi setiap orang untuk secara artifisial menciptakan konsep tentang diri dan identitas. Kekacauan identitas akan mempengaruhi persepsi, pikiran, personalitas, dan gaya hidup setiap orang.
Bila setiap orang bisa menjadi siapapun, sama artinya semua orang bisa menjadi beberapa orang yang berbeda pada saat yang sama. Pada akhirnya yang ada dalam cyberspace adalah permainan identitas: identitas baru, identitas palsu, identitas ganda, identitas jamak.
2.      Tingkat Antarindividu
Hakikat cyberspace sebagai sebagai dunia yang terbentuk oleh jaringan (web) dan hubungan (connection) bukan oleh materi.Kesalingterhubungan dan kesalingbergantungan secara virtual merupakan ciri dari cyberspace.Karena hubungan, relasi, dan interaksi sosial di dalam cyberspace bukanlah antarfisik dalam sebuah wilayah atau teritorial, yaitu interaksi sosial yang tidak dilakukan dalam sebuah teritorial yang nyata.
3.      Tingkat Koumunitas
Cyberspace dapat menciptakan satu model komunitas demokratis dan terbuka. Karena komunitas virtual dibangun bukan di dalam teritorial yang konkret, maka persoalan didalamnya adalah persoalan normatif, pengaturan, dan kontrol.

C.    Dampak dari Cyberspace
Internet merupakan hal yang sudah tidak asing lagi pada zaman modern sekarang ini. Internet sangat membantu orang-orang untuk memudahkan pekerjaan mereka. Tetapi penggunaan internet tidak hanya mempunyai dampak positif, tetapi juga banyak terdapat dampak negatif. Internet memberikan manfaat yang begitu besar tetapi di lain pihak internet menjadi suatu media informasi yang tidak mudah untuk di batasi. Sekarang saya akan memberi tahu dampak positif dan negatif dari internet :
Dampak Positif 
1.      Sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
2.      Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, FTP dan WWW (World Wide Web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
3.      Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat, menjadikan WWW sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
4.      Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang beranggotakan para pengguna internet dari seluruh dunia. Dalam komunitas ini pengguna internet dapat berkomunikasi, mencari informasi, berbelanja, melakukan transaksi bisnis, dan sebagainya. Karena sifat internet yang mirip dengan dunia kita sehari-hari, maka internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya).

Dampak negatif 
1.      Pornografi, anggapan yang mengatakan bahwa internet identik dengan pornografi, memang tidak salah. Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Untuk mengantisipasi hal ini, para produsen ‘browser’ melengkapi program mereka dengan kemampuan untuk memilih jenis home-page yang dapat di-akses. Di internet terdapat gambar-gambar pornografi dan kekerasan yang bisa mengakibatkan dorongan kepada seseorang untuk bertindak kriminal.
2.      Violence And Gore, kekejaman dan kesadisan juga banyak ditampilkan. Karena segi bisnis dan isi pada dunia internet tidak terbatas, maka para pemilik situs menggunakan segala macam cara agar dapat ‘menjual’ situs mereka. Salah satunya dengan menampilkan hal-hal yang bersifat tabu.
3.      Penipuan, hal ini memang merajalela di bidang manapun. Internet pun tidak luput dari serangan penipu. Cara yang terbaik adalah tidak mengindahkan hal ini atau mengkonfirmasi informasi yang Anda dapatkan pada penyedia informasi tersebut.
4.      Carding, karena sifatnya yang ‘real time’ (langsung), cara belanja dengan menggunakan Kartu kredit adalah carayang paling banyak digunakan dalam dunia internet. Para penjahat internet pun paling banyak melakukan kejahatan dalam bidang ini. Dengan sifat yang terbuka, para penjahat mampu mendeteksi adanya transaksi (yang menggunakan Kartu Kredit) on-line dan mencatat kode Kartu yang digunakan. Untuk selanjutnya mereka menggunakan data yang mereka dapatkan untuk kepentingan kejahatan mereka.
5.      Perjudian, dampak lainnya adalah meluasnya perjudian. Dengan jaringan yang tersedia, para penjudi tidak perlu pergi ke tempat khusus untuk memenuhi keinginannya. Anda hanya perlu menghindari situs seperti ini, karena umumnya situs perjudian tidak agresif dan memerlukan banyak persetujuan dari pengunjungnya.




BAB III

STUDI KASUS

Komisi perlindungan anak Indonesia (KPAI) menyatakan saat ini Indonesia dalam keadaan darurat pornografi dan kejahatan online pada anak. Menurut KPAI, sejak 2011-2014, jumlah anak korban pornografi dan kejahatan online telah mencapai 1.022 anak. Dari jumlah tersebut, diuraikan bahwa yang menjadi korban pornografi secara offline sebanyak 28% yang dimaksud pornografi secara offline ialah materi seperti foto atau gambar. Adapun kasus pornografi anak secaara online mencapai 21% , prostitusi anak online 20%, objek CD porno sebanyak 15% dan anak korban kekerasan seksual online sebesar 11 persen sementara itu sebanyak 24% anak memiliki materi pornografi. (cnn.indonesia.com).
Kejahatan pornografi terhadap anak-anak yang dilakukan melalui internet juga merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual pada anak. Sebagai contoh kasus kejahatan seksual online yang dialami anak-anak yaitu seorang manajer ditangkap karena menyebar sepuluh ribu pornografi anak. Direktorat Tindak Pidana Khusus Ekonomi Badan Reserse Kriminal Mabes Polri mengungkap kasus pornografi anak di Facebook dan Kaskus. Kasus yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur itu, menimpa enam anak di bawah umur. Pelaku, dijerat dengan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang pornografi dan Pasal 27 ayat 1 juncto Pasal 52 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Adapun para korban terdiri atas empat siswi pelajar sekolah dasar serta satu siswi dan satu siswa pelajar sekolah menengah. Untuk menjerat korban, pelaku memakai nama akun dokter palsu. Kasus yang disebutkan hanya sebagian kecil dari banyaknya kasus-kasus lain yang masih belum terungkap, dan kasus tersebut talah memberikan gambaran betapa rentannya anak-anak mengalami kejahatan pornografi yang juga termasuk pelecahan seksual secara online.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Perkembangan teknologi dan informasi memang bukan hal yang dapat dihindari, seiring dengan perkembangan zaman. Masifnya pengguna teknologi internet di Indonesia membawa angina segar bagi kemajuan teknologi bangsa akan tetapi disisi lain menjadi bumerang sendiri yang dapat mengancam dan menghancurkan generasi emas Indonesia. Beberapa kasus yang telah dipaparkan sebelumnya telah memperlihatkan bagaimana efek negatif penyalahgunaan media internet untuk kepentingan prostitusi dan kejahatan-kejahatan yang melibatkan anak-anak sebagai korban.Hal ini yang perlu menjadi titik tinjauan bagi semua pihak untuk cerdas mengontrol penggunaan teknologi informasi terutama internet dan media sosial.Secara umum dapat dilihat bahwa anak-anak di Indonesia masih sangat rentan menjadi obyek pornografi dan menjadi sasaran eksploitasi seksual di ruang cyber, yang mana kasus-kasus kejahatan seksual diruang cyber masih kerap terjadi.kondisi keamanan, hukum serta aparat dan penegak hukum masih belum sepenuhnya menjamin keamanan bagi anak-anak pengguna internet, serta konten, maupun informasi yang tersaji dalam ruang cyber belum sepenuhnya dapat dikontrol. Hal ini berarti usaha preventif masalah kejahatan pornografi anak dalam ruang cyber masih belum berjalan dengan baik.

B.     Saran
Para orang tua harus selalu mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi informasi berupa internet, televise, maupun handphone agar terhindar dari dampak negative perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sebagai generasi muda dan penerus bangsa kita harus menyaring hal-hal mana saja yang dapat kita konsumsi dari perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, jangan menelannya secara bulat-bulat. Sebagai generasi muda juga kita harus menjaga kebudayaan Negara Indonesia jangan sampai terkikis karena masuknya kebudayaan lain.
Pemerintah sebaiknya melalui departemen komunikasi dan informasi dapat membuat suatu kebijakan yang dapat mengontrol penggunaan teknologi informasi dan komunikasi supaya tidak berdampak negatif terhadap bangsa kita baik generasi muda, ataupun generasi tua sekalipun.
         
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JMK

http://dennyirawandress.blogspot.com/2016/11/makalah-cyberspace-masyarakat-cyber.html
https://ridwanazhary.wordpress.com/2014/03/31/cyberspace/
http://afaniagung.blogspot.com/2016/10/dampak-positif-dan-negatif-dunia-maya.html
http://nasional.tempo.co/read/news/2014/04/17/063571393/kasus-pornografi-anak-online-ini-modus-tersangka
http://www.cnnindonesia.com/nasional/20150210171810-20-31101/ada-1022-anak-menjadi-korban-kejahatan-online/

Makalah Metode Ilmiah

Diposting oleh Juliana Nurhandika di 05.55 0 komentar

BAB IPENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Kita ketahui bersama, bahwa di era post modern saat ini telah begitu banyak ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya, karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?
2.      Apa saja karakteristik metode ilmiah?
4.      Apa saja macam-macam sikap ilmiah?
5.      Apakah fungsi dari metode?

1.3 Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode ilmiah.
2.      Untuk mengetahui apa saja karateristik metode ilmiah.
3.      Untuk mengetahui karakteristik ilmiah.
4.      Untuk mengetahui macam-macam sikap ilmiah.
5.      Untuk mengetahui fungsi dari metode.

1.4 Manfaat Penulisan
1.      Manfaat bagi penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai metode ilmiah.
2.      Manfaat bagi pembaca dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai acuan atau sarana untuk lebih megetahui tentang metode ilmiah. 

BAB IILANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Metode Ilmiah
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan. Sedangkan dalam bahasa latin “methodus” berarti cara. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa metode adalah suatau proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. Sedangkan metodologi adalah pengkajian mengenai model atau bentuk metode-metode, aturan-aturan yang harus dipakai dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi, maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.
Metode, menurut Senn, merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran. Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai karakteristik-karrakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan terujia yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya
 Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah.
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Secara ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji hanya pada masalah yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan manusia. Jadi ilmu tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata pula.
Einstein menegaskan bahwa ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional yang berkesusaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan walau bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta empiris untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah.
Secara umum tujuan penggunaan  metode ilmiah adalah  :
1.        Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2.        Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
3.        Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.

2.2 Proses Kegiatan Ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu yang merupakan gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif. Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih. Kegiatan ilmiah pada pokoknya menggunakan dua jenis logika yaitu:
1.        Logika deduktif adalah cara penarikan kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kepada pernyataan yang bersifat khas.
2.        Logika induktif merupakan cara penalaran kesimpulan dari pernyataan yang bersifat individual (khas) kepada pernyataan yang bersifat umum.
Menurut Ritchie Calder, proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu dan kemudian muncul pertanyaan, mengapa manusia mulai mengamati? Manusia mulai mempunyai perhatian tertentu terhadap suatu objek karena suatu masalah atau kesukaran yang dirasakan dalam pengalaman manusia yang menimbulkan pertanyaan.
Dalam usaha untuk memecahkan masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling pada perasaan melainkan pada pikiran yang berdasarkan pada penalaran. Masalah yang dihadapi manusia adalah nyata, sehingga ilmu mencari jawabannnya pada dunia nyata pula. Ilmu dimulai dari fakta dan diakhiri dengan fakta.
Secara sederhana, semua teori ilmiah harus memenuhi 2 (dua) syarat utama, yaitu :
1.    Harus konsisten dengan teori teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2.    Harus cocok dengan fakta-fakta empiris, sebab bagaimanapun konsistennya kalau tidak didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara ilmiah.

2.3 Unsur-unsur Utama dalam Metode Ilmiah
1.      Karakteristik (pengamatan dan pengukuran).
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan atau perhitungan yang cermat.
Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.  Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regrasi. Metode ilmiah mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a.       Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
b.      Logis.
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
c.       Empirik.
Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
Ø  Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain).
Ø  Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
Ø  Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
d.      Replikatif.
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

2.      Hipotesis.
Hipotesis merupakan penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar mungkin salah. Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal, diantaranya :
a.       Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel.
Hipotesis harus menduga hubungan di antara beberapa variabel atau lebih, disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
b.      Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis harus dapat diuji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
c.       Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan.
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah dan khususnya pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan  yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar.
d.        Hipotesis dinyatakan secara sederhana.
Hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti.

3.      Prediksi (deduksi dari hipotesis).
Hipotesis yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan hanya berupa probabilitas.
Hasil yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya (apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis. Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode yang mungkin akan datang.

4.      Eksperimen.
Setelah prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan. Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang dibuat, beberapa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Pencatatan yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Supaya suatu metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria sebagai berikut :
1.        Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau kegiatan sejenis.
2.        Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif. Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan dengan pembuktian yang objektif.
3.        Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa. Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4.        Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah, peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa. Hipotesa harus ada untuk menyatukan persoalan serta memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikiran peneliti.
5.        Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.        Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik, ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal, ranking dan rating.

Menurut John Dewey, alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah, sebagai berikut :
1.    Perumusan masalah.
Perumusan masalah merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2.    Pengkajian pustaka.
Pengkajian pustaka merupakan kajian tentang teori atau pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan.
3.    Penyusunan kerangka berpikir.
Penyusunan kerangka berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara  berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi atau kumpulan permasalahan.
4.    Perumusan hipotesis.
Perumusan hipotesis merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
5.    Pengujian hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan, apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
6.    Penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

2.4 Keunggulan dan Keterbatasan Metode Ilmiah
Metode ilmiah memang selalu digunakan dalam penulisan karya ilmiah, namun penggunaan metode ilmiah juga memiliki keunggulan dan keterbatasan, yaitu sebagai berikut :
1.    Keunggulan metode ilmiah :
a.     Mencintai kebenaran obyektif, bersifat adil dan hidup bahagia.
b.    Kebenaran tidak absolut karena kebenaran dicari secara terus menerus.
c.     Dengan ilmu pengetahuan kita tidak dapat dengan mudah percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan karena terjadi proses yang teratur di alam.
d.    Dengan ilmu pengetahuan kita memiliki rasa ingin tahu yang lebih banyak.
e.     Dengan ilmu pengetahuan kita tidak mudah berprasangka tetapi dapat berpikir secara terbuka, obyektif, dan toleran.
f.      Dengan metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa bukti.
g.    Dengan metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis, teliti, berani membuat pernyataan yang benar menurut ilmiah.
2.    Keterbatasan metode ilmiah :
a.     Metode ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
b.    Metode ilmiah tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan estetika.

Namun demikian penggunaan metode ilmiah juga mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut :
a.     Metode ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan logis dalam ilmu empiris.
b.    Sebagai landasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah.
c.     Berperan dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu pengetahuan

BAB IIIKESIMPULAN


Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Secara rasional, ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak. Menurut teori kebenaran korespodensi, kebenaran atau keadaan benar itu berupa kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang sungguh merupakan halnya atau faktanya. Dalam teori kebenaran korespondensi tidak berlaku pada objek atau bidang non-empiris atau objek yang tidak dapat diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif dan harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan objektivitasnya.
Proses kegiatan ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah meliputi perumusan masalah, pengkajian pustaka, penyusunan kerangka berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan.
Penggunaan metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Selain itu penggunaan metode ilmiah merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.  











 

Juliana's Blog Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review