BAB
IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita ketahui bersama, bahwa di era post modern saat ini telah begitu banyak
ditemukan penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan. Penemuan-penemuan
tersebut dapat kita rasakan hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana
kita berada. Misalnya, keberadaan ilmu teknologi yang semakin hari semakin
canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui sejumlah proses yang
memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya
penemuan-penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi,
karena ia merupakan tuntutan dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan
kebutuhan dan keinginan manusia yang semakin tinggi dan beragam. Di dalam
proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan yang namanya
metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya,
karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah
ini.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode
tertentu. Seperti halnya dalam memperoleh pengetahuan. Suatu ilmu, mungkin
membutuhkan lebih dari satu metode ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai
metode. Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa suatu memiliki berbagai segi
yang menuntut penggunaan berbagai metode. Untuk memperoleh pengetahuan, maka
digunakanlah metode berfikir ilmiah. Namun tidak semua pengetahuan didapatkan
melalui metode ilmiah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan metode ilmiah?
2. Apa saja karakteristik
metode ilmiah?
4. Apa saja macam-macam
sikap ilmiah?
5. Apakah fungsi dari
metode?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa
yang dimaksud dengan metode ilmiah.
2. Untuk mengetahui apa
saja karateristik metode ilmiah.
3. Untuk mengetahui
karakteristik ilmiah.
4. Untuk mengetahui
macam-macam sikap ilmiah.
5. Untuk mengetahui
fungsi dari metode.
1.4 Manfaat
Penulisan
1.
Manfaat bagi penulis dalam penulisan
makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai metode
ilmiah.
2.
Manfaat bagi pembaca dalam penulisan
makalah ini yaitu sebagai acuan atau sarana untuk lebih megetahui tentang
metode ilmiah.
BAB
IILANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian Metode Ilmiah
Metode berasal dari
bahasa Yunani “methodos” yang artinya
jalan. Sedangkan dalam bahasa latin “methodus”
berarti cara. Metode merupakan kajian atau telaah dan penyusunan secara
sistematik dari beberapa proses dan asas-asas logis dan percobaan yang
sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian ilmiah. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu
merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak semua
pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan pernyataan
tersebut, dapat dipahami bahwa metode adalah suatau proses atau prosedur yang
sistematik berdasarkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik ilmiah yang dipakai
oleh suatu disiplin (bidang studi) untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, ia dapat
dikatakan sebagai cara kerja ilmiah. Sedangkan metodologi adalah pengkajian
mengenai model atau bentuk metode-metode, aturan-aturan yang harus dipakai
dalam kegiatan ilmu pengetahuan. Jika dibandingkan antara metode dan metodologi,
maka metodologi lebih bersifat umum dan metode lebih bersifat khusus.
Metode, menurut Senn,
merupakan prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang memiliki langkah-langkah
yang sistematis. Seperti diketahui berpikir adalah kegiatan mental yang menghasilkan
pengetahuan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran.
Dengan cara bekerja ini maka pengetahuan yang dihasialkan diharapkan mempunyai
karakteristik-karrakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah,
yaitu sifat rasional dan terujia yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang
disusunnya merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini, maka
metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan cara berpikir
induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya
Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dalam
mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Jadi metodologi ilmiah
merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode
ilmiah.
Proses kegiatan ilmiah,
menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Secara
ontologis ilmu membatasi masalah yang diamati dan dikaji hanya pada masalah
yang terdapat dalam ruang lingkup jangkauan pengetahuan manusia. Jadi ilmu
tidak mempermasalahkan tentang hal-hal di luar jangkauan manusia. Karena yang
dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawabannya pada dunia yang nyata
pula.
Einstein menegaskan bahwa
ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta, apapun juga teori-teori
yang menjembatani antara keduanya. Teori yang dimaksud di sini adalah
penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi
merupakan suatu abstraksi intelektual di mana pendekatan secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya, teori ilmu merupakan suatu
penjelasan rasional yang berkesusaian dengan obyek yang dijelaskannya. Suatu
penjelasan walau bagaimanapun meyakinkannya, harus didukung oleh fakta empiris
untuk dinyatakan benar. Di sinilah pendekatan rasional digabungkan dengan
pendekatan empiris dalam langkah-langkah yang disebut metode ilmiah.
Secara umum tujuan
penggunaan metode ilmiah adalah :
1.
Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang
rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
2.
Merupakan suatu pengejaran terhadap
kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
3.
Untuk mencari ilmu pengetahuan yang
dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data
dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
Secara rasional, ilmu
menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
2.2
Proses Kegiatan Ilmiah
Metode ilmiah adalah
prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu yang merupakan
gabungan antara penalaran deduktif dan penalaran induktif. Proses kegiatan
ilmiah pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika
merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan
berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih. Kegiatan ilmiah pada
pokoknya menggunakan dua jenis logika yaitu:
1.
Logika deduktif adalah cara penarikan
kesimpulan dari pernyataan yang bersifat umum kepada pernyataan yang bersifat
khas.
2.
Logika induktif merupakan cara penalaran
kesimpulan dari pernyataan yang bersifat individual (khas) kepada pernyataan
yang bersifat umum.
Menurut Ritchie Calder,
proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu dan kemudian
muncul pertanyaan, mengapa manusia mulai mengamati? Manusia mulai mempunyai
perhatian tertentu terhadap suatu objek karena suatu masalah atau kesukaran
yang dirasakan dalam pengalaman manusia yang menimbulkan pertanyaan.
Dalam usaha untuk memecahkan
masalah tersebut maka ilmu tidak berpaling pada perasaan melainkan pada pikiran
yang berdasarkan pada penalaran. Masalah yang dihadapi manusia adalah nyata,
sehingga ilmu mencari jawabannnya pada dunia nyata pula. Ilmu dimulai dari
fakta dan diakhiri dengan fakta.
Secara sederhana, semua
teori ilmiah harus memenuhi 2 (dua) syarat utama, yaitu :
1. Harus
konsisten dengan teori teori sebelumnya yang memungkinkan tidak terjadinya
kontradiksi dalam teori keilmuan secara keseluruhan.
2. Harus cocok
dengan fakta-fakta empiris, sebab bagaimanapun konsistennya kalau tidak
didukung oleh pengujian empiris tidak dapat diterima kebenarannya secara
ilmiah.
2.3
Unsur-unsur Utama dalam Metode Ilmiah
1.
Karakteristik (pengamatan dan pengukuran).
Metode
ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam
proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan
yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat
melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud
seringkali memerlukan pengukuran dan atau perhitungan yang cermat.
Proses
pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti
laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi
seperti bintang atau populasi manusia.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel,
digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan
perhitungan statistika seperti korelasi dan regrasi. Metode ilmiah mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a.
Sistematik
Berarti
suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola
dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
b.
Logis.
Suatu
penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta
empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah
bekerjanya akal, yaitulogika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur
induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus
individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik
kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
c.
Empirik.
Artinya
suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori,yaitu
fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang
kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada
tiga yaitu :
Ø Hal-hal
empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
Ø Hal-hal
empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
Ø Hal-hal
empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan
sebab akibat).
d.
Replikatif.
Artinya suatu
penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan
kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional
variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
2.
Hipotesis.
Hipotesis
merupakan penjelasan teoritis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan
pengukuran). Hipotesis juga dapat diartikan sebagai suatu dugaan yang perlu
diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar mungkin salah.
Sebuah hipotesis atau dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa
hal, diantaranya :
a.
Hipotesis harus menduga hubungan di antara
beberapa variabel.
Hipotesis
harus menduga hubungan di antara beberapa variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala
tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang
satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
b.
Hipotesis harus dapat diuji.
Hipotesis
harus dapat diuji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat dilakukan
dengan mengumpulkan data-data empiris.
c.
Hipotesis harus konsisten dengan
keberadaan ilmu pengetahuan.
Hipotesis
tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah dan khususnya pada permulaan penelitian, ini harus
berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan
sebagai dasar.
d.
Hipotesis dinyatakan secara sederhana.
Hipotesis dinyatakan secara singkat
dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti.
3.
Prediksi (deduksi dari hipotesis).
Hipotesis
yang berguna akan memungkinkan prediksi berdasarkan deduksi. Prediksi tersebut
mungkin meramalkan hasil suatu eksperimen dalam laboratorium atau pengamatan
suatu fenomena di alam. Prediksi tersebut dapat pula bersifat statistik dan
hanya berupa probabilitas.
Hasil
yang diramalkan oleh prediksi tersebut haruslah belum diketahui kebenarannya
(apakah benar-benar akan terjadi atau tidak). Hanya dengan demikianlah maka
terjadinya hasil tersebut menambah probabilitas bahwa hipotesis yang dibuat
sebelumnya adalah benar. Jika hasil yang diramalkan sudah diketahui, hal itu
disebut konsekuensi dan seharusnya sudah diperhitungkan saat membuat hipotesis.
Jika prediksi tersebut tidak dapat diamati, hipotesis yang mendasari prediksi
tersebut belumlah berguna bagi metode bersangkutan dan harus menunggu metode
yang mungkin akan datang.
4.
Eksperimen.
Setelah
prediksi dibuat, hasilnya dapat diuji dengan eksperimen. Jika hasil eksperimen
bertentangan dengan prediksi, maka hipotesis yang sedak diuji tidaklah benar
atau tidak lengkap dan membutuhkan perbaikan atau bahkan perlu ditinggalkan.
Jika hasil eksperimen sesuai dengan prediksi, maka hipotesis tersebut boleh
jadi benar namun masih mungkin salah dan perlu diuji lebih lanjut. Hasil
eksperimen tidak pernah dapat membenarkan suatu hipotesis, melainkan
meningkatkan probabilitas kebenaran hipotesis tersebut. Hasil eksperimen secara
mutlak bisa menyalahkan suatu hipotesis bila hasil eksperimen tersebut
bertentangan dengan prediksi dari hipotesis. Bergantung pada prediksi yang
dibuat, beberapa eksperimen dapat dilakukan. Eksperimen tersebut dapat berupa
eksperimen klasik di dalam laboratorium atau ekskavasi arkeologis. Pencatatan
yang detail sangatlah penting dalam eksperimen, untuk membantu dalam pelaporan
hasil eksperimen dan memberikan bukti efektivitas dan keutuhan prosedur yang
dilakukan. Pencatatan juga akan membantu dalam reproduksi eksperimen.
Supaya suatu metode yang
digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus
mempunyai kriteria sebagai berikut :
1.
Berdasarkan Fakta
Keterangan-keterangan
yang ingin diperoleh dalam penelitian, baik yang akan dikumpulkan dan yang
dianalisa haruslah berdasarkan fakta-fakta yang nyata. Janganlah penemuan atau
pembuktian didasar-kan pada daya khayal, kira-kira, legenda-legenda atau
kegiatan sejenis.
2.
Bebas dari Prasangka
Metode ilmiah harus
mempunyai sifat bebas prasangka, bersih dan jauh dari pertimbangan subjektif.
Menggunakan suatu fakta haruslah dengan alasan dan bukti yang lengkap dan
dengan pembuktian yang objektif.
3.
Menggunakan Prinsip Analisa
Dalam memahami serta
member! arti terhadap fenomena yang kompleks, harus digunakan prinsip analisa.
Semua masalah harus dicari sebab-musabab serta pemecahannya dengan menggunakan
analisa yang logis, Fakta yang mendukung tidaklah dibiarkan sebagaimana adanya
atau hanya dibuat deskripsinya saja. Tetapi semua kejadian harus dicari
sebab-akibat dengan menggunakan analisa yang tajam.
4.
Menggunakan Hipotesa
Dalam metode ilmiah,
peneliti harus dituntun dalam proses berpikir dengan menggunakan analisa.
Hipotesa harus ada untuk menyatukan persoalan serta memadu jalan pikiran ke
arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan
mengenai sasaran dengan tepat. Hipotesa merupakan pegangan yang khas dalam
menuntun jalan pikiran peneliti.
5.
Menggunakan Ukuran Obyektif
Kerja penelitian dan
analisa harus dinyatakan dengan ukuran yang objektif. Ukuran tidak boleh dengan
merasa-rasa atau menuruti hati nurani. Pertimbangan-pertimbangan harus dibuat
secara objektif dan dengan menggunakan pikiran yang waras.
6.
Menggunakan Teknik Kuantifikasi
Dalam memperlakukan data
ukuran kuantitatif yang lazim harus digunakan, kecuali untuk artibut-artibut
yang tidak dapat dikuantifikasikan Ukuran-ukuran seperti ton, mm, per detik,
ohm, kilogram, dan sebagainya harus selalu digunakan Jauhi ukuran-ukuran
seperti: sejauh mata memandang, sehitam aspal, sejauh sebatang rokok, dan
sebagainya Kuantifikasi yang termudah adalah dengan menggunakan ukuran nominal,
ranking dan rating.
Menurut John Dewey, alur
berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah, sebagai berikut :
1. Perumusan
masalah.
Perumusan masalah
merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasnya serta
dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya.
2. Pengkajian
pustaka.
Pengkajian pustaka
merupakan kajian tentang teori atau pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan.
3. Penyusunan
kerangka berpikir.
Penyusunan kerangka
berpikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat
antara berbagai faktor yang saling
terkait dan membentuk konstelasi atau kumpulan permasalahan.
4. Perumusan
hipotesis.
Perumusan hipotesis
merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang
materinya merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
5. Pengujian
hipotesis.
Pengujian hipotesis
merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan
untuk memperlihatkan, apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis
tersebut atau tidak.
6. Penarikan
kesimpulan.
Penarikan kesimpulan
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima.
2.4
Keunggulan dan Keterbatasan Metode Ilmiah
Metode ilmiah memang
selalu digunakan dalam penulisan karya ilmiah, namun penggunaan metode ilmiah
juga memiliki keunggulan dan keterbatasan, yaitu sebagai berikut :
1. Keunggulan
metode ilmiah :
a. Mencintai
kebenaran obyektif, bersifat adil dan hidup bahagia.
b. Kebenaran
tidak absolut karena kebenaran dicari secara terus menerus.
c. Dengan ilmu
pengetahuan kita tidak dapat dengan mudah percaya pada takhayul, astrologi
maupun untung-untungan karena terjadi proses yang teratur di alam.
d. Dengan ilmu
pengetahuan kita memiliki rasa ingin tahu yang lebih banyak.
e. Dengan ilmu
pengetahuan kita tidak mudah berprasangka tetapi dapat berpikir secara terbuka,
obyektif, dan toleran.
f. Dengan
metode ilmiah kita tidak mudah percaya tanpa bukti.
g. Dengan
metode ilmiah kita jadi memiliki sikap optimis, teliti, berani membuat
pernyataan yang benar menurut ilmiah.
2. Keterbatasan metode ilmiah :
a. Metode
ilmiah bersifat tentatif yaitu sebelum ada kebenaran ilmu yang dapat menolak
kesimpulan maka kesimpulan dianggap benar. tetapi kesimpulan ilmiah bisa
berubah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
b. Metode ilmiah
tidak dapat membuat kesimpulan tentang baik buruk sistem nilai dan juga tidak
dapat menjangkau tentang seni dan estetika.
Namun
demikian penggunaan metode ilmiah juga mempunyai peran yang sangat penting
dalam suatu penelitian, yaitu sebagai berikut :
a. Metode
ilmiah berperan untuk memberikan penjelasan logis dalam ilmu empiris.
b. Sebagai
landasan dalam melakukan suatu penelitian ilmiah.
c. Berperan
dalam memberikan bukti yang konkrit terhadap suatu ilmu pengetahuan
BAB
IIIKESIMPULAN
Metode merupakan kajian
atau telaah dan penyusunan secara sistematik dari beberapa proses dan asas-asas
logis dan percobaan yang sistematis yang menuntun suatu penelitian dan kajian
ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Secara rasional, ilmu
menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Menurut teori kebenaran korespodensi, kebenaran atau keadaan benar itu berupa
kesesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan apa yang
sungguh merupakan halnya atau faktanya. Dalam teori kebenaran korespondensi
tidak berlaku pada objek atau bidang non-empiris atau objek yang tidak dapat
diinderai. Kebenaran dalam ilmu adalah kebenaran yang sifatnya objektif dan
harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa kenyataan dalam pembentukan
objektivitasnya.
Proses kegiatan ilmiah
pada hakikatnya adalah kegiatan berfikir yang bersifat analitis. Logika
merupakan alur jalan pikiran yang dilalui dalam kegiatan analisis agar kegiatan
berfikir tersebut membuahkan kesimpulan yang sahih.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode
ilmiah meliputi perumusan masalah, pengkajian pustaka, penyusunan kerangka
berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, penarikan kesimpulan.
Penggunaan
metode ilmiah bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional,
yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Selain itu
penggunaan metode ilmiah merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang
diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.