“suatu hari aku akan kembali! Tenang saja!” teriak seorang anak laki-laki dengan kepala yang menjulur keluar dari jendela mobil. Dia terus melambaikan tangannya ke arah ku sampai mobilnya pun tidak terlihat. Ya... sore itu.. menjadi sore yang suram bagi ku. aku baru saja kehilangan sahabat dari kecil ku, Niall Horan. Aku terus memandangi mobil itu hingga menghilang dari pandanganku. Dia pergi begitu cepat. Akupun tak sempat memberinya apa-apa.
Aku mendatangi taman kecil yang dulu sering dijadikan aku dan Niall tempat untuk bermain. Disini sangat nyaman. Aku mulai bermain kecil dengan ayunan. Tiba-tiba saja aku meneteskan air mata. “baru sehari ditinggal Niall, aku sudah sangat merindukannya.” Kataku dengan suara sedikit bergumam. Semua kenangan yg lalu pun muncul sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya aku berusaha melupakannya. Akupun segera pulang kerumah.
***************
“Ghina.. Niall menelpon mu!” seru ibu ku dari luar kamar.
Aku segera mengangkat telpon dan ku dengar suara lelaki yang sepertinya sudah mulai tumbuh dewasa.
“hello Ghina.” Sapa seseorang dari seberang telpon.
“hello. Apakah ini Niall?” kataku basa-basi.
“hhm.. kau lupa ya? Aku Niall, sahabatmu sejak 7 tahun yg lalu dan sekarang masih menjadi
Sahabat baikmu.” Kata Niall sedikit menggoda.
“heeeey Niall! I miss you so much. When you come to Indo? I miss you.” Kataku sedikit sedih.
“maafkan aku,Ghin. Aku sepertinya akan lama disini bahkan bisa selamanya.” Suara Niall dengan penuh kecewa.
“heemm.. no problem! I will waiting you.” Kataku semangat.
“ehem.. bagaimana jika kau ku belikan tiket pesawat agar kau bisa kesini bersamaku?” tanya Niall penuh dengan kegembiraan.
“hem.. oke i want!” kataku sambil teriak.
“baiklah uangnya aku transfer yaaa dan besok kau harus sudah mulai berkemas.” Kata Niall.
“oke. Sampai jumpa di London Nayel.” Kataku sambil mematikan telpon.
Aku segera memberitahu kepada ibu tentang rencanaku dan Niall ini. Dan syukur aku di izinkan oleh ibu.
“hey Ghina.. bangunlah.. Niall tadi menelpon ibu dan katanya uangnya sudah di transfer.” Kata ibu sambil mengetok pintu kamar ku. aku segera keluar dan bersiap-siap untuk membeli tiket.
******************
“ibu! Ayah! Aku pasti akan sangat merindukan kalian. Take care.” Kataku sambil memeluk erat mom and dad.
Mom and dad hanya bisa tersenyum. Akupun berangkat ke London dengan aman.
*******************
“hello Niall. I’m arrived at London. bisakah kau menjemputku di bandara.” Kataku di telpon.
“oh good! Wait me oke! Haha!” kata Niall semangat.
Sekitar beberapa menit akhirnya Niall pun datang. Aku langsung memeluknya dengan erat.
“i miss you very very much Ghina..” kata Niall sambil terus memeluku.
“yeaaah me too! Akhirnya kita bisa ketemu lagi setelah sekitar 7 tahun tidak ketemu!”kataku sambil kegirangan.
“hahaha ok! Ayo kita kerumah ku. kau pasti lelah.” Kata Niall sambil merangkulku.
Niall yang dulu sangat cuek, sekarang tumbuh menjadi remaja yang sangat perhatian. Aku sangat merindukannya. Dan sepertinya aku ingin lebih dari teman bersama Niall.
****************
“dad! Akhirnya Ghina sampai dengan selamat di London.” kata Niall sambil memperlihatkan senyumnya yg menawan.
“oh baguslah. Sekarang siapkan air hangat. Mungkin dia ingin mencuci tubuh nya.” Kata dad dengan ramah.
Karena sudah malam akupun langsung menuju kamar yang sudah disiapkan Niall. Hari itu aku juga tidak banyak berbicara dengan Niall. Aku langsung mengabari orang tuaku bahwa aku sudah sampai di London.
********************
*NIALL POV*
Pagi ini aku sudah mulai bekerja di dapur. Aku sudah membuatkan sarapan untuk Ghina. Aku membuatkannya makanan kesukaannya saat masih kecil. Aku sejak kecil memang sudah sangat dekat dengan Ghina bahkan bisa dibilang seperti bersaudara. Tapi sebenarnya sejak dulu aku mempunyai perasaan kepadanya.
“Niall, bangunkan Ghina! Sudah siang. Dan dad harus berangkat kerja dulu.” Kata dad sambil menutup pintu.
Akupun segera keatas dan mengetuk pintu kamar Ghina.
“hey Ghina bangunlah sudah siang! Aku sudah membuat kan mu sarapan.” Kataku sambil mengetuk pintu kamarnya berkali-kali.
*GHINA POV again*
Aku mendengar suara samar-samar dari luar kamar. Dan ternyata itu Niall. Aku segera mengganti baju dan membukakan dia pintu.
“ayo kebawah! Aku sudah membuatkan mu makanan yang lezat.” Kata Niall memperlihatkan senyum yang sangat manis dan segera menarik tanganku kebawah.
“waw! Kau masih ingat makanan kesukaanku! Bahkan rasanya tidak berbeda!” kataku sambil menguyah makanan.
“haha tentu saja aku akan selalu mengingat kenangan kita....” kata Niall terputus.
“hey Niall kau mau kemana? Hey! Niall!” kataku sambil berteriak melihat kemana arah dia pergi.
Ada apa dengan Niall? Mengapa dia terus menutup mulutnya.
Aku berusaha tidak bertanya tentang kejadian tadi pagi. Aku takut Niall tersinggung. Memang, setelah kejadian barusan mukanya sangat pucat. Tapi setelah aku buatkan coklat panas keadaannya cukup membaik.
*NIALL POV*
“Ghina.. hari ini kita akan ketaman. Pakai baju yang bagus ya hehe.” Kataku bercanda.
Ghina hanya tersenyum dan berlari ke kamarnya untuk berganti baju. Aku tersenyum melihat senyumannya. Tapi aku takut ini untuk terakhir kalinya aku melihat senyum indahnya itu.
“hem.. Niall apakah kita jadi ke taman?” kata Ghina membuyarkan lamunanku.
“ehh.. yayaya tentu saja jadi.” Kataku kaget.
Aku dan Ghina berjalan untuk menuju taman itu. Cuaca yang sangat dingin menambahkan kenyamananku saat bersama dengan Ghina. Aku selalu nyaman dekatnya. Aku memegang tangannya erat.
“silakan duduk disini.” Kataku sambil menunjuk ke arah bangku taman.
“haha kau juga sini duduk denganku.” Kata Ghina sambil menarik tanganku.
Ditaman, kita menghabiskan waktu dengan senang-senang. Setiap melihat senyumnya aku selalu berpikir semoga ini bukan terakhir kalinya aku bisa melihat senyumannya.
Aku melihat Ghina menggigil. Tanpa bertanya aku memeluknya dengan erat.
“aku tau kau kedinginan.” Kataku sambil memeluknya.
Ghina tidak menjawab apa-apa dia langsung menjatuhkan kepalanya ke pundakku.
*GHINA POV*
Aku sangat merindukan pelukan Niall yang sangat nyaman ini. Dan akhirnya sekarang aku mendapatkannya lagi. Aku ingin setiap hari selalu seperti ini dan hanya bersama Niall.
“hey Niall.. sudah malam ayo kita pulang.” kataku sambil menaikan kepalaku dari pundaknya.
“heemm.. tunggu sebentarnya aku ada kejutan.” Kata Niall sambil pergi meninggalkanku.
Dan............. tiba-tiba Niall datang dengan sepedanya.
“ayo naik. Kita akan pulang naik sepeda.” Kata Niall sambil tersenyum ke arah ku.
“hahaha baiklah...” aku segera duduk dibelakang.
**********************
“hari yang menyenangkan ya. Aku harap kita bisa seperti ini setiap hari.” Kataku sambil kegirangan.
“yaaaaa.... aku juga senang dan aku ingin seperti ini setiap hari! Jika aku bisa...” kata Niall
“hah? jika aku bisa? Apa maksud mu? Tentu saja bisa selama aku masih disini.” Kataku heran.
“ehh.. sudahlah lupakan saja.” kata Niall sambil memasuki kamarnya.
**************************
Hari-hari selama aku disini sangat menyenangkan. Apalagi aku bisa setiap hari bersama Niall. Setiap harinya aku selalu tertawa dan bersenang-senang. Bahkan kita hanya menangis jika kita sedang menonton film yang menyedihkan. Setiap hari selalu dipenuhi dengan perhatian Niall yang sangat banyak. Aku selalu merasa nyaman jika berada di dekat Niall. Dan aku rasa aku mulai menaruh rasa padanya.
************************************
“heey aku bangun terlalu siang.. kemana Niall seharusnya dia membangunkanku.” Kataku sambil melihat ke arah jam.
Akupun segera kebawah. Saat ku lihat meja makan, tidak ada makanan. Tidak seperti biasanya. Ini hanya meja yang diberi kain untuk menutupi warnanya yang sudah pudar. Tidak ada makanan.
“NIALL!! NIALL!! OH NIALLLLL!! KAU DIMANA??” kataku sambil berteriak sambil mencari Niall di semua penjuru rumah.
Aku segera mencari Niall ke luar rumah. Aku melihat ke kanan dan ke kiri dan berharap Niall tidak apa-apa. Aku mencari ke taman yang selalu aku dan Niall kunjungi. Saat aku sampai di tempat duduk yg biasanya menjadi tempat kita berdua, aku melihat sepeda Niall yang terjatuh dengan sebungkus makanan yang ada dalam plastik. Aku mulai khawatir. Pikiranku terus tidak masuk akal berpikir ke arah yang tidak baik.
Karena aku lelah, akupun memutuskan untuk pulang. aku mencoba menghubungi Niall. Tapi tidak diangkat. Aku terus duduk di teras rumah menunggu kedatangan Niall. Hujan pun turun sangat deras dengan angin yang bertiup begitu hebat. Aku khawatir jika Niall kenapa-kenapa. Dari tadi siang aku terus menangis. aku tidak nafsu makan.
“Niall.... kau dimana... pulanglah aku merindukanmu.” Kataku sambil berbicara sendiri.
Aku menerobos hujan untuk melanjutkan pencarian. Sampai akhirnya, aku bertemu sahabat Niall yang juga mengenalku.
“hey Ghin, what are you doing in here?” sapanya sambil menawarkan payung.
“aku mencari niall.” Kataku sambil menangis.
“hah? kau mencari Niall? Lebih baik kau pulang. Niall sedang bersenang-senang dengan wanita malam di club.” Kata orang itu sambil menunjukan foto Niall yang sedak mabuk.
Aku lemas. Lututku gemetar. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku berharap semua ini Cuma mimpi. Aku tidak menyangka Niall sejahat itu. Aku segera berlari kerumah. Aku kunci pintu dan aku menangis sejadi-jadinya dikamar.
Besoknya, Niall belum pulang juga. Tapi aku tidak ingin mencarinya. Aku masih sakit karena tahu bahwa Niall seperti itu. Tiba-tiba ada yang mengetok pintu.
“eh dad.. ada apa?” kataku saat melihat ayah Niall di depan pintu kamarku.
“ayo ikut dad sekarang juga.” Kata dad sambil menarik tanganku kebawah dengan muka sedih.
“hey dad what happening?” kataku bingung.
Dad tidak menjawab.
Sesampainya ditempat tujuan, ternyata aku dibawa kerumah sakit.
“hey dad. Who’s sick? I’m not sick.” Kataku heran.
Dad masih tidak menjawab. Sampai kita berhenti di depan ruang operasi.
“dad! Tell me! Who’s sick? Dad!” kataku panik.
Dad tidak menjawab melainkan ia hanya menangis. pikiran ku pun menuju ke arah negatif.
Saat ada dokter yang keluar dari kamar operasi itu dia langsung berkata “anak anda tidak bisa diselamatkan”
Dan dad pun menangis sejadi-jadinya dan segera masuk ke ruang operasi.
Anak..... apakah di dalam sana Niall? Ta..tapi....
Aku pun segera masuk ke ruangan itu. Dan terlihat Niall terbujur kaku tidak bernafas.
Aku merasakan nafasku berhenti. Aku tidak percaya. Ini perpisahan yg sangat tragis.
“niall...... NIALL BANGUN!!!” kataku menangis sambil menggoyang-goyangkan badannya.
Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba.. sahabat Niall itu pun datang kepadaku dan memberitahu bahwa “sebenarnya kemarin Niall tidak ke club melainkan penyakitnya kambuh saat sedang naik sepeda dan dia masuk rumah sakit. Dia tidak ingin kau mengetahui kalau dia mempunya penyakit yang sangat parah. Maafkan aku.. ini semua bukan mau ku melainkan Niall yg menyuruhku.” Katanya menyesal.
Aku berlari keluar rumah sakit. Aku berlari kearah taman. Aku berlari sambil menangis. aku melihat sepeda Niall yang tergeletak di taman masih ada. Dan saat kubuka bungkusan plastik itu adalah bahan-bahan unutk membuat makanan kesukaan ku. aku kecewa...... aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri.
Dan sekarang setiap hari aku selalu beertemu Niall jika aku datang ke taman. Aku tidak peduli jika semua ini hanya halusinasi. Yang aku pikirkan hanya aku bisa bertemu dan melihat senyum manisnya.
------------- THE END ------------